nusabali

Empat Jenazah Korban Longsor Dikubur Terpisah

  • www.nusabali.com-empat-jenazah-korban-longsor-dikubur-terpisah

Jenazah Ketut Budikaca bersama istri, Luh Setiani dan anak sulung Putu Rikasih dikubur di Setra Gede, sementara si bungsu Kadek Sutama di Setra Alit

SINGARAJA, NusaBali

Sehari pasca bencana maut, jenazah empat orang sekeluarga korban longsor di Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng telah dibukuburkan di Setra Desa Pakraman Tegal pada Buda Kliwon Pahang, Rabu (30/1) siang. Si bungsu I Kadek Sutama, 5, dikubur terpisah dari kedua oarngtua dan kakaknya.

Ratusan krama ikut mengantar iring-iringan peti jenazah 4 korban senderan longsor dari rumah duka di Banjar Sangker, Desa Mengening menuju Setra Desa Pakraman Tegal, Desa Mengening yang berjarak sekitar 6 kilometer. Karena jarak tempuh cukup jauh, keempat peti jenazah harus dibawa ke setra secara estafet dengan cara digotong dan kemudian diangkut menggunakan mobil.

Awalnya, peti jenazah digotong krama beramai-ramai sejauh 1 kilometer dari rumah duka menuju jalan yang bisa dilalui mobil. Setelah itu, barulah peti jenazah diangkut menggunakan 4 mobil berbeda. Namun, mendekati setra, peti jenazah kembali harus digotong ramai-ramai sejauh 0,7 kilometer dari pertigaan Desa Mengening.

Pantauan NusaBali, peti jenazah pertama yang bergerak paling awal berisi jasad I Ketut Budikaca, 33. Disusul kemudian peti jenazah berisih jasad Luh Setiani, 27 (istri dari Ketut Budikaca), peti jenazah Ni Putu Rikasih, 9 (anak sulung), dan peti jenazah Kadek Sutama (anak bungsu) di posisi terakhir.

Dalam penguburan di setra, jenazah 4 orang sekeluarga ini dikubur terpisah. Jenazah pasutri Ketut Budi Kaca dan Luh Setiani dikubur berjejer dengan si sulung Putu Rikasih, di Setra Gede. Sedangkan jenazah si bungsu Kadek Sutama yang baru berusia 5 tahun, dikubur terpisah di Setra Alit.

Prosesi penguburan 4 jenazah sekeluarga korban longsor ini dimulai Selasa siang pukul 12.00 Wita, diawali dengan menghaturkan sasajen kepada masing-masing jenazah korban yang sudah berada dalam peti di rumah duka. Tepat pukul 13.15 Wita, keempat peti jenazah kemudian digotong krama menuju mobil pickup yang telah disiapkan di jalan rabatan beton. Perjalanan mengotong peti jenazah menuju mobil harus melintasi jalan setapak yang licin dan berliku sejauh 1 kilometer.

Peti jenazah Ketut Budikaca digotong oleh sebagian besar anggota Linmas Desa Mengening. Maklum, almarhum Ketut Budikaca semasa hidupnya merupakan Linmas Desa Mengening. Sedangkan peti jenazah Luh Setiani dan dua anaknya digotong oleh kalangan keluarga, kerabat, dan krama banjar. Setelah melewati medan yang cukup berat, tepat pukul 14.00 Wita keempat peti jenazah dinaikkan ke dalam mobil Pick Up.

Krama yang ikut mengantar ke setra, sebagian naik kendaraan roda empat dan sebagian lagi naik kendaraan roda dua. Setelah sampai di pertingaan Desa Mengening, keempat peti jenazah kembali diturunkan untuk digotong bersama menuju setra yang berjarak sekitar 700 meter. Begitu sampai di setra, peti jenazah diletakkan di masing-masing liang kubur yang telah disiapkan.

Kelian Desa Pakraman Tegal, Jro Kadek Astawa Wijaya, mengatakan perjalanan peti jenazah dari rumah duka menuju setra bisa dibijaksanai karena jarak tempuh cukup jauh mencapai 6 kilometer. Hanya saja, agar dresta tetap terlaksana, mka peti jenazah harus digotong dari pertigaan desa menuju setra. “Sesuai dresta, di Desa Pakraman Tegal tidak mengenal pembakaran jenazah. Karenanya, jenazah harus dikubur,” terang Jero Kadek Astawa kepada NusaBali di Setra Desa Pakraman Padang Tegal, Rabu kemarin.

Sementara itu, Pamangku Pura Merajapati Desa Pakraman Padang Tegal, Jro Mangku Ketut Sukrada, mengatakan penguburan jenazah si bungsu Kadek Sutama harus dilakukan di Setra Alit dan terpisah dari kedua orangtua serta kakaknya, karena bocah berusia 5 tahun ini belum ketus gigi (mengalami gigi tanggal). “Setra Alit dikhusukan untuk anak-anak yang belum mengalami gigi tanggal,” jelas Jro Mangku Sukrada.

Korban Ketut Budikaca beserta istri dan dua anaknya tewas tertimbun reruntuhan rumahnya yang ambruk akibat tertimpa senderen setinggi 3 meter yang longsor saat hujan lebat, Selasa dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Ketut Budikaca ditemukan tewas dalam kondisi memeluk anak sulungnya, Putu Rikasih, di lantai kamar tidurnya. Sedangkan sang istri, Luh Sentini, tewas da-lam kondisi memeluk si bungsu Kadek Sutama di atas tempat tidur kamar yang sama.

Warga membutuhkan waktu selama 2 jam untuk bisa menuntaskan proses evakuasi jenazah 4 orang sekeluarga ini, sejak pukul 05.30 Wita hingga pukul 07.30 Wita. Pasalnya, evakuasi dilakukan secara manual dengan peralatan seadanya, di mana warga harus menyingkiran reruntuhan rumah yang sebagian roboh tertimpa senderan longsor.

Senderan setinggi 3 meter di belakang rumah korban yang longsor itu baru selesai dibangun sekitar 3,5 bulan lalu. Posisi senderan berjarak sekitar 2 meter dari tembok rumah keluarga Budikaca. Hanya saja, posisi rumah lebih rendah sekitar 2 meter dari pondasi senderan. *k19

Komentar