nusabali

55 KK Korban Banjir di Bilukpoh Masih Ngungsi

  • www.nusabali.com-55-kk-korban-banjir-di-bilukpoh-masih-ngungsi

Lima hari pasca rumahnya porakporanda akibat diterjang banjir bandang, Sabtu (22/12) malam, seluruh 55 kepala keluarga (KK) korban bencana di Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana masih mengungsi ke tempat aman.

Tidak Sempat Ngegalung, Akan Diajak Ngelawar Saat Kuningan

NEGARA, NusaBali
Sebanyak 12 KK dari mereka mengungsi di Posko Terpadu Darurat Bencana di Bale Subak Telepus, Lingkungan Bilokpoh Kangin, selebihnya pilih madunungan (ngungsi) ke rumah kerabatnya.

Data terkini H+5 bencana, Kamis (27/12), pengungsi yang masih bertahan di tempat pengungsian umum Posko Terpadu Darurat Bencana di Bale Subak Telepus, berjumlah 12 KK dengan 65 jiwa. Pantauan NusaBali, Posko Terpadu Darurat Bencana yang disediakan BPBD Jembrana dan PMI Jembrana ini tampak dijejali pengungsi kalangan anak-anak dan lanjut usia (lansia).

Di sebelah selatan Posko Terpadu Darurat Bencana disediakan dapur umum dengan memanfaatkan Bale Tempek 5 Banjar Adat Bilukpoh Kangin. Dapur umum ini diramaikan ibu-ibu yang bertugas menyiapkan makanan untuk para korban bencana banjir bandang di Lingkungan Bilokpoh Kangin.

“Kalau siang, memang hanya kalangan anak-anak dan lansia di tempat pengungsian umum ini. Sedangkan warga yang usia produktif masih sibuk bersih-bersih di rumahnya yang porakporanda. Tapi, kalau malam, mereka kembali ke sini tempat pengungsian ini,” ujar Kepala Lingkungan (Kaling) Bilukpoh Kangin, Gede Darmada, saat ditemui NusaBali di Posko Terpadu Darurat Bencana, Kamis siang.

Sesuai pendataan petugas di Posko Terpadu Darurat Bencana, seluruhnya ada 55 KK beranggotakan 196 jiwa yang jadi korban banjir bandang akibat meluapnya Sungai Bilukpoh, Sabtu malam pukul 23.00 Wita. Mereka semuannya masih mengungsi. Sebagian besar dari korban bencana yang rumahnya porakporanda ini pilih madunungan di rumah kerabatnya.

“Kalau untuk warga yang terdampak bencana banjir bandang, sudah terdata pasti mencapai 55 KK dengan 196 jiwa. Mereka semua masih mengungsi. Dari 55 KK itu, sekitar 12 KK dengan 65 jiwa mengungsi di tempat pengungsian umum ini,” jelas Gede Darmada.

Menurut Darmada, 55 KK korban banjir bandang yang mengungsi ini merupakan bagian dari warga yang tinggal di dua wilayah tempek berbeda di Lingkungan Bilokpoh Kangin, yakni Tempek 3 dan Tempek 5. Mengingat korban bencana masih sibuk memulihkan kondisi rumah mereka, maka untuk tugas menyiapkan kebutuhan makanan di dapur umum, digilir para krama istri (ibu-ibu) dari masing-masing 4 tempek yang ada.

Namun, saat Penampahan Galungan pada Anggara Wage Dunggulan (Selasa, 25/12) dan Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dunggulan (Rabu, 26/12) secara khusus dikerahkan para krama istri warga korban bencana dan beberapa perempuan non Hindu. Sebab, para krama istri lainnya sibuk di rumah masing-masing untuk menyiapkan kebutuhan Hari Raya Galungan.

“Krama yang terdampak bencana tidak bisa merayakan Galungan. Selaih masih sibuk membersihkan rumahnya, juga banyak kebutuhan sarana untuk hari raya yang ikut hanyut terbawa banjir. Belum lagi, merajan (pura keluarga) dan palinggih di rumah-rumah mereka sebagian besar rusak,” papar Darmada.

Terkait logistik untuk memenuhi kebutuhan 55 KK korban bencana banjir bandang, menurut Darmada, buat sementara masih aman. Bantuan sudah terkumpul dari berbagai pihak, baik pemerintah, perusahan swasta, organisasi, komunitas, maupun donatur perorangan. Selain kebutuhan sembako, juga ada bantuan beberapa pakaian bekas.

Saat ini, kata Darmada, kebutuhan mendesak warga koban bencana banjir bandang adalah deterjen (untuk pembersihan pakaian maupun perabotan rumah tangga), makanan anak-anak, dan pakaian sekolah. “Itu yang kami rasa sangat diperlukan sementara ini. Kalau untuk kebutuhan pangan, kami rasa sementara mash mencukupi,” jelas Darmada.

Selaku Kaling Bilukpoh Kangin, Darmada berencana mengumpulkan bantuan agar warga korban bencana bisa sekadar merasakan suasana Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu, 4 Januari 2019 mendatang. Ada rencana untuk menyediakan kebutuhan ngelawar dan memasak olahan daging babi maupun ayam bersama-sama di Posko Terpadu Darurat Bencana.

“Selain upaya pemulihan, kami sangat berharap nanti saat Kuningan nanti, warga yang terdampak bisa merasakan suasana hari raya. Waktu Galungan kemarin memang sama sekali belum ada pikiran begitu. Makanya, saat Kuningan nanti, mudah-mudahan bisa terwujud,” harapnya.

Menurut Darmada, kerugian materi material akibat bencana banjir bandang di Lingkungan Bilokpoh Kangin ditaksir mencapai sekitar Rp 1.725.400.000 atau Rp 1,73 miliar. Kerugian material itu dihimpun berdasar sejumlah dampak kerusakan, seperti bangunan, kendaraan, sarana perekonomian tempat usaha warga, dan berbagai perabotan rumah tangga. “Dampak kerugian materi ini masih bersifat sementara,” katanya.

Sementara itu, selain 5 KK dengan 196 jiwa di Lingkungan Bilokpoh Kangin, bencana banjir bandang akibat meluapnya Sungai Bilukpoh, Sabtu malam, juga menyebabkan 57 KK dengan 172 jiwa di Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ikut jadi korban.  Koban berjumlah 57 KK ini tinggal di sebelah timur Sungai Bilukpoh, sementara 55 KK korban bencana dari Lingkungan Bilukpoh Kangin (Kelurtahan Tegalcangkring) tinggal di sebelah barat Sungai Bilukpoh.

Seperti halnya korban bencana di Lingkungan Bilukpoh Kangin, seluruh 57 KK korban bencana di Banjar Anyar Kelod juga sempat mengungsi. Hanya saja, hingga Kamis kemarin sebagian dari mereka sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Sedangkan sebagian korban bencana banjir bandang dari banjar ini masih bertahan ngungsi ke rumah kerabatnya.

“Di banjar kami (Banjar Anyar Kelod, Red), kondisinya sudah mulai membaik. Tidak ada sampai membuat tempat pengungsian umum, hanya dibuatkan dapur umum saja. Tapi, hingga saat ini beberapa rumah warga masih ada tergenang lumpur, sehingga pemiliknya ngungsi ke rumah kerabat,” ujar Kelian Dinas Banjar Anyar Kelod, I Kade Winastra, saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Kamis kemarin.

“Kami masih berusaha koordinasi ke kecamatan dan kabupaten, agar bisa mendatangkan alat berat. Itu yang kami rasa mendesak saat ini,” lanjut Kadek Winastra seraya menyebut kerugian material akibat banjir bandang di banjarnya mencapai sekitar Rp 800 juta.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, mengatakan pihaknya masih fokus pembersihan lumpur di masing-masing rumah warga korban bencana di Lingkungan Bilokpoh Kangin (kelurahan Tegalcangkring) dan Banjar Anyar Kelod (Desa Penyaringan). Pembersihan dilakukan bersama jajaran TNI.

Untuk pembersihan lanjutan, lata Eko Susila, diperlukan alat berat yang masih berusaha dikoordinasikan pengadaannya. “Kami masih mengupayakan alat berat. Tapi yang pasti, buat sementara kami masih fokus pemulihan kondisi di rumah-rumah warga, agar korban bencana bisa segera kembali ke rumahnya,” terang Eko Susila di Negara, Kamis kemarin.

Posko Terpadu Darurat Bencana di Lingkungan Bilukpoh Kangin yang disediakan BPBD Jembrana, kata Eko Susila, rencananya akan didirikan selama seminggu ke depan. Namun, jika masih diperlukan, posko ini akan diperpanjang kembali. “Posko tempat pengungsian umum memang hanya dibutuhkan warga yang terdampak lebih parah di Lingkungan Bilukpoh Kangin. Sedangkan untuk korban bencana di Banjar Anyar Kelod, hanya diperlukan dapur umum,” tandas mantan Camat Pekutatan, Jembrana ini.

Sementara, Bupati Jembrana Putu Artha sempat turun tinjau lokasi bencana banjir bandang yang menerjang ratusan rumah di Lingkungan Bilukpoh Kangin dan Banjar Anyar Kelod, Selasa (25/12) lalu. Saat itu pula, Bupati Artha perintahkan OPD terkait melakukan penanganan, terutama memfasilitasi berbagai kebutuhan utama warga, seperti sandang, papan, dan pangan. Jika ada rumah warga miskin yang terdampak parah, Bupati Artha minta untuk menjadi prioritas mendapatkan bedah rumah tahun 2019.

Terkait perbaikan jembatan penghubung Banjar Anyar Kaja dan Banjar Penyaringan, Desa Penyaringan, yang putus diterjang banjir bandang, menurut Bupati Artha, rencananya akan ditangani lewat APBD Perubahan 2019 mendatang. “Sesuai permintaan aparat Desa Penyaringan, agar langsung dibuatkan jembatan baru, bukan jembatan darurat. Namun, karena APBD Induk 2019 sudah ketok palu, tidak bisa dilakukan cepat. Mudah-mudahan bisa dikerjakan dengan anggaran perubahan 2019. Berbagai solusi masih terus kita kaji," ujar Bupati Artha. *ode

Komentar