nusabali

'Ketakutan' Pengusaha Ritel Pasca Kantong Plastik Dilarang

  • www.nusabali.com-ketakutan-pengusaha-ritel-pasca-kantong-plastik-dilarang

Inilah yang ditakutkan oleh para pengusaha ritel di Bali.

DENPASAR, NusaBali
Peraturan untuk menghentikan penyediaan kantong plastik belanja di gerai-gerai ritel baik lokal maupun nasional, berbuntut pada beralihnya konsumen dan tidak terjadinya pembelanjaan pada kategori barang-barang impulse buying yang notabene selama ini menutupi margin super tipis pada barang-barang kategori fast moving item.

Impulse buying adalah proses pembelian suatu barang, dimana si pembeli tidak mempunyai niatan untuk membeli sebelumnya yang kerap dikenal pembelian tanpa rencana atau pembelian seketika. 

Hal ini dikemukakan oleh Direktur Bali Business Network, I Made Abdi Negara seusai mengadakan workshop bagi para pemilik usaha ritel lokal di Bali, pada 18 – 19 Januari 2019 dengan modul : Human Resources Tools for Business Retail.

Workshop yang diikuti oleh 22 pemilik usaha ritel lokal ini merupakan workshop dan seminar ritel ke-21 yang dilaksanakan sejak tahun 2016 secara konsisten. “Pemerintah tegas dalam melakukan penindakan, tetapi dalam peran pemerintah sebagai fasilitator, mestinya pemerintah ikut melakukan edukasi kepada masyarakat baik dengan menempatkan langsung voulenteer di masing-masing gerai tersebut,” ujarnya.

Menruut Abdi, situasi yang dihadapi para pengusaha di lapangan cukup rumit. Mengingat tidak semua toko/gerai ritel di Bali menerapkan aturan tersebut di lapangan. “Bahkan ada konsumen sampai mengeluarkan  kata-kata kasar kepada kasir karena menganggap tidak dilayani dengan baik, padahal sudah berbelanja banyak,” ungkapnya.

Padahal, kata Abdi, pengusaha melalui kasir dan pramuniaga sudah berupaya mensiasati, misalnya dengan memberikan alternatif kepada konsumen seperti dibungkus dengan kardus, atau solusi lain. Tetapi memang tampaknya, sehabis belanja harus bawa tentengan kantong plastik masih menjadi budaya yang melekat. “Sasaran edukasi yang belum disentuh oleh pemerintah kebanyakan adalah konsumen dari kalangan middle low (menengah ke bawah), ini harus dilakukan strategi yang lebih kuat dan jitu,” kata pengusaha asal Jembrana ini.

Menurutnya, kalangan menengah kebawah ini memang yang harus lebih dijadikan fokus edukasi karena biasanya kesadaran dan karakter yang terbentuk bertahun-tahun sangat mengakar kuat. “Pengaduan dari pengusaha ritel, kebanyakan yang keras dalam melakukan feedback terhadap kebijakan ini adalah kalangan middle low,” tambahnya. *isu

Komentar