nusabali

Ribuan Petani Tak Bisa Bersawah

  • www.nusabali.com-ribuan-petani-tak-bisa-bersawah

Semestinya, proyek ini dikerjakan selama sembilan bulan hingga berakhir 4 Desember 2018.

Penyelesaian Proyek Irigasi Lamban

GIANYAR, NusaBali
Sekitar 400 hektare (ha) sawah dari 16 subak di Desa Kedewatan, Desa Sayan, dan Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, tak bisa tanam padi atau pun bersawah. Karena di subak tersebut sedang ada perbaikan saluran irigasi sepanjang 20 kilometer. Sekitar 1.500 petani setempat mengangggur dan pasrah.

Semestinya, proyek ini dikerjakan selama sembilan bulan hingga berakhir 4 Desember 2018. Namun, hingga akhir Januari 2019, proyek yang digadang-gadang bisa mengalirkan air irigasi lebih banyak ini belum rampung. 

Sekitar 1.500 petani penggarap sawah hanya bisa pasrah. Bahkan tak sedikit di antaranya, pilih menjual lahan sawahnya kepada investor untuk dibangun akomodasi wisata. 

Pekaseh Subak Kutuh, Desa Sayan, Ubud, I Made Sudana menjelaskan, kondisi petani tersebut berawal dari proyek perbaikan badan sungai saluran irigasi di hulu lahan subak lantaran jebol. Proyek bantuan Pusat ini dikerjakan Balai Wilayah Sungai Bali Penida. "Pemborong berjanji selesaikan proyek pada 4 Desember 2018. Bahkan petani berikan toleransi sampai akhir Desember 2018, namun sampai saat ini nasib petani tidak jelas,” ungkapnya.

Kata Sudana, para petani juga dikatakan semangat lantaran dapat iming-iming air yang didapatkan lebih besar pasca perbaikan tersebut. Kenyataannya tidak sesuai dengan janji dari pihak pemborong, awalnya petani dengan bangganya akan mendapatkan air yang besar sekarang harapan itu pupus. Pasalnya sampai pertengahan Januari 2019 ini sawah mereka belum bisa dialiri air. Sekitar 1.500 petani di ketiga desa itu ada yang memilih menanam jagung, bunga, dan kacang pada lahannya yang hanya memanfaatkan air hujan itu. Bahkan sebagian besar ada yang membiarkan hingga akhirnya ditumbuhi rumput tinggi-tinggi seeprti rawa, dan parahnya lagi ada yang menjualnya dijadikan villa.

“Anggarannya itu sekitar Rp 3,5 miliar, dan serah terima semestinya pada 4 Desember tahun lalu. Saya sebagai pengurus subak dan rekan yang lain sudah sempat mengadu dengan cara mengirim surat ke Balai WS Bali Penida selaku pemegang proyek. Dinas-dinas terkait, hingga Bupati Gianyar, namun sampai saat ini belum ada tanggapan apapun,” terang Sudana.

Panjang irigasi dari sumber air yang diperbaiki sekitar 20 kilometer.“Semestinya 1.500 petani kami sudah dua kali menikmati hasil panennya. Namun sekarang mereka nganggur, dan mengelola seadaanya dan sebagian tanahnya dialih fungsikan dijadikan villa. Mereka juga harus membeli beras, seharusnya mereka yang menjual beras, belinya pun mereka harus meminjam  uang terlebih dahulu,” ungkap Sudana.

Dikonfirmasi terpisah pemborong proyek saluran irigasi tersebut, Dewa Sunar mengaku pengerjaan proyek itu sebenarnya sudah selesai. Hanya saja di selatan lokasi proyek terdapat ada longsor susulan. Namun tepat berada di bawah salah satu hotel, sehingga pihak hotel yang akan memperbaikinya. “Makanya airnya belum bisa mengalir, padahal pekaseh sudah tahu kendala tersebut,” katanya.

Ia mengaku sudah turun bersama masyarakat ke lokasi jebol susulan itu. Pihak Pekerja Umum (PU) Provinsi Bali sempat meninjau ke lokasi.*nvi

Komentar