nusabali

Sempat Dipinjam Kementerian Perhubungan Usai Jadi Dubes di Swedia

  • www.nusabali.com-sempat-dipinjam-kementerian-perhubungan-usai-jadi-dubes-di-swedia

Selain Dewa Made Juniarta Sastrawan, ada dua putra Bali yang telah lebih dulu dilantik jadi Dubes, 23 Desember 2015 lalu, yakni I Gede Ngurah Swajaya (asal Buleleng/Dubes RI untuk Singapura) dan I Gusti Agung Wesaka Puja (asal Gianyar/Dubes RI untuk Belanda)

Dewa Made Juniarta Sastrawan, Diplomat Asal Buleleng yang Dilantik Jadi Dubes RI untuk Zimbabwe


JAKARTA, NusaBali
Dari 16 Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk negara-negara sahabat yang dilantik Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Senin (7/1), satu di antaranya putra terbaik Bali. Dia adalah Dewa Made Juniarta Sastrawan, 58, diplomat asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng yang dilantik sebagai Dubes untuk Zimbabwe dan Zambia.

Ini untuk kedua kalinya Dewa Juniarta Sastrawan dipercaya menjadi Dubes. Sebelumnya, alumnus SMAN 1 Singaraja dan S1 Fakultas Ekonomi Unud ini juga sempat dipercaya menjadi Dubes RI untuk Swedia dan Latvia periode 2012-2016. Sebelum kembali ditunjuk sebagai Dubes Zimbabwe dan Zambia, diplomat kelahiran 16 April 1961 ini sempat selama 2 tahun dipinjam Kementerian Perhubungan untuk pegang jabatan sebagai Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Hubungan Internasional (2016-2018).

Jadi, bagi Juniarta Sastrawan, mendapat penugasan kembali sebagai Dubes untuk dua negara di belahan Afrika bukan masalah. Pasalnya, pria yang sudah selama 32 tahun menjadi diplomat ini sudah punya pengalaman sebagai Dubes untuk dua negara belahan Eropa, yakni Swedia dan Latvia. Rencananya, Juniarta Sastrawan akan terbang ke Zimbabwe untuk emban tugas sebagai Dubes, pertengahan atau akhir Februari 2019 mendatang.

"Setelah dilantik hari ini (Senin), saya tidak langsung pergi ke Zimbabwe, karena ada prosesnya. Saya baru berangkat pertengahan atau akhir Februari nanti. Yang jelas, bagi saya, penugasan ini adalah sebuah amanah dari negara. Mudah-mudahan saya bisa menjalankan tugas yang diberikan oleh Presiden dan Ibu Menteri Luar Negeri," ujar Juniarta Sastrawan kepada NusaBali di Jakarta, Senin sore.

Juniarta Sastrawan sendiri terpilih kembali sebagai Dubes setelah melalui seleksi di Komisi I DPR RI, September 2018 lalu. Kemudian, Presiden atas saran Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menempatkan Juniarta Sastrawan di Zimbabwe dan Zambia. Di negara belahan Afrika itu, dia bertugas untuk menjalin kerjasama dan meningkatkan ekspor Indonesia, selain juga membantu kedua negara tersebut.

Menurut Juniarta Sastrawan, seumlah agenda telah disiapkan selaku Dubes Zimbabwe dan Zambia. Di antaranya, rencana akan menjual pesawat serta mengekspor kelapa sawit dan minyak sawit ke Zimbabwe dan Zambia. Kemudian, memenuhi kebutuhan manufaktur kedua negara tersebut, seperti pakaian dan alas kaki.

Selain itu, juga menjalin kerjasama di bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan, Indonesia akan membantu kedua negara tersebut untuk mengembangkan Puskesmas dan Posyandu. Bahkan, petugas para medisnya nanti dilatih di Indonesia atau Indonesia mengirimkan tenaga ahli untuk melatihnya di negara tersebut. “Nantinya, obat-obatan diekspor dari Indonesia,” papar anak sulung dari empat bersaudara keluarga pasangan Bagus Made Rai (almarhum) dan Ayu Putu Yuniarthi ini.

Sedangkan di bidang infrastruktur, kata Juniarta Sastrawan, perusahaan milik pemerintah yakni PT WIKA dan PT Timah akan membantu Zimbabwe membuat smelter. "Kalau Zambia lebih maju dari Zimbabwe, tapi kami juga akan menjual lokomotif buatan PT INKA kepada mereka. Saat ini, masih dalam tahap pembicaraan," tandas Juniarta Sastrawan.

Menurut Juniarta Sastrawan, lokomotif yang akan dijual ke Zambia berharga 3,5 juta dolar AS per unit. Zambia berencana membeli 30 unit lokomotif dari Indonesia. "Bila terwujud, ini merupakan sebuah terobosan karena baru pertama kali di Afrika. Mudah-mudahan bisa terwujud," jelas ayah dua anak dari pernikahannya dengan Desak Agung Mei Herawati Hana Sastrawan ini.

Dewa Made Juniarta Sastrawan mengawali karier di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI sejak tahun 1986 silam. Dia tanpa sengaja menjadi diplomat. Kala itu, dia mengikuti seminar tentang Pariwisata ASEAN yang digelar Kemenlu di Unud Denpasar, akhir Desember 1985. Kebetulan, Juniarta Sastrawan menjadi pembicara mewakili mahasiswa dalam seminar tersebut.

Gaya bicaranya yang bagus dan lugas, memikat Kemenlu untuk menarik Juniarta Sastrawan berkarir di instansi tersebut. Dia diberitahu bahwa Kemenlu ada pembukaan untuk posisi diplomat. Nah, Juniarta Sastrawan yang lulusan Fakultas Ekonomi Unud 1985 pun langsung ajukan lamaran.

"Saya tamat di Unud tahun 1985, tapi wisuda Januari 1986. Nah, Februari 1986, saya ikut tes di Kemenlu, Jakarta," kenang ayah dari Dewa Ayu Eka Savitri Sastrawan, Dewa Ayu Dwi Damayanti Sastrawan, dan Dewa Ayu Tri Sadyani Sastrawan ini.

Ternyata, Juniarta Sastrawan dinyatakan lolos seleksi calon diplomat di Kemenlu RI. Setelah dinyatakan lolos, pada April 1986 dia menempuh pendidikan di Sekolah Dinas Luar Negeri, Jakarta. Tamat dari sekolah dinas, Juniarta Sastrawan langsung mendapat penugasan sebagai Staf Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York, Amerika Serikat (1990-1994).

Selepas tugas di New York, Juniarta Sastrawan pulang ke tanah air dan dipercaya menjadi Kepala Seksi Perjanjian Lingkungan Hidup Multilateral Kemenlu (1995-1996). Selanjutnya, dia menjadi Staf Biro Administrasi Menteri Luar Negeri (1994-1995), Konsul Ekonomi di KJRI Hongkong (1996-2000), Wakil Direktur untuk Kerjasama Ekonomi APEC Kemenlu (2000-2004), Wakil Dubes di KBRI London (2004-2008), dan Direktur Eropa Barat Kemenlu (2008-2011). Puncaknya, doplomat bertubuh langsung yang sempat sekolah di SMPN 1 Singaraja dan SMPN 1 Denpasar ini dipercaya menjadi Dubes RI untuk Swedia dan Latvia (2012-2016).

Balik ke Indonesia setelah jadi Dubes, Juniarta Sastrawan ditarik menjadi Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Hubungan Internasional (2016-2018). "Saat itu, Kementerian Perhubungan dipimpin Pak Ignatius Jonan. Beliau meminjam saya dari Kemenlu. Menlu dan saya setuju, apalagi posisinya masih berkaitan dengan diplomasi, yakni di bagian Hubungan Internasional," tandas Juniarta Sastrawan.

Kemudian, Juniarta Sastrawan mengikuti fit and proper test calon Dubes di Komisi I DPR RI, September 2018 kemarin. Ternyata, putra terbaik Bali asal Buleleng ini dinyatakan lolos dan ditempatkan sebagai Dubes RI untuk Zimbabwe dan Zambia selama 3 tahun ke depan. "Saya tidak ada nazar lolos menjadi Dubes. Lagipula, ini adalah hal biasa dalam sebuah penugasan. Paling saya hanya memberi tahu saudara-saudara melalui telepon saja," papar Juniarta Sastrawan.

Ketika dilantik jadi Dubes, Senin lalu, Juniarta Sastrawan ditemani istrinya, Desak Agung Mei Herawati Hana Sastrawan, serta sang anak sulung Dewa Ayu Eka Savitri Sastrawan dan anak bungsu Dewa Ayu Tri Sadyani Sastrawan. Selain itu, ibundanya yang kini berusia 83 tahun, Ayu Putu Yuniarthi, juga ikut hadir. Sedangkan anak keduanya, Dewa Ayu Dwi Damayanti Sastrawan, tidak hadir lantaran tinggal di Swedia bersama keluarganya.

Dewa Made Juniarta Sastrawan merupakan putra terbaik Bali ketiga yang kini emban tugas sebagai Dubes negara sahabat. Selain dia, ada dua putra Bali lainnya yang telah lebih dulu dilantik jadi Dubes, 23 Desember 2015 lalu. Mereka masing-masing I Gede Ngurah Swajaya SH, 57 (diangkat jadi Dubes RI untuk Singapura) dan I Gusti Agung Wesaka Puja MA, 57 (Dubes RI untuk Kerajaan Belanda).

Gede Ngurah Swajaya adalah diplomat kelahiran Singaraja, Buleleng, 11 Maret 1962. Sebelum diangkat jadi Dubes Singapura, Gede Ngurah Swajaya sempat dipercaya Wakil Tetap RI untuk PBB Wialayah Asia Tenggara. Sedangkan IGA Wesaka Puja adalah dipolat asal Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Sebelum dilantilk jadi Dubes RI untuk Belanda, Wesaka Puja sempat dipercaya sebagai Dubes RI untuk Austria, Slovenia, dan Wakil Tetap RI untuk PBB serta organisasi lainnya ketiak dilantik Presiden (waktu itu) SBY, Januari 2010. *k22

Komentar