nusabali

Beredar Selebaran Tolak Pandita Mpu, Bendesa Minta Maaf

  • www.nusabali.com-beredar-selebaran-tolak-pandita-mpu-bendesa-minta-maaf

Persiapan Karya Ngenteg Linggih di Pura Kahyangan Tiga Desa Pakraman Perangsada, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Maret 2019 mendatang, diwarnai ketegangan.

GIANYAR, NusaBali
Masalahnya, beredar selebaran berisi nama dan tandatangan krama yang menyatakan tidak setuju keikutsertaan Ida Pandita Mpu Wyasa Dhaksa Manuaba muput karya. Bendesa Pakraman Perangsada, Jero Mangku Made Karma, pun minta maaf atas berederanya selebaran ini.

Ida Pandita Mpu Wyasa Dhaksa Manuaba yang ditolak ikut serta dalam pelaksanaan Karya Ngenteg Linggih di Pura Kahyangan Tiga ini merupakan sulinggih dari Warga Pasek asal Griya Agung Parasada Manuaba, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh. Selebaran yang tak setuju keterlibatan Ida Pandita Mpu ini kontan memicu pelemik, karena penerimanya banyak sameton Pasek di Desa Pakraman Perangsada.

Gara-gara selebaran ini, PHDI Gianyar turun tangan menggelar mediasi para pihak, Rabu (19/12) malam. Prajuru Desa Pakraman Perangsada dan Ida Pandita Mpu juga dihadirkan dalam mediasi tyang digelar di Griya Agung Parasada Manuaba, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh malam itu. Pertemuan mediasi malam itu juga dihadiri perwakilan PHDI Provinsi Bali, Pasemetonan MGPSSR (Waega Pasek) Kecamatan Blahbatuh, Dulang Mangap Jagabaya Kecamatan Blahbatuh, Babhinkamtibmas Desa Pering, dan Kelian Banjar Dinas Perangsada.

Dari mediasi malam itu, Ida Pandita Mpu dan prajuru Desa Pakraman Perangsada sepakat berdamai, sehingga ketegangan yang sempat muncul tidak menjadi halangan bagi persiapan Karya Ngenteg Linggih di Pura Kahyangan Tiga. Dalam kesempatan itu, Bendesa Pakraman Perangsada, Jero Mangku Made Karma, juga mengakui keteledorannya. Menurut Jeru Mangku Karma, selebaran yang dibuat oleh Penyarikan (Sekretaris) tanpa sepengatahuan dirinya selaku Bendesa.

Jero Mangku Karma pun mohon maaf secara lisan kepada Ida Pandita Mpu dan pihak terkait yang hadir dalam pertemuan malam itu. Jero Mangku Karma berjanji akan langsung menggelar paruman terkait masalah ini.

“Tiyang ngelungsur pengampura. Duaning tiyang sebagai bendesa bertanggung jawab penuh dengan apa yang terjadi. Penyarikan sane ngaryanin surat. Nike murni keteledoran tiyang. Ngelungsur banget pengampura (Saya mohon maaf. Sebab, saya sebagai bendesa bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi. Penyarikan yang bikin surat. Itu murni keteledoran saya. Mohon maaf sebesar-besarnya, Red),” papar Bendesa Pakraman Perangsada ini.

Sesuai saran dari PHDI Gianyar, Jero Mangku Karma pun mengatakan sanggup minta maaf baiuk secara lisan maupun tertulis kepada seluruh krama yang ikut dibuat resah. “Tiyang sanggup nunas pengampura di griya dan krama desa. Tiyang tan surud mulat sarira. Tiyang sadari kirang, sangkanin las suci tiyang nglungsur pengampura (Saya tak henti introspeksi diri. Saya sadar kurang, makanya tulus saya mohon maaf, Red),” katanya.

Permohonan maaf juga disampaikan Penyarikan Desa Pakraman Perangsada, I Made Korin, yang membuat selebaran pemicu keresahan tersebut. “Sinampura ping banget, belog tiyang kaliwat. Intinya tiyang tangkil meriki ring griya wantah nunas pengampura. Tiyang jadikan sebagai pengalaman (Mohon maaf yang sedalamnya, saya sangat bodoh. Intinya, saya datang ke griya hanya untuk minta maaf. Saya jadikan ini pengalaman berharga, Red),” papar Made Korin.

Hanya saja, mengenai kronologis selebaran itu bisa dibuat dan diedarkan, Made Korin enggan berkomentar. “Sesuai hasil mediasi PHDI, tiyang diminta mohon maaf atas surat yang dinilai salah. Apa kesalahan itu, tiyang nggak mau bicara banyak, biar tidak tambah melebar,” elaknya.

Usai pertemuan malam itu, Ketua Harian PHDI Gianyar Wayan Patra mengatakan bahwa semua sadaka posisinya sama. Tidak ada yang berkelompok-kelompok. Maka itu, pihaknya mengajak umat sedharma agar bersatu. Wayan Patra mengatakan, polemik selebaran itu sudah menemui titik temu. “Sudah ada perdamaian. Terpenting saat ini adalah tindak lanjut dari perdamaian itu agar direalisasikan, sehingga ke depan menyama braya tetap kompak,” ujar Wayan Patra.

Sementara itu, Ida Pandita Mpu Wyaksa Dhaksa Manuaba mengaku punya kewajiban untuk memaafkan siapa pun. “Pasti dan patut memaafkan,” jelas Ida Pandita Mpu. Terkait permasalahan yang terjadi, menurut Ida Pandita Mpu, bermula dari perencanaan Karya Ngenteg Linggih di Pura Kahyangan Tiga Desa Pakraman Perangsada, beberapa waktu lalu.

Menurut Ida Pandita Mpu, dalam beberapa kali rapat, dirinya sempat mengutarakan niatnya untuk ikut ngayah. Hanya saja, ini ditanggapi berbeda oleh krama hingga muncul aksi ‘pembikotan’ agar tidak menyetujui Ida Pandita Mpu muput karya. “Padahal, tiyang menyatakan ingin ngayah, tidak musti muput. Dan, itu sudah tiyang terima. Lalu, muncul masalah ketika ada surat pernyataan itu (selebaran, Red),” terang Ida Pandita Mpu. “Yang terpenting bagi saya sekarang, polemik ini sudah berakhir damai. Saya berharap pelaksanaan karya bisa berjalan lancar,” imbuhnya. *nvi

Komentar