nusabali

MUTIARA WEDA : Terminal Pendidikan

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-terminal-pendidikan

Pendidikan mengarahkan pada sensibilitas,dari sensibilitas menghasilkan karakter, dari karakter muncul kekayaan, dan dari kekayaan perbuatan baik dilakukan; perbuatan baik mendatangkan kebahagiaan.

Vidya dadati vinayam vinayad yati patratam,

Patratvad dhanam apnoti dhanad dharmam tatah sukham.
(Hitopadesa, 6)

Puncak dari pendidikan adalah kebahagiaan. Bagaimana kebahagiaan itu terwujud? Menurut teks di atas ada beberapa proses yang terjadi ketika pendidikan diambil. Pertama, hal yang paling awal dimunculkan adalah rasa sensitivtas, disiplin, humble, dan rendah hati. Orang yang berpendidikan biasanya humble. Pendidikan yang benar mengantarkan orang menuju kehidupan yang lebih sensitif pada lingkungan sosialnya. Orang yang rendah hati bersifat merangkul, menyatukan. Jika kemudian pendidikan menghasilkan orang berhati keras, memecah belah, tentu pendidikan tersebut menuju pada arah yang salah.

Akibat dari rasa sensibilitas, seseorang akan memiliki arti, memiliki karakter. Ia akan mampu melakukan sesuatu secara baik dan bertanggungjawab. Ia memiliki pola hidup dan warna yang jelas. Apa yang dikerjakannya akan memiliki nilai di mata orang lain. Dimanapun dirinya berada dan apapun yang dikatakan atau dilakukannya akan memberikan manfaat baik bagi dirinya maupun masyarakat sekitarnya. Ia berharga baik di mata teman maupun musuhnya. Inilah hal kedua yang muncul dari pendidikan. Konsekuensi dari disiplin yang dilakukannya, kerendahan hati yang ditunjukkan, dari sensitifitasnya terhadap lingkungan sosial, adalah kekuatan, karakter, aura yang membuat orang lain terkesima.

Hal ketiga yang muncul dari kualitas atau karakter orang adalah kekayaan. Orang yang memiliki kapasitas akan mampu mengerjakan sesuatu secara baik. Orang yang capable lebih dipercaya sehingga orang mencarinya. Secara umum orang kesana kemari mencari pekerjaan, tetapi orang ini justru sebaliknya, yakni pekerjaan yang mencarinya. Dimanapun dirinya berada, pekerjaan akan mengikutinya, dan tentu penghasilan terus mengalir ke kantongnya. Kantong yang terus-menerus mendapat aliran dana akan semakin tebal. Ia kemudian menjadi kaya. Saat orang kaya, kemungkinan akan mengarah pada dua direction. Kekayaan itu akan membuat mabuk atau mengantarkan pada perbuatan baik. Orang kaya bisa menjadi sombong dan membahayakan dirinya sendiri atau menggunakan kekayaannya itu untuk berdana dan bermanfaat untuk kebaikan masyarakat.

Pendidikan yang benar akan menjadikan orang baik. Kekayaan adalah alat terbaik untuk berbuat baik sebab secara langsung berdampak bagi kehidupan seseorang. Inilah mengapa kitab suci mengatakan bahwa berdana merupakan metode utama spiritual. Kebudayaan akan berkembang jika masyarakatnya suka berdana, demikian juga masyarakat akan jauh dari kemiskinan disaat tetangganya suka berbagi. Segala sesuatu akan berjalan mudah apabila kekayaan melandasinya. Sebaliknya, tanpa kekayaan, kehidupan akan terasa stagnan. Inilah mengapa dalam hidup, sebagian besar waktu dan tenaganya digunakan untuk memperoleh penghasilan. Semakin kaya orang, maka semakin besar kemungkinannya untuk bisa berdana. Semakin tinggi kesadaran orang berdana, maka semakin baik orang tersebut.

Konsekuensi dari perilaku yang baik akan melahirkan konsekuensi keempat, yakni kebahagiaan. Inilah final dari goal pendidikan. Jika orang yang terjun dalam pendidikan kemudian merasakan kebahagiaan, itu berarti pendidikan telah mencapai titik kulminasinya. Jika orang yang terdidik masih merasa miskin, merasa kurang dan merasa menderita, itu berarti pendidikannya belum berhasil. Bisa saja orang yang berpendidikan menjadi kaya, tetapi lupa berbuat baik, sehingga tiadanya dharma, orang merasa ada yang hilang. Kekayaan yang tidak diikuti oleh dana punia tidak akan memiliki arti apa-apa. Kekayaan yang dinikmati sendiri akan jatuh ke dalam jurang kenikmatan sementara. Kekayaan tersebut tidak menjadi dharma, melainkan habis melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat menghamburkan dan tidak berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Kekayaan yang digunakan untuk pemuasan nafsu sendiri akan memunculkan rasa derita pada akhirnya, karena kesenangan yang seperti itu tidak memiliki terminalnya. Semakin kesenangan itu dipuaskan, semakin besar permintaannya untuk dipuaskan. Sebaliknya jika uang itu digunakan untuk dharma, tentu mengarah pada terminal yang disebut kebahagiaan. Semakin kekayaan itu digunakan untuk dharma semakin besar kebahagiaan itu dirasakan.

I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana nstitut of Vedanta   

Komentar