nusabali

Pedagang Kantong Plastik Kehilangan Pembeli

  • www.nusabali.com-pedagang-kantong-plastik-kehilangan-pembeli

Pasca diberlakukannya Pergub Nomor 97 Tahun 2018, tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai, toko plastik di kawasan Kota Denpasar mengaku ‘merugi’ hampir 50 persen dibandingkan sebelum ditetapkannya peraturan tersebut oleh Gubernur Bali.

DENPASAR, NusaBali
Kesenjangan tersebut amat terasa ketika toko mereka mendadak sepi pengunjung. Seperti yang dirasakan oleh salah satu pemilik toko plastik di kawasan Jalan Nangka Utara, Tonja, Denpasar ini. Adalah Oka, Pemilik Toko Plastik 12, mulai mengeluh lantaran pelanggan dan pemasukannya berkurang. “Kalau pengaruhnya, sangat berpengaruh penjualannya. Dari kemarin kita belum ada itu (Pergub), ya turun hampir 50 persen, karena semua pakai itu (plastik) soalnya. Ya, tapi pelan-pelan memang harus diperbaiki lagi,” curhat wanita itu di toko miliknya, Rabu (23/1).

Menurutnya, pedagang skala besar telah mengurangi pembelian kantong plastik, namun pedagang kecil masih setia membeli tas-tas plastik dari tokonya karena mengaku belum punya pengganti untuk membungkus pesanan, sedangkan produk pengganti yang ditawarkan harganya berselisih cukup jauh. Selain itu, penjualan sedotan plastik juga mulai dikurangi.

Sementara, solusi yang ia tawarkan kali ini adalah menjual tas plastik yang mudah hancur dan sedotan berbahan kertas. Namun, lagi-lagi ia kurang yakin lantaran harga jual yang mahal. Sebagai perbandingan, jika hanya dengan Rp 7.000 sudah dapat 180 pcs sedotan plastik, maka kini satu sedotan kertas dijual seharga Rp 400. Harga tersebut sontak membuat pelanggan kebakaran jenggot.

“Sebenarnya sih harusnya ada solusi dulu, penggantinya apa, kedepannya seperti apa. Nanti, kalau misalnya ada pengganti, yang itu kita jual. Ya, diharapkan sih ada penyelesaian yang bagus saja. Sebenarnya kan pengolahan sampah itu bagus, itu juga harus lebih dimaksimalkan. Saya setuju kok, kalau itu (sampah) dikurangi, tapi kan harus ada timbal balik juga ke bawahnya itu kayak apa,” tutur Oka pasrah.

Rupanya, selain Oka, pedagang plastik lain di kawasan Jalan Kartini, Dauh Puri Kaja, Denpasar, juga merasakan hal serupa. Pendapatannya juga merosot hampir 50 persen.

“Kalau penjualan, memang menurun pasti, hampir separuh. Soalnya kan, banyak juga langganan-langganan kita tuh yang tidak ambil lagi. Kan gak boleh pakai,” ratap Edi, kasir Toko Kartini Plastik kepada NusaBali di hari yang sama.

Edi mengaku sebagian besar penjualan toko datang dari tas plastik. Namun, kini bosnya harus putar otak untuk mencari pengganti karena tas plastik sekali pakai sudah harus dikurangi.

Solusinya  adalah TeloBag, yaitu tas mirip plastik yang berbahan pati ketela. Sayang,  bahannya yang tidak tahan panas dan air, harganya pun jauh di atas tas plastik biasa. “Barang baru datang belum ada seminggu, masih dijual dalam skala kecil. Ukuran kecil harganya Rp 27.500/ 50pcs, medium Rp 38.500/ 50pcs, besar Rp 60.500/ 50pcs,” tambah pria itu sambil memegang daftar harga. *cr41

Komentar