nusabali

Mati Mesin, Truk Terjun ke Sungai

  • www.nusabali.com-mati-mesin-truk-terjun-ke-sungai

Ia (sopir truk) baru berhasil keluar dari bodi truk setelah truk dalam posisi terjepit di antara bebatuan.

GIANYAR, NusaBali

Truk bermuatan batu padas palimanan, nopol P 8741 QB terjun bebas ke aliran sungai/Tukad Wos, perbatasan Banjar Gelogor, Desa Lodtunduh, Ubud - Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Sukawati, Gianyar, Kamis (31/1) sekitar pukul 10.30 Wiat. Truk dikemudikan Agus Tri Pamungkas,23, asal Banyuwangi, Jatim, melaju dari arah selatan Banjar Gelogor melintasi jembatan, hendak menanjak menuju utara Banjar Kengetan.

Karena tak kuat nanjak, mesin tiba-tiba mati. Seketika itu, roda belakang truk bergerak mundur. Naas, di belakang truk terdapat Tukad Wos, dalam sekitar 18 meter. Truk terjun ke dasar sungai. Sopir truk Agus Tri Pamungkas selamat dari kecelakaan itu. Ia baru berhasil keluar dari bodi truk setelah truk dalam posisi diam terjepit di antara bebatuan.

Saking syok atas kejadian itu, Agus Tri hanya bisa duduk termenung di samping truknya. Hingga akhirnya Bhabin Lodtunduh bersama piket Zebra Polsek Ubud, Pospol Desa Singapadu dan sekitar sembilan warga dari dua banjar bertetangga ini datang melihat kejadian itu. Agus Tri berhasil dievakuasi, sementara hingga Kamis sore, bangkai truk masih di dasar sungai. Sempat datang tim dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)  Gianyar dan Basarnas. Namun karena medan terjal, evakuasi bangkai truk urung dilakukan.

Menurut salah satu warga yang mengevakuasi sopir Agus Tri, I Nyoman Landuh warga asal Banjar Gelogor, Lodtunduh, awalnya mendengar suara gemuruh seperti tebing longsor. “Saya dengan sekitar jam 10, pas sedang ngayah sambil ngempu di Pura,” jelasnya. Beberapa menit kemudian, Landuh mendapat informasi ada truk terjun ke sungai. “Saat itu saya pulang antar cucu, lalu pergi ke TKP. Saya kontak teman di radio, juga minta bantuan warga yang kebetulan ada di dekat lokasi,” jelasnya.

Dari atas jembatan, Nyoman Landuh bersama delapan rekannya melihat sopir truk Agus Tri duduk dekat truk. “Saya sempat teriak, bertanya ada berapa orang. Dia menunjuk lemas dengan telunjuk kiri,” terang Landuh.

Bersama warga, Landuh pun mencari jalur untuk turun ke lokasi. “Kami harus memutar ke timur sekitar 50 meter. Lalu turun jalan lagi sekitar 100 meter. Baru bisa sampai di lokasi,” jelasnya. Saat itu, sopir truk tidak bisa dievakuasi dengan mudah. Sebab, posisinya berseberangan. Sehingga Landuh berinisiatif mengikat korban Agus Tri dengan kamen dan tali. “Karena harus diseberangkan di sungai, biar bisa naik dari sisi timur,” jelasnya. Setelah badan Agus terikat kuat, dia pun diseberangkan. “Dalam air sungai ada sekitar tiga meter. Makanya kami ikat pakai kamen, lalu kami tarik dan bopong ke atas. Memang agak sulit apalagi batu licin,” ungkapnya.

Setelah berhasil dievakuasi ke jalan, korban Agus Tri pun langsung dilarikan ke RS Premagana Batubulan oleh seorang warga Banjar Kengetan, I Made Ruja. Ruja adalah pemesan batu padas palimanan tersebut. Setelah mendapat penanganan, Agus dinyatakan tidak mengalami luka serius. Hanya memar bagian pinggang, tangan kiri kena pecahan kaca dan memar pada kaki. Korban Agus Tri pun diperbolehkan pulang dan tinggal sementara di rumah Made Ruja. “Kebetulan saya kenal baik sama bosnya. Saya diminta untuk ngurus dia dulu setelah kecelakaan, bosnya sudah nyeberang dari Banyuwangi mau kesini,” ujar Made Ruja ditemui di depan IGD RS Premagana, kemarin.

Kepada NusaBali, Agus Tri mengaku baru pertama kali melintasi jalan kecil yang hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat itu. “Sebenarnya sudah sempat ragu sebelum melewati jembatan. Karena jalannya kecil. Tapi karena sulit memutar balik, saya putuskan lanjut jalan,” ujarnya. Apes, prediksinya bahwa truk akan mengalami masalah akhirnya terjadi. “Saat mati mesin, maunya turun ngasi ganjal. Tapi keburu jatuh. Kejadiannya sangat cepat,” jelasnya.

Dijelaskannya, muatan batu tersebut dibawa langsung dari Banyuwangi. Agus mengaku sudah sempat istirahat selama dalam perjalanan. Untuk menuju lokasi pengiriman, ia menemukan tiga alternatif jalan melalui aplikasi peta pada handphone. “Saya lihat ada tiga jalan. Gak tahunya jalan yang saya pilih itu sempit,” terangnya.

Menurut warga sekitar, I Ketut Sumardika alias Dolar, jalur Banjar Gelogor - Banjar Kengetan hanya bisa dilalui sepeda motor. Bahkan mobil sekelas Pick Up yang jika mengangkut muatan berat, dilarang masuk oleh warga. *nvi

Komentar