nusabali

Rekonstruksi Berdasarkan Foto Tahun 1917, Dijadikan Objek Wisata

  • www.nusabali.com-rekonstruksi-berdasarkan-foto-tahun-1917-dijadikan-objek-wisata

Kelian Desa Pakraman Buleleng, Nyoman Sutrisna, yang notabene Kadis Pari-wisata Buleleng, telah ajukan bantuan anggaran rekonstruksi kayehan kuno sebesar Rp 250 juta ke pemerintah

Desa Pakraman Buleleng Akan Rekonstruksi Kayehan Kuno Peninggalan Raja di Depan Pasar Buleleng

SINGARAJA, NusaBali
Tak banyak orang tahu, tembok kuno di sebelah barat Pasar Buleleng dulunya merupakan penyengker kayehan (permandian) umum peninggalan Raja Buleleng tahun 1917. Bekas kayehan kuno yang sudah tinggal puing ini akan direkonstruksi tahun 2019 nanti, untuk dijadikan destinasi wisata.  

Kayehan kuno peninggalana Raja Buleleng yang berada tepat di sebelah selatan Sasana Seni Budaya Singaraja ini sudah diajukan untuk proses rekontruksi pada 2019 mendatang. Saat ini, bekas kayehan kuno berusia satu abad tersebt sudah mulai dibersihkan oleh krama Desa Pakraman Buleleng bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng.

Desa Pakraman Buleleng merupakan desa adat yang menaungi 9 kelurahan di Kota Singaraja, Kecamatan Buleleng, masing-masing Kelurahan Paket Agung, Kelurahan Liligundi, Kelurahan Banjar Tegal, Kelurahan Kendran, Kelurahan Astina, Kelurahan Banjar Jawa, Kelutahan Banjar Bali, Kelurahan Kampung Anyar, dan Kelurahan Kalintu.

Kelian Desa Pakraman Buleleng, Nyoman Sutrisna, mengatakan pihaknya mulai menata bekas bangunan kuno (kayehan umum) yang selama ini masih dipingpong, karena belum jelas status kepemilikannya tersebut. Bekas bangunan kuno seluas 1,5 are yang masih ada tembok penyengkernya ini berada di lahan ayahan desa.

Menurut Nyoman Sutrisna, Desa Pakraman Buleleng sebagai penanggung jawab lahan ayahan desa yang mewilayahi bekas kayehan kuno tersebut mulai merancang pelestarian melalui proses rekonstruksi. Proposal rekonstruksi bangunan pun sudah diajukan ke Pemkab Buleleng untuk dibantu Bupati melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK).

“Karena dulu tidak jelas kepemilikannya, makanya tak ada yang mau membangun. Nah, kami Desa Pakraman Buleleng tahun ini mulai melakukan penataan. Tahun depan rencananya akan dilakukan rekonstruksi (keyehan kuno warisan zaman Raja Bulelenng, Red). Mudah-mudahan mendapat dukungan dari Bapak Bupati,” ujar Sutrisna kepada NusaBali di Singaraja, Minggu (2/12).

Sutrisna menyebutkan, tekad untuk melestarikan bangunan tua ini muncul saat dirinya menemukan foto pancoran kuno bertuliskan tahun 1917. Foto kayehan kuno peninggalan Raja Buleleng itu ditemukan di Puri Kanginan Singaraja, yang berlokasi tepat sebelah timur Catus Pata (Perempatan Agung) Singaraja atau di sebelah utara Pasar Buleleng.

Menurut Sutrisna, pihaknya menyakini pancoran kuno yang dibuat Raja Buleleng pada zaman (tahun 1917) difungsikan masyarakat sebagai permandian umum. “Kami sudah ketemu fotonya. Nanti bangunan kuno akan direkonstruksi sesuai dengan foto itu,” jelas Sutrisna.

“Tetapi, kami belum tahu persis kapan pancoran kuno ini dibangun dan siapa yang membangunnya? Nanti Desa Pakraman Buleleng akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menggali data sejarahnya,” lanjut Sutrisna, tokoh adat yang juga masih menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Buleleng.

Dalam pengajuan BKK untuk rekonstruksi kayehan kuno ini, kata Sutrisna, Desa Pakraman Buleleng mengusulkan anggaran sebesar Rp 250 juta. Pasca rekonstruksi, kayehan kuno peninggalan sejarah ini nantinya akan diarahkan untuk menjadi destinasi wisata, khusus perjalanan city tour.

Menurut Sutrisna, hal ini sangat memungkinkan dan akan ada saling keterkaitan dengan peninggalan sejarah di sekitra pancoran kuno, seperti Puri Kanginan Singaraja (sebelah utara Pasar Buleleng) dan Puri Agung Singaraja (sebelah selatan Pasar Buleleng).

Sutrisna memaparkan, jalur city tour yang sedang dirancang ini akan dimulai dari kawasan eks Pelabuhan Buleleng di Kampung Tinggi, Singaraja. Wisatawan yang memilih city tour nantinya tidak hanya menyaksikan jembatan peninggalan Belanda di Kampung Tinggi (sebelah barat Singaraja Square), tapi juga segara (laut) dan Klenteng tertua yang masih dalam satu kawasan dengan eks Pelabuhan Buleleng.

Dari eks Pelabuhan Buleleng, perjalanan wisata city tour akan menuju arah selatan, melalui Masjid Jami, yakni masjid tertua di Kabupaten Buleleng, yang berlokasi di Kelurahan Kampung Kajanan. Di Masjid Jami ini terdapat salah satu Al Quran yang dibuat Raja Buleleng.

Nah, dari Masjid Jami, perjalanan lanjut ke arah selatan melalui Jalan Gajah Mada Singaraja, menuju relief Bima Swarga nan indah di depan Setra Desa Pakraman Buleleng. Dari sana, perjalanan lanjut ke kawasan Catus Pata Singaraja, yang di sekitarnya terdapat Puri Kanginan, Puri Agung Singaraja, Kayehan Kuno warisan Raja Buleleng, Museum Buleleng, Gedong Kertia Singaraja, dan Bale Agung (di Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng) yang merupakan rumah asal ibunda Bung Karno, Ni Nyoman Rai Srimben.

Dari Bale Agung, perjalanan wisata city tour berlanjut ke Taman Bung Karno di Kelurahan/Kecamatan Sukasada, Buleleng. Jika ingin melanjutkan perjalanan ke arah selatan, wisatawan bisa menuju Air Terjun di Desa Sambangan (Kecamatan Sukasada) dan Air Terjun di Desa Gitgit (Kecamatan Sukasada). *k23

Komentar