nusabali

Pujawali di Pura Kedaton Dipungkasi Tari Kincang Kincung

  • www.nusabali.com-pujawali-di-pura-kedaton-dipungkasi-tari-kincang-kincung

Pujawali di Pura Dalem Kahyangan Kedaton, Desa Pakraman Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan berakhir pada sandikala, Anggara Kliwon Medangsia, Selasa (15/1).

TABANAN, NusaBali
Rangkaian pujawali diakhiri dengan tarian Kincang Kincung. Tarian ini dibawakan khusus oleh para pamangku dengan membawa tapan (tekor, terbuat dari daun pisang) dan tabuh tiga (tuak, arak, berem). Tarian ini merupakan simbol Om, aksara suci Hindu dengan gamelan berirama nang (Ang) nung (Ung), dan nong (Mang). 

Tari Kincang Kincung ditarikan dengan jumlah ganjil. Ada dua baris pamangku biasanya beranggotakan lima, tujuh, dan bilangan ganjil seterusnya, menyesuaikan areal pura. Baris pertama pamangku membawa tapan, baris lainnya membawa tabuh tiga. Sementara pamangku pamucuk di Pura Dalem Kahyangan Kedaton membawa cicipan (kendi) berisi tirta atau air suci. Mereka menari berhadap-hadapan, kemudian berbalik badan. Gerakan tangan mengikuti irama gending nang ning nong. Setelah tiga kali berhadap-hadapan, maka pamangku yang membawa tetabuhan memercikkan tabuh tiga kepada pamangku yang membawa tapan. “Tabuh tiga disajikan kepada rencang Ida Bhatara agar tetap menjaga ketenteraman umat,” ungkap Perbekel Desa Kukuh I Made Sugianto.

Sebelum Tari Kincang Kincung diawali dengan tradisi ngerebeg. Tradisi ini paling dinanti para pamedek, baik anak-anak hingga kalangan dewasa. Peserta ngrebeg adalah laki-laki. Mereka bersorak sorai dengan membawa lelontek, tedung, bandrang, umbul-umbul, tombak, sementara anak-anak membawa ranting pepohonan. Begitu pamangku memercikkan tirta, peserta ngerebeg bagaikan anak panah melesat dari busurnya. Mereka berlari keliling pura sebanyak tiga kali. Sementara patapakan barong ikut menyaksikan jalannya setiap rangkaian tradisi panyineb pujawali. 

Usai ngerebeg diteruskan dengan tarian Pendet. Tarian ini harus dibawakan oleh pamangku lanang maupun istri. Jumlah penari ganjil, biasanya berjumlah 9 orang dengan tiga baris. Pamangku istri menari dengan membawa canangsari sementara pamangku lanang menari dengan membawa tapan. Sementara tiga orang pamangku paling depan membawa tabuh tiga. Para penari ini kemudian disambut dengan pamangku lingsir Pura Dalem Kahyangan Kedaton di depan kori agung untuk bersama-sama ke utama mandala pura. “Rangkaian pamuput pujawali berupa tradisi ngerebeg, Tari Pendet pamangku, dan Kincang Kincung selalu dilaksanakan. Meski hujan, tradisi ini tetap digelar,” tandas Sugianto. *k21

Komentar