nusabali

Desa Panji Anom Bangkitkan Padi Ketan dan Injin

  • www.nusabali.com-desa-panji-anom-bangkitkan-padi-ketan-dan-injin

Desa Panji Anom, Kecamatan Sukasada, kembali mengembangkan padi beras ketan dan padi beras hitam (injin).

SINGARAJA, NusaBali
Bahkan, pengembangan itu didanai langsung melalui APBDes setempat. Masalahnya, Desa Panji Anom dulunya pernah menjadi lumbung penghasil beras ketan dan beras hitam. Namun sekitar tahun 2000-an, secara perlahan petani enggan  menanam padi ketan dan injin.

Perbekel Panji Anom, Made Gina, Kamis (20/12) mengungkapkan, dulunya hampir setiap petani di wilayah Subak Desa Panji Anom menanam padi beras ketan dan injin, pada musim tanam pertama (Kertamasa,red). Sehingga Desa Panji Anom dulunya terkenal penghasil beras ketan dan beras injin. Namun seiring perkembangan varietas padi yang bisa dipanen dalam waktu 3-4 bulan, petani mulai meninggalkan jenis padi ketan dan injin. “Mungkin salah satu pertimbangan petani kala itu, karena padi ketan dan injin itu baru bisa panen 6 bulan sekali dalam setahun, sedangkan varietas lain bisa panen tiga kali dalam setahun. Jadi padi ketan dan injin itu lama ditinggalkan,” katanya.

Menurut Made Gina, kini dengan ditemukan varietas padi ketan dan injin yang bisa dipanen dalam waktu 3-4 bulan, pihaknya membuat terobosan agar petani kembali mengembangkan padi ketan dan injin tersebut, dengan memberikan bantuan bibit seluruh subak yang ada. Disebutkan, di Desa Panji Anom ada enam subak, yakni Subak Pancoran, Lebah Siung, Batu Pulu Atas, Batu Pulu Bawah, Puncak Landep dan Subak Cempaka. Luas lahan persawahan diperkirakan mencapai ratusan hektare. “Kami dari APBDes membantu pembelian bibit padi ketan dan injin masing-masing subak senilai Rp 2 juta. Ini tahap awal, untuk pembibitan saja, dan kami ingin potensi yang ada sejak dulu itu dibangkitkan lagi,” aku Gina.

Perbekel Gina menyebut, pihaknya yakin petani di masing-masing subak di Desa Panji Anom bersedia menanam padi ketan dan injin. Dirinya juga nyakin, Desa Panji Anom mampu mengembalikan potensi padi ketan dan injin yang pernah ada dulu. Karena selain sudah dapat dipanen dalam waktu 3-4 bulan, harga beras ketan dan injin jauh lebih mahal dibanding beras biasa. “Kalau beras ketan itu bisa Rp 25 ribu per kilogramnya, dan beras hitamnya juga lebih mahal, ini keuntungannya. Sehingga saya yakin ini akan menjadi potensi desa kedepannya, karena jenis padi ketan dan injin sangat cocok dikembangkan di Desa Panji Anom,” ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaen Buleleng, I Made Subur sangat mendorong masing-masing desa mengembangkan potensi yang ada di wilayahnya. Pihaknya sendiri memiliki program one vilage one product, sehingga hasil panen padi ketan dan injin tersebut dapat dioleh menjadi bahan pangan. “Nanti kami menyiapkan pelatihan-pelatihan bagi kelompok wanita tani (KWT), yang sifatnya pemberdayaan sehingga ketan dan injin itu bisa dijadikan produk makan olahan. Ini kan bisa menjadikan potensi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,” kata Subur. *k19

Komentar