nusabali

Dekan FBS Undiksha Tutup ’11 Ibu, 11 Kisah 11, Panggung’

  • www.nusabali.com-dekan-fbs-undiksha-tutup-11-ibu-11-kisah-11-panggung

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Prof Dr Putu Kerti Nitiasih, yang terpilih satu dari 11 projek monolog 11 ibu 11 kisah 11 panggung, tampil terakhir pada Jumat (21/12) malam.

SINGARAJA, NusaBali
Ibu tangguh yang akrab disapa Prof Titik mementaskan monolog berjuduk ‘Menu Hidup Ikhlas’ langsung di rumahnya, kawasan Kelurahan Kaliuntu, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.

Prof Titik yang juga seornag pengajar itu tampil paripurna dengan mengenakan dress biru bersepatu putih. Dalam pementasannya ia mengangkat sejumlah kisah hidup penderitaan, merajut asa hingga dapat bisa berada di titik saat ini. Ia yang bermonolog juga langsung menjadi koki, lengkap dengan adegan memasaknya. Satu demi satu bahan dan bumbu ia masukan dan masak sepenuh hati hingga masakan tersebut siap disajikan dan dicicipi.

Di sela adegan memasak ia pun sempat melontarkan pertanyaan kepada penonton “Pernahkah kau mengupas bawang? Pernahkah kau memotong cabai? Pernahkah kau mengunyah jahe?” ucapnya.

Lontaran pertanyaan itu seakan menggiring penonton memaknai rasa sejumlah bumbu, pedih, pedasnya kehidupan dan semua hal dalam kehidupan memerlukan proses. Proses perjuangannya hingga mencapai puncak ini, dikatakan diceritakan olehnya karena didikan keras dan disiplin orang tuanya.

Adegan memasak yang mengawali pementasannya, mengantarkan maksud bahwa ia juga koki kehidupan. Seperti pekerjaan koki, kehidupannya ia lalui dengan menyiapkan menu, bahan, mengeksekusi bahan hingga menyajikannya. Yang menarik dalam pementasannya Prof Titik juga menyiapkan menu lain yakni loloh (jamu tradisional), berbahan sirih, lengkuas dan juga air.

Bagian akhir pementasanya juga dihardirkan frame memuja Tuhan dengan cara yang hening dan menghanyutkan. Ia kemudian memeluk foto keluarga yang dibanggakannya, yang seolah menjelaskan perjuangannya sudah selesai. Naskah yang masih tulis dan disutradarai Kadek Sonia Piscayanti itu, memang memilih waktu yang tepat. Pementasan sehari sebelum perayaan hari ibu diharapkan menjadi momentum penghargaan kepada kaum perempuan.

Projek yang memang didedikasikan untuk meyuarakan perempuan itu pun diharapkan dapat melihat segala rasa, manis, pahit, asam, asin dalam kehidupan yang harus disambut seimbang. Hal itu pun digambarkan dalam pementasan terakhir Prof Titik.

Sementara itu Kadek Sonia Piscayanti, mengatakan pementasan terakhir merupakan pementasan yang paling berat. Memilih Prof Titik sebagai salah satu aktor, terkendala soal waktu latihan. “Ini memang yang terberat, karena Prof Titik ini yang paling sibuk, sehingga hampir tak ada jadwal latihan penuh. Latihan dilakukan di sela-sela jam kantor, jam makan siang, atau jam sore. Semua dilakukan dengan pertimbangan teknis, cermat dan teliti,” kata Sonia.

Namun di luar kendala teknis, Sonia sangat berbahagia bahwa projek ‘11 Ibu’ ini sudah berjalan lengkap dan lancar. Dia sangat mensyukuri bahwa project ini adalah kolaborasi yang berhasil di antara tim produksi, aktor dan semua penonton yang terlibat termasuk apresiasi dari wartawan, penulis dan pengamat.

Salah seorang penonton yaitu Agung Dirga mengapresiasi pementasan ‘11 ibu’.Menurutnya banyak hal-hal sederhana yang maknanya sangat dalam dapat dipetik melalui pementasan. “Pementasan tadi saya suka saat melontarkan pertanyaan,’ Pernahkah kau mengupas bawang? Pernahkah kau memotong cabai? Pernahkah kau mengunyah jahe?’ Pernyataannya sederhana, tapi jika dianalisis lebih dalam bermakna filosofi bahwa semua proses dalam memasak adalah proses belajar dalam hidup,” ungkap dia. *k23

Komentar