nusabali

Tsunami Selat Sunda Telan 222 Nyawa

  • www.nusabali.com-tsunami-selat-sunda-telan-222-nyawa

Krama Bali perantauan di Lampung Selatan tak ada yang jadi korban tsunami, karena mereka tinggal jauh dari pantai

Dipicu Longsor Bawah Laut karena Erupsi Anak Krakatau

JAKARTA, NusaBali
Bencana tsunami di Selat Sunda yang dipicu erupsi Gunung Anak Krakatau, Sabtu (22/12) malam, menyebabkan 222 orang tewas, 843 korban luka, dan 28 korban lainnya masih hilang. Korban tewas terbanyak terjadi di Kabupaten Pandeglang, Banten, yakni 164 nyawa.

Data terkini korban bencana tsunami di Selat Sunda ini diungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (23/12) sore. Jumlah korban tewas mencapai 222 orang tersebut adalah data terakhir hingga Minggu sore pukul 16.00 WIB.

"Jumlah korban dan kerusakan akibat tsunami yang menerjang wilayah pantai di Selat Sunda terus bertambah. Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Minggu sore pukul 16.00 WIB tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka, dan 28 orang hilang," jelas Sutopo.

Khusus di Kabupaten Pandeglang, selain 164 korban tewas, juga ada 624 korban luka dan 2 orang lagi masih hilang. Korban tewas terbanyak kedua jatuh di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung yakni 48 orang plus 123 terluka. Sedangkan korban tewas di Kabupaten Serang, Banten mencapai 11 orang, selain 26 orang hilang dan 11 terluka.

"Tidak ada korban warga negara asing. Semuanya Warga Negara Indonesia,” tandas Sutopo. Disebutkan, jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah, terutama karena belum semua lokasi bisa dijangkau dan didata. "Ya, jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah, karena belum semua korban berhasil dievakuasi. Selain itu, belum semua Puskesmas melaporkan korban dan belum semua lokasi dapat didata keseluruhan," katanya.

Sementara, dari 222 korban tewas akibat bencana tsunami Selat Sunda, termasuk di antaranya gitaris band Seventeen, Herman Sikumbang, yang notabene merupakan caleg DPR RI dari PKB Dapil Maluku Utara. Herman Sikumbang diterjang tsunami ketika saat tampil bersama band Seventeen dalam sebuah acara gathering di Tanjung Lesung Beach Resort, Sabtu malam. Menurut vokalis Seventeen, Riefian Fajarsyah atau Ifan, mereka baru saja memulai penampilan untuk menghibur penonton saat tsunami tiba-tiba menerjang pangung hingga rata dengan tanah.

"(Saat tsunami terjadi) Itu lagu kedua, jadi kami baru main lagu kedua, terus me-mang kami nggak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba panggungnya kebalik, atapnya nimpa kami semua," cerita Ifan dalam wawancara televisi yang dilansir kompas.-com, Minggu kemarin. Irfan cukup beruntung, karena berhasil selamat dari maut setelah sempat terapung-apung di laut selama 2 jam.

Namun, sang gitaris Herman Sikubambang dinyatakan tewas dalam bencana tsu-nami tersebut. Kabar tewasnya Herman dikonfirmasi oleh Yulia Dian selaku ma-najemen Seventeen, sebagaimans dilansir detikcom, Minggu kemarin. Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, pun mengucapkan dukacita atas meninggalnya caleg DPR RI Dapil Maluku Utara tersebut.

Sementara, krama Bali perantauan yang tinggal di Banten dan Lampung Selatan, tak ada yang jadi korban tsunami. Pasalnya, tempat tinggal mereka jauh dari pantai. "Transmigran Bali di Lampung Selatan tidak ada yang tinggal dekat pantai. Mereka aman, karena jauh dari lokasi bencana," ungkap anggota Fraksi PDIP DPRD Provinsi Lampung, I Komang Koheri, saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin.

Menurut Komang Koheri, krama asal Bali di Lampung Selatan rata-rata tinggal di dataran tinggi. Berbeda dengan di Kabupaten Pesisir Barat, banyak krama Bali tinggal di dekat pantai. Namun, Pesisir Barat tidak terkena tsunami. "Jadi, krama Bali aman," jelas Komang Koheri.

Sementara itu, BNPB menduga tsunami di Selat Sunda terjadi karena kombinasi dua faktor alam. Pertama, longsoran bawah laut akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau. Kedua, fenomena gelombang pasang karena bulan Purnama. "Kemu-ngkinan penyebabnya adalah adanya longsoran bawah laut akibat aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau. Ini bersamaan dengan gelombang pasang karena bulan Purnama," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Sutopo menjelaskan, awalnya BMKG menyebut bahwa peristiwa yang terjadi di Selat Sunda adalah gelombang pasang. Namun, akhirnya BMKG meralat pernyataannya dan menjelaskan bahwa itu adalah tsunami. "Jadi, tsunami betul-betul menerjang wilayah pantai di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lampung Selatan. Tsunami menerjang ketinggian kalau berdasarkan laporan masyarakat, laporan BPBD, antara 2-3 meter," kata Sutopo.

Adapun tsunami tersebut terjadi secara tiba-tiba, tidak ada peringatan dini dari BMKG maupun BNPB. Sementara gempa bumi juga tidak terdeteksi. "Jadi, tidak ada gempa saat itu. Kami juga memantau kondisi yang ada baik sifatnya lokal maupun yang di Samudra Hindia, tidak ada gempa."

Menurut Sutopo, aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau terus dipantau dan dikaji. Longsor longsoran di bawah laut diduga masih terus terjadi. "Longsor bawah laut yang diakibatkan oleh aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau masih terus dilakukan kajian dan penelitian oleh BMKG, Badan Geologi, BPPT, dan KKP," imbuh  Sutopo.

Berdasarkan catatan sejarah, sudah 12 kali terjadi tsunami di Selat Sunda sejak tahun 416. Di antaranya, tsunami karena erupsi gunung api bawah laut Krakatau yang terjadi tahun 416, 1883, dan 1928. Kemudian, tsunami yang disebabkan gempa bumi tahun 1722, 1852, dan 1958. Terakhir, penyebab lainnya yang diduga kegagalan lahan berupa longsoran baik di kawasan pantai atau dasar laut tahun 1851, 1883, dan 1889.

Dikutip detikcom dari Jurnal Geologi Indonesia Volume III (4 Desember 2008) berjudul 'Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian Terhadap Katalog Tsunami Solo-viev', yang ditulis oleh Yudhicara dan K Budiono, dijelaskan sejumlah fakta terkait tsunami di Selat Sunda. Dalam jurnal ini dijelaskan tsunamigenik merupakan kejadian alam yang berpotensi menimbulkan tsunami. Kejadian tersebut berupa terganggunya air laut oleh kegiatan-kegiatan gunung api, gempa bumi, longsoran pantai dan bawah laut atau sebab-sebab lainnya. *k22

Komentar