nusabali

Usaba Dimel, Krama Naur Sesangi 51 Buntilan

  • www.nusabali.com-usaba-dimel-krama-naur-sesangi-51-buntilan

Krama Desa Pakraman Selat, Kecamatan Selat, Karangasem menggelar upacara Usaba Dimel di Pura Dalem pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (7/2) siang.

AMLAPURA, NusaBali
Upacara ini ditandai dengan ritual naur sesangi (bayar kaul) berupa 51 buntilan, yakni ke-masan jaja uli ukuran besar, yang dibawa ke Pura Dalem dari rumah masing-masing dengan diusung beramai-ramai, mirip pengarakan bade pengabenan.

Ritual naur sesangi yang oleh krama setempat disebut naur sosod, Kamis kemarin, berlangsung di Pura Dalem, Desa Pakraman Selat selama 3 jam, sejak siang pukul 12.00 Wita hingga sore pukul 15.00 Wita. Usai ritual naur sesangi, barulah dilangsungkan puncak upacara Usaba Dimel di Utama Mandala Pura Dalem, sore sekitar pukul 17.00 Wita, dengan dipuput Jro Mangku Linggih.

Sesangi berupa 51 buntilan ukuran besar itu dihaturkan oleh 51 krama yang naur sesangi. Buntilan berjumlah 51 unit itu ukurannya hampir seragam, yakni rata-rata dengan diameter 0,8 meter dan tinggi 1,5 meter. Buntilan besar itu dibawa ke Pura Dalem dari rumah masing-masing, dengan diusung menggunakan sanan, mirip pengarakan bade dalam pengabenan. Satu buntilan bisa diusung oleh 6-8 orang.

Besaran buntilan sebenarnya relatif beragam, sesuai sesangi masing-masing krama. Tiap buntilan rata-rata menghabiskan bahan 40 kilogram hingga 50 kilogram beras putih, kemudian diolah jadi jaja uli dan dijadikan 24 buntilan ukuran sedang. Kemudian, buntilan ukuran sedang tersebut ditata menjadi empat tingkat, di mana setiap tingkat berisi 6 buntilan. Selanjutnya, buntilan bertingkat itu kembali dibungkus dengan upih (pelepah pinang), hingga terlihat dari luar menjadi sebuah buntilan besar setinggi 1,5 meter. Jaja buntilan dibuat saat Penyajaan Usaba Dimel pada Soma Kliwon Krulut, Senin (4/2).

Sepintas, seluruh 51 buntilan terlihat sama. Hal yang membedakan adalah dari sisi hiasannya, yang menggambarkan sesangi krama bersangkutan. Sesangi yang ketaur (dibayar) duluan sebelum dikabulkan Ida Batara, antara lain, agar dapat bantuan niskala untuk kesembuh sang anak dari sakit dan keinginan untuk cepat dikaruniai cucu.

Mengingat banyaknya krama yang naur sesangi, maka Bendesa Pakraman Selat, Jro Mangku Gede Mustika, mengatur mereka melakukan ritual secara bergilir. Supaya prosesi ritual berjalan tertib, 36 anggota pecalang dilibatkan dengan dikoordinasikan I Gusti Lanang Rai.

Krama yang telah membawa buntilan mesti antre dulu di Pura Dalem, menunggu giliran naur sesangi. Pantauan NusaBali, antrean terbagi 10, di mana tiap tahapan antre dibolehkan 5-6 krama melakukan ritual naur sesangi di Utama Mandala Pura Dalem. Krama yang naur sesangi masing-masing harus mengajak pamangku untuk mengantarkan persembahyangan dan seorang yang bertugas membacakan teks pamegat (pemutus sesangi).

Bendesa Pakraman Selat, Jro Mangku Gede Mustika, mengatakan banten sesangi tersebut dipersembahkan kepada Ida Batara Sakti di Pura Dalem. "Kaulnya bermacam-macam, tergantung krama masing-masing. Tapi, yang membedakan kaul tersebut adalah hiasan dari banten buntilan," jelas Jro Mangku Mustika kepada NusaBali di sela upacara naur sesangi di Pura Dalem, Kamis kemarin.

Menurut Jro Mangku Mustika, upacara Usaba Dimel digelar setahun sekali. Saat Usaba Dimel tahun 2018 lalu, hanya 8 krama Desa Pakraman Selat yang naur sesangi. Sedanglan dalam upacara Usaba Dimel tahun 2019 ini, jumlah krama yang naur sesangi mencapai 51 orang.

Salah satu krama yang naur sesangi kemarin adalah pasutri AA Bagus Widiana dan I Gusti Ayu Ngurah Ariati, asal Banjar Selat Kaja, Desa Selat. Mereka naur sesangi dengan harapan segera dikaruniai cucu. "Anak kami telah 3 tahun menikah, namun sampai sekarang belum dikaruniai keturunan," tutur IGA Ngurah Ariati. *k16

Komentar