nusabali

Harga Paprika Anjlok Pasca Bencana Mengepung

  • www.nusabali.com-harga-paprika-anjlok-pasca-bencana-mengepung

Sejumlah petani paprika di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng saat ini sedang mengatur strategi memanen buah paprikanya.

SINGARAJA, NusaBali
Memasuki penghujung tahun jelang perayaan natal dan tahun baru, harga paprika di pasaran anjlok. Penurunan harga yang dirasakan petani pun cukup drastis, dari Rp 60-70 ribu per kilgramo menjadi Rp 6-10 ribu per kilogram. Anjloknya harga buah paprika saat ini disebut-sebut dikarenakan sejumlah faktor, di antaranya sejumlah bencana yang mengepung Indonesia, beberapa waktu lalu.

Menurut seorang petani paprika Kadek Baktiasa mengatakan penurunan harga paprika dipasaran terjadi sejak bulan September lalu. Awalnya petani masih bisa menutupi biaya operasional pemeliharaan tanaman paprika dengan harga pasaran Rp 12 ribu per kilogram. Namun makin hari harganya semakin terpuruk dan mencapai titik terendah hingga Rp 6 ribu perkilogram.

“Sekarang memang harga paling rendah, saya sudah 14 tahun jadi petani paprika belum pernah sampai rendah ini harganya,” kata Baktiasa. Penurunan harga paprika yang anjlok keras disebutnya karena pasokan panen melimpah di seluruh Bali dan Jawa. Selain juga faktor pariwisata yang berpengaruh setelah terjadinya sejumlah bencana di Indonesia.

Ia menyebutkan hasil panennya yang selama ini banyak menyuplai kebutuhan hotel dan restoran sedikit berkurang. Terlebih jumlah produksi yang dikirim ke Lombok sempat mati total usai bencana gempa. Sejauh ini petani hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal yang juga diserbu oleh produksi paprika dari petani se Bali.

Dengan kondisi itu, sejumlah petani paprika di Pancasari memilih untuk tak memanen buah paprikanya dan dibiarkan begitu sja adi pohonnya. Ada juga yang diberikan cuma-cuma ke tetangga dan ada juga yang memilih menghabisi pohon paprika yang dibudidayakan.  Sementara itu dengan kondisi harga yang sangat murah, disebut tak mencukupi biaya operasional pemeliharaan paprika yang cukup mahal, karena dikembangkan di dalam green house.

Masalah itu pun menjadi semakin pelik saat petani melakukan budidaya dengan modal pinjaman bank. Seperti yang diakui Wayan Kerti, petani paprika lainnya di Pancasari. Dengan harga yang sangat murah ini ia harus memutar otak dan mengakali bagaiman untuk dapat menutup jumlah cicilan yang disetorkan ke bank setiap bulannya.

“Ya mudah-mudahan cepat stabil, karena dengan harga saat ini jangankan bayar hutang ke bank, biaya pupuk saja tidak dapat,” ucap dia. Sementara itu dalam lahan paprikasatu are per tahun petani dapat memproduksi maksimal 7 ton paprika. *k23

Komentar