nusabali

Buleleng Absen 8 Seni di PKB 2019

  • www.nusabali.com-buleleng-absen-8-seni-di-pkb-2019

Dinas Kedudayaan Buleleng saat ini mulai memetakan persiapan keikutsertaan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI.

Krisis Seniman dan Anggaran Kesenian


SINGARAJA, NusaBali
Kabupaten Buleleng pun tak mampu menyiapkan delapan bidang kesenian dari total 24 jenis yang akan ditampilkan.  Karena Buleleng saat ini mengalami krisis seniman, khususnya kesenian klasik. Buleleng juga mengalami keterbatasan anggaran untuk PKB.

Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng I Wayan Sujana, Minggu (27/1), mengatakan ketidakikutsertaan pada delapan bidang kesenian itu sudah menjalani pertimbangan yang matang. Kedelapannya meliputi kesenian Tembang Girang atau Arja negak, Drama gong klasik era tahun 1970-an, Prembon, Bapang barong, Kesenian kolosal, Janger melampahan, dan kesenian hasil rekonstruksi.

“Dari hasil rapat kami dengan sanggar seni, memang sejumlah kesenian tidak dapat diikuti karena memang pesertanya kita tidak punya, khususnya di kesenian-kesenian klasik. Kalaupun ada, sudah tak memenuhi syarat dari keriteria umurnya,” ungkap Sujana.

Kendala itu terjadi, kata Sujana, pada kesenian, arja negak dan  prembon. Ia mengakui untuk dua kesenian klasik ini, memang terhambat dari segi regenerasi. Sangat jarang anak muda yang mau belajar dan menekuni kesenian arja dan prembon ini. “Tahun lalu saat menampilkan arja yang pesertanya delapan itu saya kami sudah kelimpungan apalagi sekarang yang mengharuskan sebelas orang dalam satu tim dan usianya remaja,” imbuh dia.

Sedangkan kendala keikutsertaan kesenian dalam PKB tahun ini, juga disebut Sujana dipengaruhi oleh faktor anggaran. Saat ini Pemkab Buleleng hanya menyediakan anggaran Rp 1,14 miliar untuk biaya pembinaan, latihan dan pementasan PKB. Dengan keterbatasan dana itu Sujana pun memilih tak ikut dalam kesenian yang menghadirkan seniman masal seperti kesenian kolosal dan janger melampahan.

Meski demikian Dinas Kebudayaan tahun ini tetap menghadirkan salah satu kesenian dengan jumlah seniman banyak, yakni gong kebnyar. Sujana menyebut hal itu adalah komitmen Buleleng tetap melestarikan  kesenian-kesenian yang cikal bakalnya dari Buleleng. Bahkan untuk tahun ini pihaknya pun memberikan uang pembinaan lebih banyak kepada sanggar gong kebyar yang akan mewakili Buleleng ke PKB. Sekaa gong kebyar dewasa mendapatkan uang pembinaan Rp 195 juta, sedangkan sekaa gong kebyar wanita dan anak-anak Rp 180 juta.

Sujana juga menyebutkan jika tahun ini Buleleng kembali akan menampilkan kesenian klasik wayang wong Tejakula sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang diakui UNESCO, setelah lima tahun absen di PKB. Perkembangan kesenian yang baru juga terjadi di wayang parwa dalang anak-anak. Jika tahun-tahun sebelumnya Buleleng tak bisa mengirim karena tak ada seniman, tahun ini siap dengan dalang cilik asal Tejakula.*k23

Komentar