nusabali

Perempuan Belanda Gantung Diri di Teras Rumah

  • www.nusabali.com-perempuan-belanda-gantung-diri-di-teras-rumah

Korban Marie Anne Sempat Mengeluh Tak Bisa Tidur ke Suami

DENPASAR, NusaBali

Kasus kematian gantung diri bikin heboh warga di Jalan Raya Kertha Raharja Gang IV Sidakarya, Denpasar Selatan, Rabu (2/1) pagi. Korbannya adalah Marie Anne Tadic Fadjil, 58, perempuan berdarah Belanda yang ditemukan tewas gantung diri di teras rumahnya kawasan Banjar Suwung Kangin, Desa Sidakarya. Sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban sempat mengeluh tak bisa tidup kepada suainya, Dhaman Hurry, 61.

Informasi di lapangan, kematian tragis korban Marie Anne Tadic Fadjil pertama kali diketahui oleh sang suami, Dhaman Hurry, Rabu pagi pukul 07.00 Wita. Begitu melihat istrinya tewas menggantung, Dhaman Hurry langsung teriak-teriak minta tolong kepada tetangga sebelah rumahnya, John Tobing. Dalam teriakanya, pria berusia 61 tahun ini mengatakan istrinya meninggal dan tergantung di teras rumahnya.

Dhaman Hurry, pria asal Jember, Jawa Timur teriak sambil menggedor-gedor rumah John Tobing untuk minta tolong. Karena digedor, John Tobing pun keluar rumah dan langsung menuju lokasi TKP. Dalam sekejap, para tetangga yang lain juga berdatangan ke rumah korban. Saat para tetangga datang, korban Marie Anne sudah tewas menggantung dengan leher terjerat tali nilon warnah hijau yang dikaitkan pada kayu palang di teras rumahnya.

Kematian tak wajar perempuan berdarah Belanda ini kemudian dilaporkan ke polisi. Menurut Kanit Reskrim Polsek Denpasar Selatan, Iptu Hamdimastika Karsito Putro, setelah mendapat laporan, pihaknya langsung terjun ke lokasi untuk melakukan olah TKP, meminta keterangan saksi-saksi, dan mengevakuasi mayat korban. Polisi membonceng petugas medis ke lokasi TKP.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubah korban. Disimpulkan korban murni tewas gantung diri, di mana lidahnya menjulur, mata mendelik, dan keluar air mani dari alat vital sebagaimana layaknya orang gantung diri. "Tak ditemukan adanya tanda-tanda bekas kekerasan. Korban murni melakukan bunuh diri,” jelas Iptu Hamdimastika Karsito Putro saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu siang.

Sekitar pukul 09.30 Wita, mayat korban dibawa petugas ke RSUP Sanglah, Denpasar untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Setelah dilakukan beberapa tindakan medis, selanjutnya mayat korban dibawa suaminya ke Jember, Jawa Timur untuk dikuburkan.

Sementara itu, saat NusaBali bertandang ke rumah korban yang jadi lokasi TKP gantung diri, Rabu siang, suasana sedang sepi. Tak ada siapa pun di rumah itu, karena penghuninya sudah pulang ke Jembar bersama jenazah korban.

Tetangga korban, John Tobing, menceritakan keluarga ini sudah lama tinggal di rumah tersebut. Pasangan Dhaman Hurry da Marie Anne tinggal berdua di sana, karena tiak memiliki anak dari pernikahannya. “Suaminya orang Jember, sementara istrinya yang tewas gantung diri berdarah Belanda tapi sudah menjadi Warga Negara Indonesia,” jelas John Tobing kepada NusaBali.

Namun, pasutri beda bangsa ini memiliki seorang anak angkat yang tinggal terpisah di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. “Mereka memang punya rumah di Ungasan. Suami korban punya usaha rent car,” katanya.

Hingga kemarin, belum jelas apa motif di balik aksi bunuh diri perempuan berdarah Belanda ini. Menurut John Tobing, suami korban yakni Dhaman Hurry sempat bercerita bahwa istrinya tak bisa tidur, Selasa (1/1) malam. Karena tidak tidur, suaminya pun sempat meminta sang istri berupaya istirahat, Selasa malam pukul 23.00 Wita. Kemudian, Dhaman Hurry tidur duluan. Saat itu, istrinya masih berdan-dan mengenakan daster dan celana.

Saat bangun tidur, Rabu pagi pukul 07.00 Wita, Dhaman Hurry tidak menemukan istrinya di kamar. Semua lampu masih menyala, padahal sang istri biasanya sudah mematikan lampu jam segitu. Betapa kagetnya Dhaman Hurry, karena melihat istrinya sudah tewas menggantung di teras rumah saat dirinya keluar.

Berdasarkan cerita Dhaman Hurry, kata John Tobing, beberapa hari sebelum tewas bunuh diri, Marie Anne sempat meminta suaminya untuk pulang ke Belanda dan tinggal menetap di negeri Kincir Angin. Alasannya, karena ibu dan kakak korban di Belanda telah meninggal dunia. “Tapi, suaminya tak mau tinggal di Belanda. Kalau pulang sekadar libur untuk jenguk keluarga, bolehlah,” cerita John Tobing.

Menurut John Tobing, korban Mare Anne dikenal sangat baik oleh para tetangga. Setiap hari korban sering beraktivitas menyiram taman dan pohon di pekarangan rumahnya. Para tetangga tak pernah mendengar korban terlibat keributan dengan suaminya. “Ibu itu baik sekali. Dia setiap hari di pekarangan rumahnya ditemani kucing peliharaanya,” katanya. *po,ind

Komentar