nusabali

Cuaca Ekstrem, Balawista ‘Tutup’ Pantai Kuta

  • www.nusabali.com-cuaca-ekstrem-balawista-tutup-pantai-kuta

“Kalau tutupnya untuk semua aktivitas di airnya (mandi dan surfing). Kalau yang mau berkunjung biasa saja itu diijinkan. Kita hanya melarang semua wisatan yang mandi. Tentu ini didasari oleh cuaca ekstrem yang terjadi saat ini”

Ketinggian Ombak Capai 3 Meter, Sampah Penuhi Pantai

MANGUPURA, NusaBali
Cuaca ekstrem seperti angin kencang, hujan disertai petir yang terjadi di Bali dalam dua pekan belakangan ini sangat berdampak di sejumlah obyek wisata yang berada di kawasan Kuta dan Kuta Selatan, Badung. Salah satu obyek wisata yang sangat terdampak adalah Pantai Kuta. Pada Selasa (22/1), petugas terpaksa menutup aktivitas mandi atau berenang di kawasan pantai itu. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Pasalnya, ketinggian ombak mencapai 3 meter serta sepanjang pantai dipenuhi sampah kiriman. 

Kepala Balawista Kabupaten Badung, I Ketut Ipel menerangkan, cuaca di obyek wisata Pantai Kuta pada Selasa pagi hingga sore dikategorikan ekstrem. Hujan disertai angin membuat obyek wisata tersebut terpaksa ditutup untuk aktivitas mandi atau surfing para wisatawan. Penutupan itu, kata Ipel sebagai langkah antisipasi jatuhnya korban. Untuk mengantisipasi adanya wisatawan 'nakal', pihaknya mengerahkan personel untuk berjaga di beberapa titik tertentu. Meski aktivitas mandi ditutup, namun, para wisatawan tetap diberi akses untuk berkunjung ke pantai. "Kalau tutupnya untuk semua aktivitas di airnya (mandi dan surfing). Kalau yang mau berkunjung biasa saja itu diijinkan. Kita hanya melarang semua wisatan yang mandi. Tentu ini didasari oleh cuaca ekstrem yang terjadi saat ini," katanya, Selasa (22/1) sore. 

Diungkapkannya, ketinggian gelombang di Pantai Kuta sejak Selasa pagi mencapai 3 meter, sehingga sangat membahayakan. Selain gelombang, faktor ditutupnya aktifitas mandi dan surting di pantai tersebut karena sampah kiriman menumpuk di sepanjang pantai. Sampah kayu dan duri tersebut juga faktor yang berbahaya bagi para wisatawan. Meski petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung sudah dikerahkan ke lapangan untuk mengevakuasi, namun tidak bisa berbuat banyak karena kondisi air laut naik. "Selain gelombang, di sepanjang Pantai Kuta juga sampah. Selain kayu, banyak juga duri, sehingga berbahaya juga. Alat berat dari DLHK sudah turun, tapi tidak bisa berbuat banyak karena air pasang. Makanya, atas dasar dua faktor (gelombang dan sampah) itu kita tutup aktivitas mandinya," imbuh Ipel.

Ditanyai terkait lama waktu penutupan untuk aktivitas di Pantai Kuta itu, I Ketut Ipel mengaku disesuaikan dengan situasi di lapangan. Yang pasti, pada Selasa, pihaknya melarang aktivitas berenang dan surving. "Nanti kita sesuaikan (penutupan) itu. Kalau besok (hari ini,Red) cuacanya bagus? Pasti akan dibuka lagi. Tapi, kalau masih seperti ini akan dipertimbangkan lagi karena membahayakan keselamatan. Yang pasti untuk hari ini (selasa kemarin,red) kita tutup," terangnya. 

Terkait cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini, Kepala Data dan Informasi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III Denpasar, Imam Faturahman menerangkan, berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer pada Selasa (22/1) terpantau masih terdapat aliran massa udara basah dari Samudera Hindia yang masuk ke beberapa wilayah di Indonesia termasuk Bali. Bersamaan dengan itu, masih kuatnya Monsun Dingin Asia beserta hangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia yang menyebabkan tingkat penguapan dan pertumbuhan awan cukup tinggi. Dari pantuan pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya daerah pertemuan angin yang konsisten dalam beberapa hari terakhir memanjang dari wilayah Sumatera bagia Selatan, Laut Jawa, Jawa Timur, Bali, hingga NTB dan NTT.  

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, I Putu Eka Merthawan mengatakan, dalam beberapa hari belakangan ini, petugasnya dalam kondisi siaga penuh di lapangan. Bahkan, tim yang dikerahkan ke Pantai Kuta dalam menangani sampah ini dikategorikan full team. 

Meski demikian, pihaknya tidak mudah melakukan penanganan di lokasi. Pasalnya, saat anggotanya melakukan evakuasi sampah-sampah kiriman itu, secara tiba-tiba hujan disertai angin kencang datang, sehingga, proses evakuasi terhenti. Pun sebaliknya, saat hujan henti, proses evakuasi terhenti karena gelombang tinggi. "Kendala yang dihadapi dalam proses penanganan sampah di Kuta ini sangat besar. Musim-musim seperti ini, selain hujan, gelombang juga mempengaruhi proses evakuasi. Sehingga alat berat tidak bisa beroperasi," ujarnya saat dihubungi melalui telpon Selasa (22/1) malam. 

Diakuinya, gelombang tinggi yang terjadi di Pantai Kuta juga memicu sampah-sampah kiriman itu bertumpukan. Petugas di lapangan bekerja seadanya saat hujan reda dan membawa sampah tersebut ke titik stop over (STO) alias tempat penampungan sampah sementara yang ada. Kendala lain yang dialami oleh DLHK juga dari armada angkutan yang dimiliki. Diakui Merthawan, bahwa truk sampah milik Kabupaten Badung terjebak macet di TPA Suwung. Sehingga, keterlambatan armada membuang sampah juga memicu terhambatnya proses evakuasi sampah di Kuta. Menurut dia, dalam sehari, mobil truk sampah milik DLKH yang membuang sampah terjebak macet hingga 7 jam lamanya di area TPA Suwung. "Ini tahun yang paling parah dalam penanganan sampah. Untuk mengangkut sampah yang ada di STO saja tidak bisa, semua truk kita terjebak di sana (TPA Suwung). Itu bisa sampai 7 jam. Saya juga tidak tahu pemicunya, tapi dugaan kita karena jalanan licin diarea Suwung itu," ungkapnya. 

Meski banyak kendala yang dihadapi dalam penanganan sampah di Pantai Kuta, Merthawan tetap berharap akan adanya solusi yang diambil secara bersama kedepannya. "Petugas kita tetap standby di Kuta, begitu juga alat berat. Kita tetap melakukan pembersihan meski itu dilakukan secara bertahap," katanya. *dar

Komentar