nusabali

Bermula dari Ayah Iseng Pungut Brosur

  • www.nusabali.com-bermula-dari-ayah-iseng-pungut-brosur

Sastra Kesuma, Pelukis Belia Tembus MACE Fiesta di Jepang

GIANYAR, NusaBali

Pengalaman menjelajah negeri Sakura, Jepang, menjadikan I Wayan Sastra Kesuma,13, makin percaya diri dalam menekuni seni lukis. Maka wajar, pelukis belia asal Banjar Tebasaya, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar ini punya asa menggelar pemeran tunggal.

Sastra menjelajah Jepang pada ajang Mitsubishi Asian Children’s Enikki (MACE) Fiesta. Kesempatan itu ia dapatkan dua kali, periode 2015-2016 dan periode 2017-2018. Anak tunggal dari pasutri I Wayan Karma,40, - Ni Wayan Rusmini,38, mendambakan menggelar pameran tunggal. Hanya saja, keterbatasan sarana dan prasarana membuatnya harus bersabar. Bahkan mimpi itu ia rasakan sulit untuk diwujudkan. Meski demikian, pelukis muda yang akrab disapa Pio ini terus mengasah kemampuannya dalam melukis tradisional gaya anak-anak dipadukan dengan pewarnaan modern.

Kepada NusaBali, pekan lalu, I Wayan Karma menceritakan bakat anaknya mulai terlihat sejak usia lima tahun lalu. Ketika ia pertama kali ikut lomba melukis tingkat TK di Monkey Forest, Padangtegal, Ubud pada tahun 2011. Untuk kali pertamanya pula, Pio mendapat juara I dari ratusan peserta. Sejak saat itu, setiap ada even lomba melukis anak-anak, ia selalu ikut. Tercatat lebih dari 60 kali dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Hebatnya, sekitar 40 lomba ia memenangkan sebagai juara I, II ataupun III. Terkait ajang Mitsubishi Asian Children’s tersebut, Wayan Karma mengaku berangkat dari sebuah keniscayaan.

Saat anaknya duduk di bangku kelas IV SDN 3 Ubud, ada selebaran tentang sayembara buku harian bergambar yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Komite Hubungan Masyarakat Mitsubishi, Federasi dan Asosiasi Unesco Club Asia Pasific, Federasi Nasional Perkumpulan Unesco di Jepang tahun 2015. Wayan Karma memungut brosur yang oleh guru dan orangtua murid lainnya dianggap tidak penting sebab mustahil lukisan anak desa bisa tembus nasional.

Berbekal keyakinan dengan bakat putranya, Wayan Karma mencari informasi lomba tersebut dan mengirimkan lima cerita bergambar hasil karya Pio. Dalam karyanya, Pio menceritakan tentang perayaan hari Raya Galungan di Bali. Mulai dari anak-anak membuat penjor, bermain layang-layang di tanah lapang, lalu mandi bersama di Tukad Campuhan Ubud, sembahyang Galungan dan tradisi Ngelawang. “Ketika yang lain pesimis bisa tembus di Jakarta, saya memberanikan diri,” ungkapnya.

Selang beberapa minggu menunggu pengumuman, pihaknya pun dihubungi bahwa karya Wayan Sastra alias Pio masuk 8 besar nasional. “Waktu pertama di telepon sempat kaget dan ragu-ragu. Takutnya penipuan,” ujarnya. Dengan penuh hati-hati, Wayan Karma pun mengirimkan sejumlah informasi yang diminta seperti alamat dan nomor rekening. “Cek rekening ternyata isi. Seminggu kemudian juga datang hadiah lain seperti tas dan plakat. Saat itu baru kami percaya,” jelasnya.

Hebatnya lagi, karya Pio terpilih mewakili Indonesia di ajang Mitsubishi Asian Children’s Enikki Festa di Jepang. Dan, berselang 2 bulan ia kembali mendapat kabar baik bahwa Pio dan karyanya raih Grand Prix. Dua tahun berselang, Pio kembali ikut serta dan kembali mengukir prestasi. Piagam penghargaannya ia terima 25 Juli 2018 lalu.  

Sayangnya, menginjak usia remaja ajang serupa kian minim. Sehingga Pio yang kini sekolah di SMPN 1 Tegallalang ini fokus belajar dan tetap melukis di rumah di sela-sela waktu luang. “Dia sangat ingin pameran,” ungkap sang ayah.

Dulu semasih SD, jelas Karma, Pio hanya berkesempatan ikut pameran setahun sekali ketika kenaikan kelas. Karya-karyanya dan anak-anak lain di pajang di halaman sekolah, turis asing yang lalu lalang di sekitar sekolah pun tak sedikit yang tertarik. Bahkan kala itu, karya Pio di atas kertas A4 biasa, sudah ditaksir sekitar Rp 1 juta. “Dari enam lukisan yang ia pamerkan, laku empat. Pernah bawa delapan, laku enam. Itu yang membuatnya kini ingin pameran, karena karyanya disukai,” jelasnya. Hingga kini, Pio memiliki puluhan karya berukuran kecil dan 15 karya berukuran sedang dan besar.*nvi

Komentar