nusabali

Belasan Rubuha Siap Dipasang di Banjar Angligan, Desa Timpag

  • www.nusabali.com-belasan-rubuha-siap-dipasang-di-banjar-angligan-desa-timpag

Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Tabanan sangat fokus untuk konservasi Tyto Alba atau burung hantu.

TABANAN, NusaBali

Sebelumnya hanya satu rumah burung hantu (rubuha) yang terpasang di Subak Angligan, Desa Timpag, kini rencananya dipasang 19 rubuha. Ditambahnya rubuha ini dimaksudkan untuk merawat anakan Tyto Alba.

Petugas Konservasi Burung Hantu I Made Sutarma, menjelaskan pemasangan rubuha akan dilakukan bertahap. Menyasar areal pertanian Desa Timpag atau kawasan Subak Angligan dengan jarak 200 meter antar-rubuha. “Rubuha sangat penting dibuat, karena Tyto Alba tidak bisa membuat sarang sendiri,” ungkapnya, Minggu (13/1).

Kata dia, fungsi utama rubuha adalah agar bisa membantu merawat anakan burung hantu untuk dilakukan penangkaran. Serta untuk bisa mengajar memangsa tikus. Karena apabila tidak ada rubuha, burung hantu akan sembarang bertelur. “Jadi kalau sudah di rubuha ada anaknya yang cacat ataupun belum bisa makan, bisa dibantu dibawa ke sangkar. Setelah anak burung hantu umur tujuh bulan baru bisa dilepas,” bebernya.

Namun, pria yang akrab disapa Made Subur ini menjelaskan, sebelum dilepas, selama tiga hari burung hantu dikurung dalam rubuha untuk membiasakan burung hantu. Agar nantinya setelah dilepas mereka bisa kembali ke rubuha.

Rencananya di tahun 2019, akan ada 20 rubuha yang dipasang menyasar Subak Angligan. Pemasangan rubuha dilakukan bertahap lantaran dana pembuatan rubuha berasal dari swadaya masyarakat serta melalui kegiatan penggalian dana. Untuk satu rubuha memerlukan biaya kisaran Rp 500 ribu sampai Rp 750 ribu.

Selain membuatkan sarang, saat dalam penangkaran burung hantu ini juga dibiasakan untuk memangsa tikus. “Pengenalan makanan pertama itu penting. Jika dikenalkan tikus, maka akan memangsa tikus,” kata Sutarma.

Sementara terkait pengadaan tikus untuk pakan burung hantu, kata Sutarma tidak ada kendala. Karena tidak jarang masyarakat ada yang membawakan tikus hasil tangkapan di rumah ataupun dari sawah. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan pakan burung hantu, Sutarma mengaku memiliki ternak tikus putih. “Sekarang ada 100 ekor indukan tikus putih,” ucapnya.

Jika ternak tikusnya belum memadai untuk dijadikan pakan, Sutarma kerap membeli di peternak lainnya di wilayah Kecamatan Baturiti. “Dana pembelian pakan bersumber dari donasi pengunjung, apalagi banyak warga yang datang untuk sekadar selfie dengan membawa burung hantu,” ucapnya.

Terkait pelestarian Tyto Alba, Camat Kerambitan I Gede Sukanada menambahkan, tahun 2019 ini ada pendampingan dana desa sebesar Rp 17 juta per tahun untuk ketersediaan pangan burung hantu. “Dengan pendampingan diharapkan tujuan awal pelestarian burung hantu untuk mewujudkan sektor pertanian organik di Kecamatan Kerambitan bisa terwujud,” ujarnya. *de

Komentar