nusabali

Seniman Drama Gong Nyoman 'Dabdab' Pidada Meninggal

  • www.nusabali.com-seniman-drama-gong-nyoman-dabdab-pidada-meninggal

Satu lagi seniman drama gong legendaris yang selalu bikin penonton terpingkal-pingkal, meninggal dunia.

GIANYAR, NusaBali

Dia adalah I Nyoman Pidada alias Dabdab, 77, yang meninggal dalam perawatan di RS Ganesha, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (30/1) dinihari. Seniman berudsia 77 tahun ini mengikuti jejak pelawak drama gong lainnya yang telah lebih dulu berpulang, seperti I Nyoman Yudana alias Raja Buduh, I Ketut Tarma alias Dolar, dan I Gusti Mungkreg alias Gangsar.

Nyoman Pidada alias Dabdab menghembuskan napas terakhir di RS Ganesha, Rabu dinihari sekitar pukul 03.00 Wita. Sebelum meregang nyawa, seniman lawak drama gong asal Banjar Dlodtangluk Desa/Kecamatan Sukawati ini sempat selama empat hari dirawat sejak dilarikan ke rumah sakit, Sabtu (26/1) siang pukul 11.00 Wita. Dabdab sebelumnya dilarikan ke RS dalam kondisi badan lemas. Berdasarkan pemeriksaan tim medis, seniman yang juga pengusaha pariwisata ini didiagnosa mengalami pendarahan di otak.

"Bapak dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi badan lemas. Tapi, waktu itu bapak masih sadar dan bisa diajak ngobrol. Kata dokter, bapak mengalami pendarahan di otak sebelah kiri, stroke ringan. Bapak sempat selama 3 hari dirawat di Ruang ICU, sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dinihari tadi (kemarin),” ungkap ketiga almarhum Dabdab, Ni Nyoman Sari Rahayu, saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Lodtangkul, Desa Sukawati, Rabu kemarin.

Hingga saat ini, jenazah seniman lawak drama gong seangkatan Kiul, Komang Apel, Gangsar, Gingsir, Petruk, Dolar, dan Bagong ini masih dititipkan di Kamar Jenazah RSUD Sanjiwani Gianyar. Pihak keluarga masih berembuk terkait prosesi pemakaman. Masalahnya, dua anak perempuan almarhum masih berada di Palu (Sulawesi Tengah) dan Lombok (NTB).

Almarhum Nyoman ‘Dabdab’ Pidada berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Made Uriani, 60, empat anak perempuan masing-masing Ni Wayan Sumerti, Ni Made Widiasih, Ni Nyoman Sari Rahayu, dan Ni Ketut Anis Widiani, serta 8 orang cucu. Si sulung Wayan Sumerti saat ini tinggal di Palu.

Kematian seniman lawak drama gong kelahiran 12 Agustus 1942 ini menyisakan duka mendalam bagi keluarganya. Sebab, selama ini Dabdab tidak ada mengidap penyakit apa pun. Menurut Nyoman Sari Ayu, gejala sakitnya baru muncul Sabtu lalu saat langsung dilarikan ke RS Gamesha.

Bahkan, sehari sebelum masuk rumah sakit, Dabdab yang notabene pemilik saham CV Catur Eka Budi masih sempat menengok tempat wisata Barong Dance miliknya di kelurahan Kesiman, Denpasar Timur. "Lima hari lalu (Jumat) bapak masih beraktivitas normal. Almarhum memang setiap hari ngecek ke Barong Dance. Kadang diantar anaknya, kadang diantar sopir," jelas Sari Rahayu yang kemarin didampingi suaminya, I Ketut Sudiarta.

Seingat Sari Rahayu, almarhum Dabdab jarang sakit. Semasa aktif melawak, almarhum memang sempat 4 kali masuk rumah sakit karena anemia atau kekurangan darah. "Mungkin karena faktor kelelahan, dulu sempat juga dirawat di rumah sakit karena kekurangan darah. Tapi, setelah sembuh, bapak sama sekali tidak pernah sakit,” kenang Sari Rahayu.

Sedangkan sang menantu, Ketut Sudiarta, mengartakan almarhum Dabdab baru benar-benar pensiun dari pentas seni lawak Bali setahun lalu. Sebelumnya, Dabdab rajin ngayah pentas melawak di pura-pura.

Sampai akhir hayatnya, tidak ada anak-anak almarhum yang mewarisi seni melawak Bali-nya. Keempat anak almarhum yangs emuanya perempuan, cenderung menjadi wirausahawan. Namun, sebagai perempuan Bali, mereka semua bisa menari. "Bakat melawak seperti bapak memang tidak ada, paling sekadar menari saja," tutur Sari Rahayu sembari menyebut almarhum Dabdab tidak ada berpesan khusus sebelum meninggal.

Nyoman Pidada alias Dabdab merupakan salah satu seniman lawak drama gong legendaris di Bali. Dabdab sempat dianugerahi penghargaan Wija Kusuma dari Pemkab Gianyar tahun 2011 silam. Almarhum Dabdab eksis di drama gong sejak era 1970-an. Teman seangkatannya, antara lain, Petruk, Dolar, Gangsar, Gingsir, Bagong, Kiul, Komang Apel, dan Raja Buduh.

Si Raja Buduh sudah paling awal berpulang beberapa tahun silam. Disusul kemudian Dolar, pelawak drama gong asal Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli yang meninggal sekitar 4 tahun lalu. Terakhir, I Gusti Mungkreg alias Gangsar berpulang dalam usia 74 tahun pada 11 Juli 2018. Gangsar yang biasa berpasangan dengan tokoh Gingsir meng-hembuskan napas terakhir dalam perawatan di RSUD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung. Sebelum meninggal, seniman asal Banjar Bindu, Desa Mekar Bhuana, Kecamatan Abiansemal, Badung ini sempat beberapa kali meminta foto dirinya agar dicetak.

Karier Dabdab sebagai pelawak drama gong legendaris mulai menanjak akhir dekade 1970-an. Ketika itu, Dabdab tergabung bersama Kiul dan Komang Apel (nama beken Ida Bagus Pujana) di Sekaa Drama Gong ‘Bintang Bali Timur. Dabdab bisa berpasangan dengan siapa saja. Paling sering, dia berartner dengan Kiul, sehingga duet ‘Dabdab-Kiul’ amat tenar di masyarakat, seperti halnya duet ‘Petruk-Dolar’, ‘Gangsar-Gingsir’, dan ‘Bagong-Petruk’.

Dabdab juga dikenal sebagai pelopor tata rias wajah drama gong dengan konsep lucu. Di atas pentas, Dabdab familiar dengan penampilan rambut seulik di ujung kepalanya yang botak. "Bahkan, Petruk dan Dolar mengakui riasan wajah mereka terinspirasi dari bapak (Dabdab),” cerita Nyoman Sari Rahayu.

Selain menjadi seniman lawak drama gong melegenda, Dabdab juga aktif di pencak silat Perisai Diri (PD). Dabdab masuk Perguruan Pencak Silat PD Ranting Sukawati sejak tahun 1966 dan menjadi anggota angkatan pertama. "Terakhir, beliau dapat sabuk biru," ungkap AA Putra Wijaya, rekan almarhum di Perguruan Pencak Silat PD, Rabu kemarin. "Di pencak silat, beliau cenderung sebagai pembina, pengurus, dan donatur," imbuhnya. *nvi

Komentar