nusabali

Anak Transmigran yang Nekat Kuliah di Jakarta Demi Ingin Sukses

  • www.nusabali.com-anak-transmigran-yang-nekat-kuliah-di-jakarta-demi-ingin-sukses

Sempat coba keberuntungan di dunia politik dengan jadi caleg DPR RI dari PDIP dapil Lampung I di Pileg 2014, namun keberuntungan belum berpihak ke Nyoman Adi.

I Nyoman Adi Peri, Pengacara Keturunan Bali yang Beken Tangani Kasus Artis

JAKARTA, NusaBali
Suksesnya I Nyoman Adi Peri sebagai pengacara di ibukota Jakarta tak lepas dari perjuangannya. Anak transmigran asal Bali di Desa Rama Dewa, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah, Provinsi Lampung ini nekad merantau ke Jakarta. Itu dia lakukan pada tahun 1984 silam.

“Orang Bali sangat kuat patriarkinya. Apalagi di keluarga saya, anak laki-lakinya dua orang. Saya dan adik. Demi bisa merantau saya kabur dengan menggunakan motor ke Jakarta,” imbuh Nyoman Adi kepada NusaBali di sela-sela kesibukannya di Jakarta Selatan, Rabu (5/12) lalu.

Sampai di Jakarta, Nyoman Adi lalu kos di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Kemudian baru dia mengabari orangtua dan memberitahu di Jakarta akan melanjutkan pendidikan.

Nyoman Adi menyambangi sejumlah kampus beken di Jakarta seperti Trisakti, Universitas Tarumanegara, Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Universitas Pancasila. Universitas tersebut ternyata mahal. Dia sempat ingin kuliah di luar Jakarta. Namun ayahnya I Made Linteb tidak mengizinkan. “Ayah berkata agar saya tetap berada di Jakarta. Jakarta adalah segala-galanya, kita bisa bersaing dan belajar tentang kehidupan sekaligus menimba ilmu. Ayah memang sosok yang punya filosofi tinggi. Saya banyak belajar dari beliau antara lain mengenai kedisiplinan dan tepat waktu,” terang Nyoman Adi.

Nyoman Adi menceritakan, ayahnya yang kini telah berusia 80 tahun setiap hari selalu bangun pukul 05.00 WIB. Saat bangun dia tidak berpatokan pada jam agar tepat waktu, melainkan mengatakan dalam hati agar bangun pagi. Bagi ayahnya jam dinding hanya sebuah benda mati sehingga tidak perlu menghidupkan benda mati tersebut.

Justru yang perlu adalah terus mengasah jiwa dan hati sehingga nantinya tubuh secara otomatis akan terbiasa bangun pagi. Satu lagi yang sang ayahnya ajari adalah dalam hidup harus ulet, tidak mengeluh dan manja. Nyoman Adi pun akhirnya mencari kampus lain.

Nyoman Adi kemudian menjatuhkan pilihan untuk kuliah di Fakultas Hukum Universitas Kristen Dwipayana Jakarta. Dia memilih jurusan Ilmu Hukum demi menghindari pelajaran matematika. Untuk biaya kuliah dan hidup di Jakarta, ia mendapat kiriman dari orangtua setiap bulan sebesar Rp 400 ribu. Orangtuanya percaya Nyoman Adi dapat mengelolanya dengan baik. Terlebih ia pernah kos saat masih menempuh pendidikan di SMA. Di SMA, Nyoman Adi mendapat kiriman Rp 1.500 per bulan. Ia sekolah di SMA Santo Yoseph yang jaraknya 30 km dari rumah. Ia pulang setiap satu minggu sekali menggunakan sepeda bersama tetangga. Tak ketinggalan membawa sambal dan petai untuk makanan di kos. Namun saat ia kuliah, Nyoman Adi yang seharusnya lulus empat tahun tidak selesai lantaran pada mata kuliah hukum dagang dan hukum agraria tidak lulus.

Sang ayah yang mengetahui itu, datang ke Jakarta. Bahkan menantangnya untuk menyelesaikan pendidikan sarjana. Sampai-sampai Nyoman Adi ditanya memerlukan dana berapa besar untuk bisa lulus. Ayahnya akan memberikan dana tersebut, dengan catatan setelah dana diserahkan, sang ayah sudah bebas dari tanggungjawab mengkuliahkannya.

Nyoman Adi mengatakan perlu dana Rp 3 juta. Dana tersebut ia pergunakan untuk kuliah serta menangung biaya hidup anak dan istri. “Saya semester tiga sudah menikah. Waktu menikah orangtua saya tidak datang. Hanya saudara dan kakak saja,” terang Nyoman Adi.

Nyoman Adi menyelesaikan pendidikan pada tahun 1990. Ia satu angkatan dengan Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Mulfachri Harahap. Tamat jadi sarjana hukum tak lantas membuat Nyoman Adi praktek menjadi pengacara. Ia justru ditanya oleh sang ayah mau ikut dengannya atau mandiri.

Bila ikut orangtua harus mengikuti aturan dan nurut. Nyoman Adi tak mau seperti itu, ia ingin membuktikan bisa berhasil dengan usaha sendiri. Ia memilih mandiri dan melakoni berbagai macam profesi. Mulai dari sopir pribadi, sales alat kedokteran, pengantar bunga ucapan dan menerima pesanan membuat tas seminar. Membuat tas seminar membuat Nyoman Adi mendapat keuntungan lebih. Lantaran ia tidak membuat sendiri, melainkan memesan pada pengrajin di Perkampungan Industri Kecil (PIK) yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. Nyoman Adi baru menjadi pengacara setelah kakak keduanya tersangkut kasus jual beli tanah dengan artis kenamaan Ongky Alexander.

Dari hasil sebagai pengacara, Nyoman Adi memiliki rumah sendiri. “10 tahun usai tamat kuliah saya baru punya rumah sendiri di Pondok Labu, Jakarta Selatan,” jelasnya. Di sela-sela kesibukannya sebagai pengacara, I Nyoman Adi Peri sempat terjun ke dunia politik. Ia mengawali pada tahun 2012 lalu. Saat itu, ia nekat memberanikan diri mendaftar menjadi bakal calon gubernur DKI Jakarta melalui PDIP. Memang, kata Nyoman Adi, ia sudah memprediksi tidak akan lolos sebagai calon.

Lalu di tahun 2014, Nyoman Adi kembali mencoba keberuntungan di dunia politik. Ia mendaftar sebagai calon anggota DPR RI dari PDIP dapil Lampung I. Namun keberuntungan di dunia politik belum berpihak kepada Nyoman Adi. Dia gagal dalam pencalonan ini.

Nyoman Adi lahir dan besar di Lampung Tengah, karena ayahnya I Made Linteb adalah transmigran asal Bali di tahun 1952 lalu. Sang ayah pergi ke Lampung karena ingin mengubah nasih serta berharap besar agar keturunannya kelak lebih maju lagi.

Di Lampung Tengah, ayah Nyoman Adi di percaya sebagai kepala desa. Dia juga sebagai petani, berkebun cengkeh dan beternak babi. Di sana, sang ayah bertemu Ni Made Sasih. Hasil pernikahan mereka membuahkan tujuh orang anak. Anak pertama Ni Wayan Juniati tinggal di Lampung, anak kedua Ni Made Tiani bersuamikan dokter dan tinggal di Jakarta.

Anak ketiga Nyoman Adi tinggal di Jakarta, anak ke empat Ni Ketut Surirani PNS di Lampung, anak kelima Ni Putu Darmiati membuka usaha di Lampung, anak keenam Ni Made Winarti menjadi anggota DPRD Lampung Tengah dan anak ketujuh I Komang Koheri sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung dan memiliki bank, koperasi dan mengelola yayasan pendidikan. Kini ayah Nyoman Adi masih hidup dan tinggal di Lampung. Sementara sang bunda telah meninggal dunia. Harapan sang ayah memiliki keturunan lebih baik juga tercapai. *k22

Komentar