nusabali

Dibuatkan Lubang Anus Darurat, Kantong Pembuangan Diganti Tiap 4 Hari

  • www.nusabali.com-dibuatkan-lubang-anus-darurat-kantong-pembuangan-diganti-tiap-4-hari

Selain tidak memiliki anus dan kelopak mata kanan, bayi Wayan Aprilia Setianingsih juga tak kelihatan hidungnya saat lahir, 4 April 2018 lalu. Beruntung, di usianya yang kini menginjak 8 bulan, hidungnya sudah muncul

Bayi Tanpa Anus dan Kelopak Mata Lahir di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung

SEMARAPURA, NusaBali
Bayi tanpa anus dan kelopak mata lahir di Banjar Tengah, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung ini. Bayi perempuan yang diberi nama Wayan Aprilia Setianingsih ini sudah lahir 8 bulan lalu, namun informasinya baru tersiar ke publik secara luas, Kamis (10/1) setelah ada yang share lewat facebook (FB). Buat sementara, bayi malang ini dibuatkan lubang anus lewat perut, dengan kantong pembuangan yang harus diganti tiap empat hari.

Bayi tanpa anus bernama Wayan Aprilia Setianingsih ini merupakan anak bungsu dari lima bersudara pasangan suami istri miskin Wayan Pejang, 46, dan Nengah Sureti, 36. Bayi malang ini dilahirkan melalui persalinan normal di sebuah bidan kawasan Kecamatan Dawan, 4 April 2018 lalu.

Saat lahir, bayi perempuan ini tanpa memiliki anus dan kelopak mata sebelah kanan. Selain itu, hidungnya juga tidak kelihatan. Beruntung, seiring bertambahnya usia, hidungnya kini sudah muncul. Karena lahir dalam kondisi aneh, bayi malang ini kemudian dirujuk dari bidan ke RS

RS Bintang Klungkung. Setelah sempat beberapa hari mendapatkan perawatan di RS Bintang, selanjutnya bayi Aprilia Setianingsih kemudian dirujuk ke RS Sanglah, Denpasar untuk dibuatkan lubang pembuangan (anus) sementara melalui perutnya.

Menurut ibunda si bayi, Nengah Sureti, tim dokter RS Sanglah terpaksa membuatkan lubang anus sementara lewat perut, karena dari segi usia belum bisa dioperasi untuk membuka lubang anusnya. Dengan lubang anus darurat dii perut tersebut, bayi Aprilia Setianingsih akhirnya bisa buang air besar. Bayi malang ini sempat selama 12 hari dirawat di RS Sanglah, sebelum dibolehkan pulang ke rumahnya di Desa Gunaksa.

“Sekarng bayi saya ini sudah berusia 8 bulan. Batang hidungnya yang semula tidak kelihatan pun kini sudah muncul,” cerita Nengah Sureti saat ditemui NusaBali di rumahnya di Banjar Tengah, Desa Gunaksa, Kamis kemarin.

Nengah Sureti menyebutkan, biaya pengobatan bayinya yang lahir tanpa anus dan kelopak mata tersebut selama ini ditanggung BPJS Kesehatan. Hanya saja, kantong untuk saluran pembuangan lewat anus buatan harus dibeli sendiri dengan harga mencapai Rp 200.000 per kantong. Dan, kantong saluran pembuangan tersebut harus rutun diganti 4 hari sekali. Berarti, dalam sebulan Nengah Sureti harus kekluar duit minimal Rp 1,4 juta khusus hanya untuk beli kantong pembuangan.

Karena tergolong keluarga miskin, pasutri Wayan Pejang dan Nengah Sureti cukup kewalahan mencari biaya untuk beli kantong pembuangan buat bayinya. “Suami saya hanya seorang buruh bangunan. Kami sampai berutang Rp 10 juta untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya membeli kantong pembuangan ini,” keluh Nengah Sureti, sembari menyebut bayinya yang lahir tanpa anus rutin kontrol kesehetan ke RS Sanglah sebulan sekali.

Nengah Sureti sendiri mengaku todak menyangka anaknua nomor lima ini akan lahir tanpa anus dan kelopak mata sebelah kanan. Bayi malang lahir lahir saat usia kehamilan mencapai 9 bulan. Selama hamil, Nengah Sureti juga rutin periksakan kandungannya ke bidan.

Dari hasil pengecekan bidan, kata Nengah Sureti, sama sekali tidak ditemukan permasalahan atau ganguan kehamilan. Namun, ketika lahir, bayi Aprilia Setianingsih ternyata tidak memiliki anus, kelopak mata kanan, dan hidungnya pun tidak muncul. “Saya tidak tahu, kenapa bisa seperti ini?’ sergah ibu lima anak berusia 36 tahun ini.

Bayi Aprilia Setianingsih sendiri merupakan anak kelima dari Nengah Sureti hasil pernikahannya dengan Wayan Pejang. Sedangkan 4 kakaknya semua dalam kondisi normal. Mereka masing-masing Wayan Widiastini, 18 (yang kini bekerja sebagai buruh serabutan), Nengah Wahyuni Asti, 16 (siswi Kelas I SMP), Komang Adi Adnyana, 13 (siswa Kelas V SD), dan Ketut Alit Arbawa, 8 (siswa Kelas 1 SD).

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Klungkung, dr Ni Made Adi Swapatni, mengatakan pihaknya sudah menganai bayi tanpa anus dan kelopak ini, dengan merujuknya ke RS Sanglah setelah lahir. Sekarang, bayi malang ini masih dalam pengawasan dan peratawan. Dinas Kesehatan juga memberikan konseling, di mana kedua orangtua si bayi harus menjaga kebersihan lingkungan.

“Puskemas yang handle semuanya, termasuk memberikan makanan tambahan bagi bayi malang tersebut. Sesuai jadwal, Jumat besok (hari ini) bayi bersangkutan harus diajak kontrol ke RS Sanglah. Kami yang biasanya mengantar dengan mobil ambulans KRISS,” papar dr Made Adi Swapatni saat dikonfirmasi NusaBali secara tyerpisah di Semarapura, Kamis kemarin.

Mengenai biaya pembelian kantong pembuangan untuk banyi tanpa anus, menurut Adi Swapatni, pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan memang tidak menganggarkannya. “Kami berharap kepada pihak-pihak yang ingin mensupport untuk turut memberikan bantuan,” harap Adi Swapatni.  *wan

Komentar