nusabali

Ngerebeg Gebogan Buah Seberat 2 Ton, Sebelum Diarak Sanan Patah

  • www.nusabali.com-ngerebeg-gebogan-buah-seberat-2-ton-sebelum-diarak-sanan-patah

Ada tradisi baru di Daya Tarik Wisata (DTW) Alas Kedaton, Desa Pakraman Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan saat Saniscara Kliwon Uye atau Tumpek Kandang, Sabtu (30/4).

Ngerebeg Gebogan Setinggi 2,5 Meter Seberat 2 Ton

TABANAN, NusaBali
Tradisi itu berupa ngrebeg gebogan buah sebagai yang secara khusus dipersembahkan kepada kawanan kera penghuni hutan. Gebogan ini dibuat setinggi 2,5 meter, menghabiskan 1000 buah dengan berat total mencapai 2 ton. Saat diangkut dari wantilan Pura Desa menuju DTW Alas Kedaton, sanan (pemikul) yang terbuat dari kayu patah. Selanjutnya, sanan patah diganti dengan bambu.

Gebogan buah ini telah djpersiapkan oleh kelian dinas, kelian adat, dan prajuru adat dari 12 banjar H-1 acara atau pada Jumat (29/4). Pembuatan gebogan ini dilakukan di wantilan Pura Desa Kukuh. Ada empat jenis buah yang dipasang pada gebogan yang rangkanya dibuat setinggi 2,5 meter itu. Ada pun jenis buah yang dipasang yakni jenis lokal seperti sotong (jambu biji), manggis, apel, jeruk, dan pisang. Gebogan buah ini juga diisi sampian di bagian atas dan setiap sudut rangka gebogan dihiasi bunga gemitir. Sementara di bagian bawah gebogan, prajuru memasang sayur yakni kacang panjang dan kol.

Gebogan sarat beban ini kemudian diangkut menggunakan pick up menuju DTW Alas Kedaton yang jaraknya sekitar 3 kilometer ke arah selatan. Selanjutnya gebogan dibawa ke Pura Dalem Kahyangan Kedaton. Baik prajuru adat dan kelompok pedagang di DTW Alas Kedaton kemudian sembahyang bersama dipimpin Jero Mangku Ketut Sudira. Saat itu juga, seluruh pamangku di Pura Dalem Kahyangan Kedaton ngantebang banten untuk otonan kera dan kelelawar penghuni Alas Kedaton. Saat menghaturkan banten otonan, kawanan kera bersuara saling sahutan sambil bergelantungan di pohon. Setelah upacara selesai, kera berkerumun di jaba tengah Pura Dalem Kahyangan Kedaton untuk ambil surudan banten.

Setelah sembahyang otonan kera selesai, krama kemudian ngrebeg gebogan buah ini keliling areal utama objek wisata selama tiga kali. Tak pelak, tradisi baru ini mendapat sambutan antusias dari warga dan wisatawan yang berkunjung ke DTW Alas Kedaton. Para pengayah dibagi tiga untuk mengarak atau ngrebeg gebogan buah ini. Secara simbolis, gebogan buah ini diarak oleh Camat Marga Made Murdika, Bendesa Adat Kukuh I Gede Subawa, Perbekel Desa Kukuh I Ketut Budiarta dibantu pangayah lainnya. Setelah itu secara bergantian dari kelian adat, kelian dinas, pecalang, prajuru adat dari 12 banjar ngaturang ayah. Ritual ngrebeg gebogan buah ini diiringi tabuh baleganjur dari Sekaa Gong Anak-anak dari Banjar Adat Lodalang.

Usai diarak, gebogan buah ini diletakkan di jaba pura, tujuannya agar direbut oleh kawanan kera. Sayang, hingga 20 menit lebih, kawanan kera yang berkerumum tidak menyentuh buah pada gebogan itu. Sebaliknya, kawanan kera lebih tertarik mengambil kacang panjang dan kol untuk dimakan. Ada dua dugaan kawanan kera tersebut tak mau merebut buah pada gebogan. Pertama karena ramai ditonton orang dan yang kedua kawanan kera masih kenyang karena cukup makanan pada hari itu.

Bendesa Adat Kukuh I Gede Subawa mengatakan, ritual yang baru pertama kali digelar ini sebagai bentuk syukur atas langgengnya DTW Alas Kedaton. Termasuk mensyukuri kawanan kera dan kelelawar tak berpindah tempat dari Alas Kedaton. “Kalau otonan Tumpek Kandang rutin kita gelar, hari ini kita buat tambahan berupa gebogan buah. Selain puji syukur, sekaligus untuk makanan tambahan kera sehingga kami pilih buah,” ungkap Subawa.

Subawa mengaku akan mengevaluasi gebogan yang akan dibuat karena usai ngrebeg tak mau diserbu kawanan kera. Apakah karena faktor buah ataukah terlalu ramai yang menonton. “Kami bersyukur, wisatawan tampak tertarik dengan tradisi baru ini. Tentu kami akan melakukan evaluasi karena menurut rencana ritual ngrebeg akan dibuat secara rutin,” tambah Subawa. Mengenai biaya pembuatan gebogan yang menghabiskan 1000 buah itu, Subawa tak mau merinci. Alasan yadnya (persembahan tulus ikhlas) tak bijak memikirkan biaya yang dikeluarkan. 7 k21, cr61

Komentar