nusabali

Pelopor Beras Merah Jatiluwih Ditemukan Tewas

  • www.nusabali.com-pelopor-beras-merah-jatiluwih-ditemukan-tewas

Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada jenazah Grace M Tarjoto. Warga Filipina yang sudah berstatus WNI ini adalah pelopor beras merah Jatiluwih. 

TABANAN, NusaBali
Grace M Tarjoto, 62, pelopor beras merah Desa Jatiluwih, ditemukan tak bernyawa di kamar tidur rumahnya di Banjar Dinas Gunung Sari, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan pada Rabu (16/1) sekitar pukul 08.00 Wita. Penyebab kematian Grace yang ditemukan dalam kondisi sedang tidur ini masih misterius. Karena sesuai dengan pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda kekerasan maupun mempunyai riwayat penyakit. 

Informasi yang dihimpun, Grace M Tarjoto warga asal Filipina namun sudah berstatus WNI, ditemukan meninggal oleh pekerjanya Zero Ardiansyah dan Ni Nyoman Pujiasih. Sejak Selasa (15/1), Grace tidak keluar kamar. Tetapi hingga Rabu pagi Grace ini tidak juga keluar kamar. Akhirnya Zero dan Pujiasih membangunkan Grace, tetapi ada respons/jawaban. Bahkan ketika HP Grace dihubungi tidak diangkat. 

Mendapati kondisi tersebut, Zero dan Pujiasih melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Penebel. Dan setelah polisi datang membuka pintu kamar, Grace didapati sudah tak bernyawa. Posisi Grace masih dalam keadaan tidur mengenakan selimut. Padahal pada Senin (14/1), Grace masih sempat keluar rumah dan bekerja dengan para buruh. 

Kapolsek Penebel AKP I Ketut Mastra Budaya ketika dikonfirmasi mengatakan, kematian Grace masih misterius. Karena saat dilakukan olah TKP dan pemeriksaan luar tidak ditemukan tanda kekerasan dan benda-benda mencurigakan. Bahkan tidak memiliki riwayat penyakit. “Memang sesuai keterangan buruhnya, Grace ini perokok berat,” ungkapnya. 

Jenazah Grace saat ini sudah dibawa ke BRSUD Tabanan menunggu keluarganya dari Jakarta.

Ditambahkan AKP Mastra, Grace sudah menjadi warga Indonesia karena sejak tahun 1993 menetap di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan. Pekerjaan sehari-hari, dia memiliki mesin penggilingan beras merah dan mempunyai tempat penyewaan sepeda gayung. “Kemungkinan jenazahnya akan dikremasi karena sudah menjadi warga Desa Jatuluwih,” tandas AKP Mastra. 

Sebagaimana dilansir Antara, berkembangnya beras merah di Desa Jatiluwih tak bisa dilepaskan dari sosok Grace M Tarjoto, wanita kelahiran Filipina yang sudah sejak 1993 menetap di Bali. Pada awalnya, dia hanya pelancong biasa namun pemandangan alam Jatiluwih telah membuatnya jatuh cinta pada desa tersebut.

Menurut Grace, beras merah karena keunikannya sering juga disebut beras dewa tersebut karena menyehatkan. Jenisnya pulen, bulir padi besar dan berisi penuh, kadar gulanya rendah, kandungan vitamin dan mineralnya sangat tinggi.

Pada 2003 bersama suaminya Heru Tarjoto, pakar tool design lulusan Institut Teknologi Oregon AS mereka mengembangkan fasilitas penyosohan beras modern.

Selain itu sebagai wadah untuk berkumpul dan saling urun rembug Grace yang lulusan ilmu kimia universitas San Agustin Filipina itu mendirikan kelompok tani, dari situlah maka dia membantu melakukan perluasan pasar dengan pengemasan menarik.

Dengan begitu beras merah Jatiluwih bisa masuk supermarket dan pusat perbelanjaan modern. Untuk memperkukuh pemasaran produknya sejak 2010 produksi dari anggota kelompok taninya telah mendapatkan sertifikat organik, dari Lembaga Sistem Organik Seloliman yang berafiliasi dengan lembaga dari Swiss.

Kini, beras merah organik Jatiluwih sudah dikenal di manca negara seperti Filipina, Finlandia, Singapura, Dubai, dan Amerika Serikat. Berkat perjuangan Grace, beras merah Jatiluwih go international. *de

Komentar