nusabali

Ratusan Pekerja Pelabuhan Nganggur

  • www.nusabali.com-ratusan-pekerja-pelabuhan-nganggur

Di Desa Padangbai ada 8 operator dengan 20 kapal cepat. Tiap operator kapal mempekerjakan 5–20 porter, dan di tiap kapal rata-rata ada 20 awak kapal.

Penutupan Pelabuhan Rakyat Padangbai Diperpanjang


AMLAPURA, NusaBali
Cuaca di Selat Lombok kembali memburuk. Akibatnya penutupan aktivitas pelayaran di Pelabuhan Rakyat Padangbai, Banjar Segara, Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem, diperpanjang hingga Senin (28/1), dari semula ditutup pada Kamis (24/1) hingga Sabtu (26/1). Dampak dari penutupan Pelabuhan Rakyat Padangbai, yang melayani penyeberangan wisatawan ke Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, itu selama lima hari ratusan tenaga kerja menganggur.

“Cuaca masih memburuk, gelombang masih tinggi, belum memungkinkan mengoperasikan kapal cepat atau fast boat. Untuk itu penutupan aktivitas di Pelabuhan Rakyat Padangbai, kami perpanjang hingga Senin (28/1),” kata

Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Padangbai Ni Luh Putu Eka Suyasmin yang dikonfirmasi di ruang kerjanya, Sabtu (26/1).

Sebelumnya penutupan dilakukan pihak Kesyahbandaraan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Padangbai pada Kamis (24/1) hingga Sabtu (26/1). Penutupan diperpanjang hingga Senin (28/1) besok, karena cuaca di Selat Lombok memburuk.

Dampak dari penutupan Pelabuhan Rakyat Padangbai, setidaknya untuk selama lima hari sejak Kamis (24/1) hingga Senin (28/1), ratusan tenaga kerja menganggur.

Ketua Paguyuban Kapal Cepat Padangbai I Kadek Aris Suyasa menyebutkan di Desa Padangbai ada 8 operator dengan 20 kapal cepat yang melayani penyeberangan dari Pelabuhan Rakyat Padangbai menuju Objek Wisata Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan sebaliknya.

Rata-rata setiap kapal mempekerjakan 20 orang, mulai dari anak buah kapal (ABK), kapten, mualim I, dan kepala kamar mesin (KKM). Belum lagi tiap perusahaan kapal mempekerjakan 5–20 porter.

Jika diambil rata-rata setiap perusahaan kapal mempekerjakan 10 porter, berarti total ada sekitar 480–500-an orang pekerja yang ‘menganggur’ selama Pelabuhan Rakyat Padangbai itu ditutup operasionalnya.

Jumlah tersebut belum termasuk pengemudi kendaraan pariwisata yang mengangkut wisatawan tiap hari, yakni sekitar 100-an sopir.

Aris Suyasa mengatakan, pada saat kondisi normal tiap hari mengoperasikan dua trip, masing-masing pukul 09.00 Wita dan pukul 14.00 Wita. Dalam satu trip ada satu kapal yang berangkat, tiap kapal rata-rata mengangkut 80 hingga 100 orang wisatawan, tergantung kapasitas kapal. Jadi maksimal sehari mengoperasikan dua kapal.

“Kami berharap selepas Senin (28/1) cuaca di Selat Lombok membaik, sehingga aktivitas di Pelabuhan Rakyat Padangbai kembali normal,” harap Aris Suyasa.

Berdasarkan prakiraan dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar yang diterima KSOP Padangbai, kondisi di Selat Lombok bagian utara dengan kecepatan angin 6–20 knots, tinggi gelombang 1–2,5 meter. Sedangkan Selat Lombok bagian selatan dengan kecepatan angin 6–20 knots, dan tinggi gelombang 1–3,5 meter.

Disebutkan tinggi gelombang hingga 3 meter, tidak memungkinkan mengoperasikan kapal cepat atau fast boat, beda dengan kapal feri. “Kapal cepat dioperasikan apabila tinggi gelombang maksimal 1,5 meter,” ujar Putu Eka.

Kapolsek Kawasan Laut Padangbai Kompol I Wayan Suberata membenarkan penutupan aktivitas di Dermaga Rakyat Padangbai diperpanjang. “Ya, karena cuaca di Selat Lombok masih memburuk, sehingga aktivitas pelabuhan ditutup,” ujarnya.

Sementara aktivitas kapal feri di Pelabuhan Padangbai masih normal beroperasi di dua dermaga. Selain melayani penyeberangan ke Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, NTB, juga melayani penyeberangan ke Pelabuhan Desa Mentigi, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung.

Sebelumnya diberitakan, aktivitas penyeberangan di Dermaga Rakyat Pelabuhan Padangbai, Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, terpaksa ditutup selama tiga hari karena gelombang di Selat Lombok tingginya mencapai 4 meter. Dermaga Rakyat Padangbai ditutup sejak Kamis (24/1) hingga Sabtu (26/1).

“Gelombang laut hingga 3 meter itu sangat membahayakan bagi fast boat atau kapal cepat. Makanya, kami keluarkan surat peringatan kepada para nakhoda agar menghentikan aktivitas selama tiga hari,” jelas Putu Eka, Kamis (24/1).

Sementara itu, BMKG Wilayah III Denpasar menyatakan cuaca ekstrem seperti hujan deras disertai angin kencang yang terjadi pada Kamis (24/1), diakibatkan fenomena Siklon Tropis Relay. Fenomena yang baru muncul Kamis pagi itu disebabkan oleh pertemuan massa udara tekanan rendah yang terjadi di wilayah Selatan Bali.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar, Imam Faturahman, mengatakan pemicu tekanan rendah angin yang secara merata di Selatan Bali, Selatan Lombok, dan Selatan Jawa ini karena adanya perbedaan cukup ekstrem pergerakan angin dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Perbedaan ekstrem inilah yang menyebabkan kecepatan angin semakin kencang. Disebutkan, fenomena Siklon Tropis Relay ini bisa memicu angin kencang dan gelombang laut setinggi 5-7 meter yang diperkirakan akan terjadi selama tiga hari ke depan.

Imam menegaskan, fenomena Siklon Tropis Relay ini berdampak terhadap kawasan Denpasar dan Badung. Kecepatan angin mencapai 40 knot, hingga memyebabkan gelombang tinggi di perairan Bali mencapai kisaran 5-7 meter. “Kalau kecepatan angin 40 knot, ini dikategorikan cukup ekstrem baik untuk di darat maupun di laut. Kalau kapal feri saja, batasannya maksimal 20 knot,” katanya. *k16

Komentar