nusabali

Harga Tiket Pesawat Masih Tinggi

  • www.nusabali.com-harga-tiket-pesawat-masih-tinggi

Rute tertentu masih membuat penumpang mengalihkan transportasi udara ke darat. Harga avtur untuk domestik yang lebih mahal dinilai sebagai penyebab sulitnya tiket turun.

JAKARTA, NusaBali
Pengusaha travel alias biro perjalanan mengeluh harga tiket pesawat masih tinggi. Menurut Wakil Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), Budijanto Ardiansyah, harga tiket yang masih tinggi mayoritas untuk rute ke Indonesia Timur.

Selain itu, untuk maskapainya, Budijanto menyebut Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air. "Hampir semua, seperti Garuda & Sriwijaya. Kebanyakan Indonesia Timur (yang belum turun tarifnya)," ujar Budijanto dikutip detikFinance, Kamis (17/1). Sebelumnya Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menyatakan tarif pesawat untuk penerbangan domestik turun, dimulai sejak Senin (14/1), cuma hingga kini harga tiket masih tinggi.

Menurut Budijanto mahalnya harga tiket bakal mengurangi minat konsumen memakai pesawat sebagai moda transportasi, khususnya untuk wisata di dalam negeri. "Yang kita khawatirkan tentulah tingginya harga tiket akan membuat masyarakat enggan melakukan perjalanan dengan pesawat. Sehingga pariwisata dalam negeri juga akan terganggu," ujar Budijanto.

Dia menambahkan pengusaha travel terus menyuarakan penurunan harga tiket, termasuk meminta pemerintah kaji ulang tarif bagasi untuk maskapai murah.

"Intinya kita masih terus mendorong airlines untuk segera menyesuaikan harga, agar tidak terlalu mahal. Begitu juga dengan kebijakan bagasi berbayar, pertemuan-pertemuan akan terus kita lakukan," tutur Budijanto.

Sebelumnya Asita Provinsi Riau menyatakan sejumlah biro perjalanan moda transportasi udara mogok tidak menjual tiket pesawat domestik selama sepekan di wilayah setempat. Dikutip dari Antara, aksi mogok ini sebagai bentuk protes harga tiket pesawat yang masih tinggi.  "Ini sebagai bentuk protes perusahaan tour and travel terhadap mahalnya harga tiket pesawat domestik pasca libur tahun baru 2019," kata Ketua Asita Riau, Dede Firmansyah.

Mahalnya tiket pesawat akhirnya membuat transportasi darat jadi pilihan warga Sumatera Barat. Jumlah penumpang bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dengan rute Padang-Jakarta mengalami peningkatan hingga tujuh puluh persen dalam dua pekan terakhir.

"Kalau melihat dari data penumpang ada peningkatan dari Januari 2019, dengan peningkatan hingga tujuh persen dibandingkan sebelumnya," kata Kepala Staf perusahaan bus PT Naikilah Perusahaan Minang (NPM) Perwakilan Padang, Heru Wanda, di Padang, Kamis.

Sebelumnya dalam sehari pihak NPM memberangkatkan dari Sumbar setidaknya tiga atau empat unit bus, dengan rincian dua bus AC, dan dua bus ekonomi.

Sedangkan saat ini dalam sehari pihaknya memberangkatkan hingga tujuh unit dari kelas AC, dan ekonomi. Satu unit bus memiliki kapasitas penumpang sebanyak 41 orang.

Sementara itu pengamat  penerbangan Alvin Lie menilai harga avtur yang mahal bisa membuat perusahaan maskapai menjerit jika harus menurunkan harga tiket pesawat. Pasalnya beban maskapai jadi semakin berat. "Ya sebetulnya mereka teriak teriak juga, mereka kan kesulitan keuangan," kata Alvin.

Apalagi, kata dia harga avtur yang dijual Pertamina untuk maskapai penerbangan domestik lebih mahal dibandingkan untuk penerbangan internasional. "Harga (avtur) Pertamina untuk domestik ini 20 persen  lebih mahal daripada yang untuk internasional," lanjut dia.

Menurutnya perbedaan harga ini berpengaruh cukup signifikan terhadap beban perusahaan. "Ya perbedaan itu berdampak cukup signifikan. Kan biaya avtur ini sekitar 40%-45% dari biaya operasi pesawat per jam. Sedangkan margin perusahaan penerbangan ini hanya sekitar 3-4%. Kalau bisa punya margin 4% itu sudah hebat," paparnya.*

Komentar