nusabali

Pakar Nyeri dari Bali Masuk 'Hall of Champions' Dunia

  • www.nusabali.com-pakar-nyeri-dari-bali-masuk-hall-of-champions-dunia

Kebanggaan bagi Indonesia ditorehkan oleh dr I Putu Eka Widyadharma MSc SpS (K).

dr I Putu Eka Widyadharma MSc SpS (K) Satu-satunya Wakil dari Asia

DENPASAR, NusaBali
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) ini namanya tercantum dalam IASP Hall of Champions. IASP sendiri adalah International Association for The Study of Pain  atau organisasi para pakar spesialis nyeri di seluruh dunia. “Saya juga tidak tahu, nama saya muncul dalam jajaran tersebut,” kata dr Eka Widyadharma, Kamis (6/12) malam.

Spesialis Saraf sekaligus Konsultan Nyeri yang kesehariannya berpraktik di Bali Med dan klinik Indivara di Jalan Tukad Barito Denpasar ini bersanding dengan Andrew Rice (Inggris), Jeffery Gold (AS), Laura Cornelissen (AS), Michael Caterina (AS), dan Stefan Friedrichsdorf (AS). Bahkan dari ratusan nama para pakar nyeri dari 32 negara, dr Eka menjadi satu-satunya nama dari Indonesia. “Ya, sebenarnya masih banyak pakar dunia yang bisa masuk Hall of Champions,” kata dr Eka merendah.

Namun kiprah dr Eka di bidang ‘pernyerian’ memang sudah mendunia. Selain menjadi anggota IASP, sejumlah forum internasional juga sering mengundang dr Eka untuk menyampaikan soal materi bidang ‘nyeri’ yang mulai banyak dialami masyarakat. Seperti pada bulan Oktober lalu, dr Eka menjadi pembicara di Conference of WFNS di Nusa Dua. Bahkan bulan Mei 2019, dr Eka juga dijadwalkan menjadi pembicara di London, Inggris.

“Saya akan memaparkan masalah nyeri dengan sebuah kearifan lokal; umbi jalar ungu. Ini adalah produk natural tanpa efek samping,” kata dr Eka. Sebagaimana diketahui disertasi dr Eka berjudul  Pemberian Ekstrak Air Umbi Ubi Jalar Ungu (ipomoea batatas l) Menyebabkan Kadar Malondialdehyde, Prostaglandin E2, Ekspresi reseptorP2X4 Lebih Rendah  dan Peilaku Nyeri Neuro patik Lebih Ringan Pada Tikus Wistardengan Cedera Saraf Tepi.

dr Eka sendiri bergabung dengan IASP pada 2012. Adapun gelar konsultan di bidang  nyeri diraihnya pada 2014. Diakui olehnya bahwa perkembangan zaman membuat keluhan soal nyeri semakin meningkat. “Hampir 90 persen pasien yang datang  mengalami nyeri karena otot myofacial pain,” kata suami dr  Kadek Trisnadewi M Biomed (AAM) yang dikenal sebagai pakar kecantikan di Pulau Dewata.

Rasa nyeri ini disebut dr Eka lantaran terjadi penurunan daya otot. Hal ini disebutnya tak lepas dari kurang bergeraknya seseorang yang dimanjakan dengan teknologi, termasuk gadget. “Setidaknya setiap hari setelah bangun tidur lakukan stretching (peregangan). Dan buat yang pakai gadget agar punya batasan waktu,” kata dr Eka.

Soal nyeri itu pula kata dr Eka perlu diidentifikasi. Karena manajemen untuk menangani rasa nyeri tak cukup hanya dengan memberikan penahan rasa sakit. Dan diingatkan bahwa rasa nyeri juga tak melulu karena asam urat dan kolesterol yang meningkat. Pasalnya, rasa nyeri itu juga bisa dipicu dengan gaya hidup saat ini, dimana seseorang kurang bergerak. Dalam jangka panjang, jika nyeri ini tidak diatasi, risiko-risiko buruk pun bisa dialami pasien. “Mulai dari gangguan tidur, rasa cemas, depresi hingga suicide (bunuh diri),” kata dr Eka. *mao

Komentar