nusabali

'Nostalgia Jukung' ke Pura Sakenan Masih Sepi Peminat

  • www.nusabali.com-nostalgia-jukung-ke-pura-sakenan-masih-sepi-peminat

Tetap Akan Digelar, Sosialisasi Bakal Digencarkan

DENPASAR, NusaBali

Hari pertama ‘Nostalgia Jukung’ yakni menuju Desa Pakraman Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan melalui jalur laut dengan naik jukung bersamaan dengan piodalan di Pura Sakenan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (5/1), masih sepi peminat. Kemarin hanya rombongan Pemkot Denpasar sebanyak 25 orang saja yang naik. Sepi penumpang itu ditengarai karena banyak umat yang akan tangkil ke Pura Sakenan tidak mengetahui jalur masuk ke Pantai Tukad Rangda dan Pantai Melasti di Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan.

Penyeberangan yang disebut ‘Nostalgia Jukung’ menuju Pura Sakenan ini diselenggarakan Camat Denpasar Selatan I Wayan Budha bersama Kelompok Nelayan Taman Segara Kodang Sesetan (Denpasar Selatan) dan Kelurahan Sesetan. Para pamedek (umat yang hendak tangkil sembahyang) ke Pura Sakenan disediakan 20 unit jukung untuk menyeberang dari Tukad Rangda dan Pantai Melasti kawasan Suwung Batan Kendal, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan.

Pada Sabtu kemarin, majukungan yang dibuka sejak pukul 10.00 hingga pukul 13.00 Wita itu hanya ditumpangi 25 orang yang terdiri dari Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, Camat Denpasar Selatan I Wayan Budha, dan staf Pemkot Denpasar. Sementara dari krama atau umat, belum ada satu pun permintaan diantar ke Pura Sakenan, padahal jarak yang ditempuh hanya sekitar 10 menit.

Ketua Kelompok Nelayan Segara Kodang, Ketut Sukarsa saat dikonfirmasi mengaku memang belum ada satu pun menerima penumpang. Padahal pihaknya sudah menyediakan sebanyak 15 orang dan 15 jukung yang akan mengantar langsung ke depan pintu masuk Pura Sakenan dari Tukad Rangda dan Pantai Melastin. Menurutnya, hanya Walikota dan stafnya yang naik jukung.

Kendati masih sepi peminat, Sukarsa mengaku tetap akan siap di pantai untuk menunggu permintaan pamedek yang mungkin berkeinginan majukungan hingga puncak karya pada Senin (7/1) mendatang. “Hari ini (Sabtu kemarin) sama sekali tidak ada krama yang datang untuk naik jukung. Kami tidak tahu penyebabnya, katanya sih banyak yang tidak tahu jalan masuk ke dermaga. Tapi kami tetap akan standby di pantai (dermaga, Red) hingga puncak karya di Pura Sakenan,” jelasnya.

Sukarsa menjelaskan, pihaknya bersama Camat Denpasar Selatan akan melakukan evaluasi kembali terkait penyelenggaraan ‘Nostalgia Jukung’ ini hingga nantinya program tersebut dapat menarik minat krama. “Kami akan evaluasi lagi bersama Pak Camat. Mungkin kurang sosialisasi, sambil kami melengkapi peralatan yang kurang seperti rakit menuju jukung biar (calon penumpang) tidak basah-basahan,” imbuhnya.

Sementara Camat Denpasar Selatan I Wayan Budha mengungkapkan hal yang sama. Diakuinya, pihaknya memang kurang sosialisasi, selain itu juga banyak yang tidak tahu tempat menuju dermaga/pantai.

“Kami tadi naik perahu ke sana (Pura Sakenan). Tapi itu dah kendalanya banyak yang tidak tahu tempat masuk ke pantai/dermaga Tukad Rangda. Nanti kami akan gencarkan sosialisasi karena kemarin mendadak. Dan program ini tetap akan kami laksanakan setiap enam bulan sekali,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Camat Wayan Budha menjelaskan, ‘Nostalgia Jukung’ ke Pura Sakenan ini merupakan gagasan Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, untuk mengingatkan kembali krama era sebelum 1998. Sebelum gagasannya diwujudkan kemarin, Walikota Rai Mantra sempat mencoba tangkil ke Pura Sakenan dengan naik perahu nelayan (jukung) dari Pantai Sanur saat piodalan enam bulan lalu. “Sensasi naik jukung bagi pamedek akhirnya direalisasikan saat ini,” jelas Budha di Denpasar, Jumat (4/1).

Menurut Budha, bagi pamedek yang ingin bernostalgia dan merasakan sensasi ke Pura Sakenan melalui jalur laut, sudah disediakan 20 unit jukung dengan kapasitas 7-8 orang. Jika naik jukung dari bibir Tukad Rangda, mereka akan menempuh perjalanan laut sejauh 500 meter. Jika ingin memperpendek jarak tempuh menjadi 300 meter, pamedek bisa naik jukung dari Pantai Melasti.

Bagi pamedek yang ingin naik jukung, mereka dikenakan tarif Rp 10.000 per orang untuk sekali antar. “Buat sementara, tarifnya ditetapkan Rp 10.000 per orang sekali antar. Tapi, tunggu kesepakatan lebih lanjut dari kelompok nelayan,” papar Budha.

Dikatakan Budha, saat ini pihak nelayan belum bisa melayani pamedek menyeberang naik jukung ke Pura Sakenan sehari penuh. Penyeberangan hanya bisa dilakukan selama tiga jam, mulai pagi pukul 10.00 Wita hingga siang pukul 13.00 Wita. Masalahnya, setelah lewat pukul 13.00 Wita, air laut akan surut, sehingga jukung tidak bisa bersandar dekat Pura Sakenan. “Jangan sampai pamedek harus jalan kaki terlalu jauh dari tepi laut ke Pura Sakenan saat air laut surut,” katanya.

Budha mengatakan, dalam penyelenggaraan ‘Nostalgia Jukung’ menuju Pura Sakenan ini, pihaknya juga berkoordinasi dengan Lurah Sesetan Ketut Sri Karyawati. “Kami sudah siap laksanakan ‘Nostalgia Jukung’ menuju Pura Sakenan. Kami ingin melihat antusiasme masyarakat yang ingin bernostalgia. Jadi, ini kami anggap ujicoba dulu. Jika responsnya bagus, kami akan lanjutkan program menyeberang naik jukung ini setiap piodalan di Pura Sakenan,” tandas Budha.

Menurut Budha, selain untuk tujuan bernostalgia, menyeberang ke Pura Sakenan naik jukung ini juga diharapkan menjadi kegiatan wisata ke depannya. “Naik jukung ini tidak wajib, hanya bagi mereka yang ingin bernostalgia dan merasakan bagaimana zaman dulu pamedek tangkil ke Pura Sakenan lewat jalur laut. Bagi pamedek yang ingin menggunakan kendaraan pribadi (jalur darat), dipersilakan,” tegas Budha. *mi

Komentar