nusabali

Pembukaan Denfest Penuh Keceriaan

  • www.nusabali.com-pembukaan-denfest-penuh-keceriaan

“Kemasan yang berbeda ini kami sajikan guna memberikan nuansa edukasi serta pemahaman tentang permainan tradisional yang muaranya adalah memberikan kebahagiaan bagi masyarakat” (Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra)

Libatkan Ratusan Anak, Tampilkan Permainan Tradisional

DENPASAR, NusaBali
Pembukaan Denpasar Festival (Denfest) 2018 libatkan sebanyak 300 anak-anak dari umur 4 hingga umur 12 tahun. Inagurasi dengan tema 'Denpasar Manglila Cita' ini seluruhnya dari kalangan anak-anak yang menampilkan beragam permainan tradisional Bali. Hal itu dilakukan untuk membangkitkan kembali budaya permainan yang sarat dengan pendidikan karakter untuk anak masa kini.

Pembukaan Denfest yang dimulai sekitar pukul 17.30 Wita ini dibuka langsung oleh Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawaijaya Mantra didampingi Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara, dan Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede dengan menaikkan layangan Janggan. Layangan tersebut salah satu permainan yang dianggap paling dominan dimainkan secara turun-temurun setiap tahunnya.

Dalam pembukaan tersebut, selain menampilkan layangan Janggan dengan panjang 10 meter dan lebar 5 meter, ratusan anak-anak juga mengarak ekor layangan secara terpisah dengan panjang 80 meter dan lebar 4 meter mengelilingi patung Catur Muka Denpasar dengan konsep riang gembira. Yang menarik, ratusan anak-anak dalam pembukaan kemarin, menampilkan permainan tradisional seperti deduplak, tajog, mecag-cag, megoak-goakan, dan barong ketingkling.

"Dalam pembukaan Denfest 2018 ini, kita khusus melibatkan keseluruhannya anak-anak karena konsep kita Urban Playground yang artinya  Denpasar riang gembira dimana konsep tersebut khusus menonjolkan permainan anak-anak dan membangkitkan kembali permainan tradisional seiring dengan perkembangan teknologi saat ini," jelas I Gusti Ngurah Marianta alias Rahtut XXX selaku konseptor dan pembina Denpasar Manglila Cita.

Kata Rahtut, sapaannya, selain melibatkan anak-anak dari binaan Komunitas Hung, pihaknya juga melibatkan dua sekolah SD di Kota Denpasar yakni SD 4 Sumerta dan SD 4 Penatih. Anak-anak tersebut khusus dilatih untuk persiapan Denfest selama tiga bulan dari September 2018 lalu. Kata Rahtut, dengan banyaknya anak-anak yang terlibat, diakuinya sempat mengalami kesulitan mengatur anak yang masih cenderung untuk bermain. Jadi untuk membuat mereka bisa fokus berlatih permainan tersebut cukup lama. "Kami melatihnya cukup lama, mengingat mereka masih anak-anak yang suka bermain. Mencari keseriusan mereka untuk berlatih membutuhkan waktu lama. Jadi kami harus sabar untuk mengajari mereka agar konsep inagurasi ini bisa benar-benar berjalan sesuai rencana," terang Rahtut.

Sementara itu, Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Wakil Walikota IGN Jaya Negara menjelaskan, gelaran Denfest tahun 2018 ini dikemas berbeda dengan mengedepankan aktivitas anak-anak. Dimana, Urban Playground ini menggambarkan karakteristik masyarakat Kota Denpasar yang teguh dalam melindungi dan memanfaatkan potensi dan pusaka sujana, religi, tradisi serta moderinasasi yang saling bersinergi.

Lebih lanjut Rai Mantra menjelaskan bahwa di Kota Denpasar sendiri terdapat sedikitnya 62 jenis permainan tradisional. Hal inilah yang ingin disajikan dalam Denfest sehingga mampu memberikan warna berbeda serta wahana edukasi dini bagi masyarakat tentang pentingnya permain tradisional sebagai kearifan lokal Bali. “Kemasan yang berbeda ini kami sajikan guna memberikan nuansa edukasi serta pemahaman tentang permainan tradisional yang muaranya adalah memberikan kebahagiaan bagi masyarakat,” jelasnya.

Rai Mantra menambahkan bahwa revolusi industri 4.0 tentu membawa perubahan tersendiri serta kemajuan teknologi. Namun demikian hal ini menjadi tantangan bersama bahwa konteks sosial dan konteks rasa beranjak berkurang dan tentu menjadikan anak-anak bersifat individualis. “Urban Playground ini tentu kami ingin mengembalikan konteks ras dan konteks sosial anak-anak tak terlepas dari Denpasar sebagai Kota layak anak yang kini telah disandang Kota Denpasar,” kata Rai Mantra.

Terkait pengurangan sampah Plastik, Rai Mantra menekankan bahwa sampah plastik tidak hanya menjadi tantangan pemerintah saja, melainkan seluruh masyarakat juga harus turut andil dalam penanganannya. “Kalau sampah plastik yang sulit terurai itu masih marak, maka seluruhnya akan menuju ke laut, kalau pantai sudah kotor maka pariwisata akan terancam dan sektor ekenomi Bali pun turut goyah,” tandasnya. *mi

Komentar