nusabali

Tewas Usai Hadiahkan Sapi untuk Istri

  • www.nusabali.com-tewas-usai-hadiahkan-sapi-untuk-istri

Inilah cerita pilu di balik kematian tragis satu keluarga beranggotakan 4 orang yang tewas tertimbun longsor senderan di rumahnya kawasan Banjar Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Selasa (29/1) dinihari.

SINGARAJA, NusaBali

Beberapa jam sebelum tewas tertimbun longsor bersama istri dan kedua anaknya, korban I Ketut Budikaca, 33, sempat membelikan hadiah berupa sapi untuk istrinya, Luh Sentiani, 27.

Sapi jantan yang dihadiahkan buat dipelihara sang istri itu dibeli korban Ketut Budikaca dari kakak tirinya, I Wayan Kanda. Korban pun baru membayar uang pembelian sapi sebesar 6,5 juta itu kepada Wayan Kanda, Senin (29/1) malam pukul 19.00 Wita. Namun, 9 jam kemudian, pasutri Ketut Budikaca dan Luh Sentiani bersama kedua anaknya, Putu Rikasih, 9, dan Kadek Sutama, 5, justru tewas tertimbun senderan longsor di belakang rumahnya, Selasa dinihari pukul 04.00 Wita.

Ketut Budikaca sendiri merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara lain ibu. Ayahnya, Nyoman Dunia, 78, memiliki dua istri. Korban lahir dari istri kedua. Meski bersaudara tiri, mereka semuanya akur. Korban Ketut Budikaca tinggal di pekarangan rumah lahan bawah, persis di bawah senderan, bersama istri dan anaknya. Sedangkan kakak dan adik tirinya yang sama-sama sudah berkeluarga, Wayan Kanda dan Komang Sanabawa, menempati rumah di pekarangan bagian atas, bersama orangtua mereka.

Menurut Nyoman Dunia, anaknya yang tewas tertimbun longsor, Ketut Budikaca, membeli sapi jantan seharga Rp 7 juta kepada kakaknya, Wayan Kanda. Sapi tersebut dihadiahkan kepada sang istri untuk dipelihara. Sebab, selama ini istrinya selalu ingin pelihara sapi, selain memelihara babi sebagai celengan keluarga. Karena Ketut Budikaca baru memiliki uang yang cukup, akhirnya dibelilah sapi milik Wayan Kanda.

Namun, kata Nyoman Dunia, korban Ketut Budikaca baru bisa membayar Rp 6,5 juta pembelian sapi tersebut. Sisanya sebesar Rp 500.000 masih nganggeh (bon). Nyoman Dunia mengatakan, uang Rp 6,5 juta itu baru diserahkan Budikaca kepada kakak tirinya, Senin malam sekitar pukul 19.00 wita, langsung di rumah Wayan Kanda. Ternyata, hanya berselang 9 jam pasca bayar sapi, Budikaca justru tewas diterjang longsor bersama istri dan kedua anaknya.

“Mare gati panak tiyange suud membayahan meli sampi teken beline. Nu asane nganggeh jak beline buin limang atus tali (Baru saja anak saya habis membayar pembelian sapi milik kakanya. Rasanya sia masih ngutang Rp 500.000, Red),” ungkap Nyoman Dania saat ditemui NusaBali di rumah duka, Selasa kemarin.

Usai membayar pembelian sapi, kata Nyoman Dunia, korban Budikaca kemudian nonton acara televisi di rumahnya yang bersebelahan dengan rumah keluarga Wayan Kanda. Malam sekitar pukul 20.00 Wita, korban Budikaca pamit pulang dari rumah ayahnya ke rumahnya yang berada di lahan bawah. Korban pamit pulang karena saat itu hujan deras dan khawatir dengan istri serta kedua anaknya. Kebetulan, malam itu kedua anak Budikaca tidak nonton TV di rumah kakeknya di pekarangan lahan atas. Padahal, biasanya mereka nonton TV di rumah sang kakek.

Ternyata, nonton TV malam itu menjadi pertemuan terakhir antara korban Budikaca dengan ayah serta kakak tirinya. Menurut Nyoman Dunia, pihak keluarga tidak mendapat firasat apa pun sebelum musibah maut yang menewaskan anak, menantu, dan dua cucunya ini. Hal menonjol sebelum tewas mengenaskan hanya korban Budikaca bayar beli sapi Rp 6,5 juta untuk hadian kepada sang istri.

Sementara itu, kakak perempuan korban Ketut Budikaca, yakni Ni Wayan Kasih, 35, mengatakan adiknya sempat menunjukkan gelgatat yang tidak biasanya sebulan sebelum tewaas diterjang longsor. Kisahnya, Wayan kasih yang menikah ke Bangli kala itu pulang kampung saat Hari Raya Galungan. Berbeda dari biasanya, korban Budikaca saat itu begitu ramah menyapa kakaknya seraya menanyakan keadaan keluarga di Bangli.

“Saya kan berteman di FB, saya salelu chat dengan dia (Budikanca, Red). Waktu Hari Raya Galungan kebetulan saya pulang kampung melihat bapak. Nah, tidak biasanya dia sangat ramah dan agak manja dengan saya. Dia menayakan keadaan keluarga saya di Bangli,” kenang Wayan Kasih kepada NusaBali di rumah duka, Selasa kemarin.

Wayan Kasih sendiri menggaku mendapat info adik kandung, ipar, dan dua keponakannya tewas diterjang longsor melalui kerabatnya per telepoon. Begitu menerima telepon, Wayan Kasih langsung pulang ke Desa Mengening. Perempuan berusia 35 tahun ini pun sempat memeluk jenazah dua keponakan, ipar, dan adiknya yang terbaring di lantai teras rumah kakak tirinya, Wayan Kanda.

Menurut Wayan Kasih, sebelum mendapat kabar duka per telepon, dirinya sempat terbangun dari tidurnya gara-gara kaget, Selasa dinihari pukul 02.00 Wita. Entah karena firasat atau tidak, saat terbangun dia langsung teringat dengan keadaan rumah adiknya di Desa Mengening. “Saya kok tiba-tiba teringat Budikaca waktu terbangun dinihari tadi (kemarin). Saat itu di rumah saya lagi hujan deras, saya langsung teringat rumah Budikaca di bawah senderan,” cerita Wayan Kasih. *k19

Komentar