nusabali

Cok Ace Gagas Festival Balingkang Kintamani

  • www.nusabali.com-cok-ace-gagas-festival-balingkang-kintamani

Pulihkan Kunjungan Turis Tiongkok

DENPASAR, NusaBali
Kunjungan wisatawan Tiongkok yang sempat anjlok gara-gara pemberantasan mafia jual murah pariwisata Bali ke pasar turis China, mulai dipulihkan. Wakil Gubernur Bali yang juga Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, menggagas Festival Balingkang Kintamani 2019. Nantinya, selama sehari penuh turis Tiongkok yang loiburan di Bali akan dibawa ke Kintamani, guna menyaksikan parade budaya dan kunjungi situs-situs penting di seputar Batur Global Geopark.

Festival Balingkang Kintamani 2019, yang duntuk pertama kalinya diluncurkan, akan digelar selama sebulan. Festival ini akan dibuka 6 Februari 2019, ditandai dengan parade budaya di Kintamani. Sesuai tajuknya, festival ini juga bertujuan mengangkat keberadaan Pura Dalem Balingkang di Desa Pakraman Pingan, Kecamatan Kintamani, Bangli, yang merupakan salah satu situs keberadaan pedagang China saat datang pertama kali melalui jalur Buleleng.

Terkait Festival Balingkang Kintamani 2019 ini, Wagub Cok Ace pun berkoor-dinasi dengan prajuru Desa Pakraman Pinggan selaku pangempon Pura Dalem Balingkang. Pertemuan koordinasi tersebut digelar di Kantor BPD PHRI Bali, Jalan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, Sabtu (2/2) sore.

Dalam pertemuan sore itu, Cok Ace selaku pengagas dan Ketua PHRI Bali didampingi Ketua Bali Tourism Board (BTB)---organisasi yang mewadahi gabungan Industri Pariwisata Bali---, IB Agung Parta Adnyana, Wakil Ketua PHRI Bali Gede Nurjaya. Sementara prajuru Desa Pakraman Pinggan selaku pangempon Pura Dalem Balingkang yang hadir sore itu adalah Jro Guru Made Buda, Jro Made Oka, dan Jro Nyoman Arcana. Jro Mangku Gede Pura Dalem Balingkang juga hadir. Mereka didampingi I Ketut Naria, Pemred NusaBali yang memang berasal dari Desa Pinggan.

Menurut Cok Ace, pihaknya mengangkat event monumental dengan tajuk Festival Balingkang Kintamani 2019, sebagai bagian upaya memulihkan kunjungan wisatawan Tiongkok yang sempat anjlok gara-gara penertiban Toko Tiongkok di Bali, yang jadi ajang praktek mafia jual murah pariwisata. Disebutkan, digagasnya Festival Balingkang Kintamani 2019 berawal dari komplin Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, terkait anjloknya kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali karena ada isu ‘pengusiran’ orang China dari Bali. Padahal, Cok Ace selaku Wagub bersama Gubernur Wayan Koster melakukan penertiban karena ulah oknum mafia yang merusak citra pariwisata Bali.

“Saya sampai klarifikasi saat dipanggil Pak Menteri Pariwisata ke Jakarta. Saya jelaskan kita tidak pernah mengusir orang China. Yang kita tertibkan adalah ulah mafianya. Kita murni menertibkan dan menegakkan aturan. Pak menteri mengerti dan meminta saya memulihkan kunjungan wisatawan China ke Bali. Saya jawab siap,” kenang Cok Ace.

Atas permintaan Menpar Arief Yahya, Cok Ace juga sempat melakukan klarifikasi ke negara Tiongkok. Di sana, Cok Ace mengklarifikasi isu pengusiran orang China kepada pemerintah Tiongkok. ”Saya jelaskan bahwa saya menertibkan oknum orang-orang China yang menjadi mafia dan melanggar aturan di Bali,” tegas tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud, Gianyar ini.

Nah, usai klarifikasi tersebut, Cok Ace memiliki ide memulihkan kunjungan wisatawna Tiongkok ke Bali dengan menggagas festival yang ‘berbau’ dan terkait dengan akulturasi bidaya China. Momentumnya diambil dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2570. Awalnya, muncul usulan nama Festival Bangli, Festival Kintamani, Festival Batur, hingga Festival Songan. Nama Balingkang belum muncul saat itu.

“Pak Bupati Bangli (Made Gianyar, Red) sempat mengusulkan nama Festival Bangli, supaya lebih umum. Tapi, saya usulkan gagasan nama Festival Balingkang Kintamani, supaya lebih mengena,” jelas Cok Ace.

Balingkang diambil karena pas jika bicara soal akulturasi budaya China. Pura Dalem Balingkang dulunya merupakan istana Kerajaan Bali Dwipa di masa pemerintahan Raja Sri ji Jaya Pangus, dengan istrinya asal China, Kang Cing We. Nah, di Pura Dalem Balingkang inilah keberadaan Palinggih Ratu Ayu Subandar, yang merupakan stana Kang Cing We.

“Situs China itu ada di Pura Dalem Balingkang, dengan palinggih Ida Ratu Ayu Subandar. Balingkang terkait dengan kisah alkulturasi budaya China dan Bali dengan perkawinan Raja Sri Aji Jaya Pangus dan Kang Cing We. Itu baru situs budaya, belum lagi panorama alamnya yang luar biasa indang, dengan ‘Bumi di Atas Awan’-nya,” tandas mantan Bupati Gianyar 2008-2013 ini.

Pada hari pertama Festival Balingkang Kintamani 2019, Rabu (6/2) nanti, turis Tiongkok yang berada di Bali semuanya akan diarahkan ke Kintamani. Di situ akan digelar parade budaya, termasuk atraksi barongsai yang melibatkan Perkumpulan Seni Tionghoa.

“Saya sudah minta semua travel agent di Bali agar saat pembukaan Festival Balingkang tanggal 6 Februari 2019 nanti, jangan membawa turis China ke mana-mana, agenda ke destinasi lain batalkan dulu. Turis China harus dibawa ke Festival Balingkang Kintamani,” jelas Cok Ace.

“Sampaikan promosi Balingkang Kintamani ini ada akitannya dengan leluhurmu (China) ketika pertama kali datang ke Bali. Sehingga ke depan mereka benar-benar datang ke Bali untuk kunjungan destinasi alam dan budaya Bali. Di Balingkang itu akulturasi budaya,” lanjut Wagub yang juga dikenal sebagai seniman.

Setelah menikmti parade budaya sampai pukul 12.00 Wita, kata Cok Ace, turis Tiongkok nantinya akan dipersilakan kunjungi situs-situs yang berkaitan dengan China di Kintamani, seperti ke Pura Dalem Balingkang, ke Desa Songan, dan sebagainya. Sedangkan malamnya, ada kegiatan yang melibatkan turis Tiongkok di Denpasar.

Di sisi lain, Ketua BTB IB Agung Parta Adnyana mengatakan pasca anjloknya kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali, berbagai upaya dilakukan sebagai upaya pemulihan. Salah satunya, Festival Balingkang Kintamani 2019. Selanjutnya, akan digelar kegiatan pariwisata lainnya di Kintamani, seperti Festival Anjing Kintamani, Festival Perahu Naga di Danau Batur, hingga Festival Toya Bungkah di tepi Danau Batur. “Nanti berbagai parade budaya dan festival akan terus kami gelar. Tapi ingat, mendatangkan turis ke Kintamani itu gampang, namun harus diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia. Jangan sampai ketika sudah datang, turis tidak nyaman karena ulah segelintir orang,” ujar praktisi pariwisata asal Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan ini.  

Sementara itu, prajuru Desa Pakraman Pinggan mengatakan sangat berterima kasih dengan Wagub Cok Ace, yang sudah mengangkat nama Pura Dalem Balingkang. “Penyampaian Pak Wagub mengangkat nama Pura Dalem Balingkang akan mempopulerkan kawasan desa kami. Ke depan, kami berharap Desa Pakraman Pingan dengan keberadaan Pura Dalem Balingkang lebih diperhatikan,” ujar Ketua Panitia Pantitia Pembangunan Desa Pakraman Pinggan, Jro Made Oka. *nat

Komentar