nusabali

Legenda Dikubur Tanpa Kentongan dan Angklung

  • www.nusabali.com-legenda-dikubur-tanpa-kentongan-dan-angklung

Legenda sepakbola Bali I Made Sony Kawiarda, 62 tahun, dikubur, Wraspati Umanis Pahang, Kamis (31/1).

AMLAPURA, NusaBali
Penguburan jenazah tanpa diawali membunyikan suara kentongan dan diiringi tabuh angklung. Prosesinya di Setra Desa Pakraman Tumbu, Banjar Tumbu Kelod, setelah matahari terbenam. Hal itu mengacu ketentuan dari Panitia Karya Panca Walikrama di Pura Besakih.

Ketentuan tidak menyuarakan kentongan dan menyuarakan angklung, agar krama banjar tidak ikut kena cuntaka. Hanya anggota keluarga terdekat serta tetangga yang ikut aktif melaksanakan upacara mendem sawa (jenazah) kena cuntaka.

Prosesi menguburkan diawali memandikan jenazah di rumah duka pada pukul 16.00 Wita. Selanjutnya setelah matahari terbenam pukul 18.10 Wita, jenazah diusung ke Setra, dan terlebih dulu jenazah dikelilingkan tiga kali ke arah kiri mengelilingi liang kubur.

Jenazah yang terbungkus kain kafan ditidurkan di liang kubur, lalu upacara persembahyangan, dengan diantarkan Jro Mangku Wayan Retes. Seluruh pretisentana almarhum  mendoakan, dengan melaksanakan pamuspaan sambil berdiri.

Prosesi terakhir, masing-masing menguruk kuburan, dan berakhir pukul 19.10 Wita. Tampak hadir adik kandung almarhum I Made Pasek Wijaya dan anak semata wayang almarhum I Made Randi, dan kerabatnya.

Karir sepakbola Sony Kawiarda , diantaranya memperkuat klub Perkesa (Persatuan Sepakbola Kebayoran dan Sekitarnya) 78 di Sidoarjo, pindah ke Niac Mitra Surabaya seangkatan I Wayan Diana, I Gusti Anak Agung Rai Bawa, dan Djoko Malis. Sebelum meninggal tercatat sebagai pelatih Akademi Putra Perkanti Jimbaran, Badung.

Putra semata wayang Kawiarda, I Made Randi mengatakan, ayahnya selama ini tidak pernah mengeluhkan sakit, dan menolak diajak periksa ke dokter. "Padahal secara fisik kelihatannya tidak enak badan, tetapi beliau bilang tidak apa-apa," kata I Made Randi, di sela-sela upacara menguburkan jenazah ayahnya.

Menurut Randi, almarhum selama ini menderita sakit hipertensi, dan sakit panas di bagian kepala belakang. Almarhum sering mengeluhkan sakit panas. "Walau kondisi tidak enak badan ayah saya tetap rajin olahraga," tambahnya.

Ayahnya dikabarkan jatuh di dapur di rumahnya Jalan Kepasekan Gang Nusa Indah 11, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (30/1) pukul 14.00 Wita, saat itu di rumahnya sepi. Made Randi dan istrinya sedang berkerja. "Sebelumnya kami tidak ada firasat apa-apa, terkait kepergian ayah saya," ucap Randi.

Sedangkan I Made Pasek Wijaya juga mengatakan, kakak kandungnya meninggal karena sakit hipertensi, dan sakit panas di kepala belakang. Pasek Wijaya mengaku, bukan saja masyarakat Bali kehilangan legenda sepakbola, tapi juga termasuk dirinya. Sebab, sang kakak adalah inspirasi kesuksesan sebagai pemain sepakbola dan pelatih.

Almarhum putra ke-3 dari 9 bersaudara pasangan dari I Made Kawi (almarhum) dan Ni Nyoman Cita Langun (almarhum), meninggalkan seorang anak dan seorang menantu. Sedangkan istrinya lebih dahulu meninggal tahun 2013. *k16

Komentar