nusabali

Harus Istirahat karena Terluka, Minta Para Pelaku Dihukum Berat

  • www.nusabali.com-harus-istirahat-karena-terluka-minta-para-pelaku-dihukum-berat

Bupati Nyoman Suwirta kemarin sempatkan menjenguk Made Segara, kelian banjar korban pengeroyokan yang kesehariannya menjadi pegawai kontrak Dinas Perhubungan Klungkung

Derita I Made Segara, Kelian Banjar Bias, Desa Kusamba, Klungkung yang Jadi Korban Pengeroyokan

SEMARAPURA, NusaBali
Tiga hari pasca jadi korban pegeroyokan 8 orang di areal Monumen Puputan Klungkung, Selasa (27/11) malam, Kelian Banjar Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, I Made Segara, 34, masih harus istirahat total akibat luka-luka yang dialaminya. Made Segara yang notabene penyanyi Pop Bali, belum bisa beraktivitas dan menjalankan tugasnya sebagai kelian banjar dan pegawai kontrak di Dinas Perhubungan Klungkung. Dia berharap 8 karyawa furniture tersangka pengeroyokan dihukum seberat-beratnya.

Saat NusaBali menjenguk ke rumahnya di Banjar Bias, Desa Kusamba, Jumat (30/11) siang, korban Made Segara tengah duduk di luar kamar dengan mengenakan kamben. Sementara tangan kanannya masih dipasangi kain pengaman karena persendiannya trerlepas akibat aksi pengeroyokan.

Made Segara yang dikenal sebagai penyanyi Pop Bali dan seniman bondres, hingga kini hanya bisa istirahat di rumah, karena mengalami lu-ka serius pada kepala belakang dan persendian lengan kanannya terlepas. Karena itu, dia belum bisa menjalankan tugas sebagai kelian banjar. Dia juga belum bisa jalankan tugas sebagai pegawai kontrak Dinas Pehubungan Klungkung yang kesehariannya ditugaskan jaga parkir di depan sebuah swalayan di Semarapura.

Kepada NusaBali, Made Segara menceritakan awal mula peristiwa pengeroyokan yang dialaminya. Menurut Made Segara, malam itu dirinya usai kundangan di Banjar Sengguan, Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan Klungkung untuk pentas menyanyi bersama rekannya, I Made Ngakan Putu Agus Pratama, 29, asal Banjar Banjar Menak, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar.

“Malam sekitar pukul 22.00 Wita, tiyang dan teman (Ngakan Putu Agus Pratama) pamit pulang dari lokasi acara. Kami hendak melanjutkan ngobrol di Monumen Puputan Klungkung,” kenang Made Segara, yang mengaku sudah 5 tahun menjabat sebagai Kelian Banjar Bias, Desa Kusamba.

Dalam perjalanan ke Monumen Puputan Klungkung, Made Segara dan rekannya mengendarai motor masing-masing. Ketika koran memarkir motornya di depan Monumen Puputan Klungkung, dari arah berlawan datang sebuah mobil yang berusi 8 pelaku dan 2 rekannya. Karena bawa sepeda motor, otomatis Made Segara leluasa turun, kemudian lebih dulu menuju sebuah bale di areal Monumen Puputan Klungkung.

“Mungkin tiyang dikira mendahului mau duduk di bale tersebut, hingga terdengar salah satu dari 10 orang yang naik mobil itu mengeluarkan kata ‘bangsat’. untuk Tiyang awalnya tidak merespons kata kasar tersebut,” papar ayah empat anak dari pernikahannya dengan Wayan Sudiani, 32 ini.

Selanjutnya, rombongan 10 orang tadi keluar dari mobilnya sambil mengeluarkan minuman keras untuk pesta di bale areal Momunem Puputan Klungkung. Mereka berbicara dengan bahasa daerahnya (semua asal luar Bali). “Tiyang tidak mengerti bahasa mereka, apakah kasar atau tidak. Yang jelas, itu membuat tiyang tidak nyaman,” cerita Made Segara.

Merasa tidak nyaman, Made Segara pun berinisiatif melapor ke Polsubsektor Klungkung yang berjarak sekitar 100 meter dari TKP, demi mengkondisikan keadaan biar aman. Terlebih, 10 orang tersebut menggelar pesta miras. Nah, laporannya langsung mendapat respons, di mana seorang petugas kepolisian turun ke TKP.

Selanjutnya, Made Segara bersama polisi tersebut bertanya kepada kelompok pesta miras tadi, siapa di antara mereka yang mengeluarkan kata bangsat? Ternyata, mereka mengelak dengan nada yang keras, sehingga polisi menegur rombongan 10 orang itu seraya menegaskan bahwa tidak boleh pesta miras di areal Monumen Puputan Klungkung.

“Mereka tidak terima teguran polisi. Mereka melampiaskannya ke tiyang, sembari menantang ‘Kalau kamu jantan, ngapain bawa polisi? Cukup kamu dan saya duel satu lawan satu’. Ketika saya diam, 3 dari 10 orang itu berdiri sambil mendorong saya,” ungkap Made Segara.

Selanjutnya, 10 orang yang pesta miras berdiri semua, sehingga polisi kesulitan menghalau mereka. Dalam sekejap, terjadilah aksi pengeryorakan pertama. Karena kalah jumlah dan merasa terancam, Made Segara pilih lari ke areal Kantor Bupati Klungkung untuk menemuai petugas Sat Pol PP yang bertugas. “Sayanynya, petugas Sat Pol di Kantor Bupati tidak merespons dan menutup pintu gerbang,” sesal Made Segara.

Karena tidak mendapat respons dari petugas Satpol PP, Made Segara pun keluar dari Kantor Bupati. Pada saat bersamaan, dia melihat kelompok 10 orang yang sempat mengeroyoknya sudah berada dalam mobil. Justru mobil mereka hendak ditabrakkan ke Made Segara.

“Tiyang langsung berlari dan melompat ke atas troatoar. Habis itu, saya dikejar, bahkan ada pelaku yang membawa besi. Ketika sudah berada di depan Monumen Puputan Klungkung, tiyang langsung dikeroyok 8 orang. Tiyang hanya bisa melawan semampunya. Kepala tiyang dipukuli beberapa kali, hinggga tiyang tersungkur,” jelas Made Segara.

Menurut Made Segara, setelah tersungkur jatuh pun, dirinya masih diserang oleh komplotan pelaku di mana tubuhnya diinjak-injak. Beruntung, petugas Polres Klungkung tiba di lokasi tepat waktu untuk mengamankan situasi. Para pelaku diamankan ke kantor polisi, sementara Made Segara yang terluka dilarikan ke RSUD Klungkung untuk mendapatkan perawatan.

“Saya luka-luka di kepala belakang, sementara persendian lengan kanan sampai terlepas dan retak. Selain itu, HP saya juga hilang, sedangkan sepeda motor saya dirusak oleh para pelaku,” beber Made Segara.

Atas kasus pengeroyokan yang menyebabkan dirinya harus istriharat ini, Made Segara meminta aparat penegak hukum memberikan humuman seberat-beratnya kepada para pelaku. “Saya minta pelaku dihukum berat,” pinta kelian banjar berusia 34 tahun ini.

Delapan (8) pelaku pengeryokan yang sudah resmi ditetapkan polisi sebagai tersangka, masing-maisng Aldi Vitra Mahendra, 19 (asal Dusun Dadapan, Kecamatan Dadapan, Malang, Jawa Timur), Ari Hermanto, 24 (asal Desa Belayu, Kecamatan Wajak, Malang), Moh Harits al Muhasibi, 25 (asal Jalan Wilis Jakuman Malang), M Abidin Shofiluloh, 20 (asal Dusun Purboyo, Desa Purwosekar, Malang), Didik Sugiarto, 34 (asal Jalan Ir Ra SV/2a Kecamatan Sukun, Malang), A Sabilah Rosyad, 16 (asal Kecamatan Wajak, Malang), dan Arik H, 24 (asal Desa Blayu, Kecamatan Wajak, Malang).

Sedangkan 2 orang lainnya tidak ditetapkan sebagai tersangka, karena tak ikut terlibat pengeroyokan. Keduanya berada dalam mobil saat pengeroyokan itu, masing-masing Agus Prianto, 27 (asal Desa Blayu, Kecamata Wajak, Malang) dan Moh Sukri, 28 (asal Desa Blayu, Kecamatan Wajak, Malang).

Korban Made Segara sendiri sudah 5 tahun menjabat sebagai Kelian Adat Banjar Bias, Desa Kusamba. Selain itu, pegawai kontrak Dinas Perhubungan Klungkung ini juga aktif jadi penyanyi Pop Bali dan seniman bondres. Dalam pentas bondres, Aus Segara memainkan peran Godog Brekele. “Saya sudah hobi menyanyi sejak SD,” ujar Made Segara.

Tembang andalan Made Segara, antara lain, berjudul ‘Balian Iseng’ yang tergabung dalam kompiliasi Vol 2 Gita Dewata Lentera Budaya. Juga ada album karya ‘Kompilasi Galang Kangin’ di bawah Apet Production. Januari 2019 nanti, Agus Segara akan merilis lagu ‘Korban Teknologi’.

Sementara itu, Kepala Satpol PP dan Damkar Klungkung, I Putu Suarta, mengatakan pihaknya memanggil petugas Sat Pol PP yang bertugas di Kantor Bupati saat terjadinya pengeroyokan sang kelian banjar. Dalam keterangannya, petugas Satpol PP tidak merespons laporan korban Made Segara, karena melihat sudah ada petugas kepolisian. Petugas Satpol PP pun lebih mengutamakan untuk amankan aset di Kantor Bupati Klungkung.

“Waktu itu, petugas Sat Pol PP melihat sudaht ada petugas kepolisian di lokasi. Makanya, pintu gerbang Kantor Bupati hendak ditutup, biar jangan sampai terjadi aksi perusakan di Kantor Bupati,” dalih Putu Suarta saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Semarapura, Jumat kemarin.

Di sisi lain, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta melangkan waktu menjengkuk kelian banjar korban pengeroyokan, Made Segara, ini di rumahnya kawasan Banjar Bias, Desa Kusamba, Jumat kemarin. Bupati Suwirta berharap koban Made Segara segera sembuh. "Biarkan pihak yang berwajib yang menangani kasus ini. Kami akan evaluasi penempatan petugas Pol PP dan pemberdayaan pecalang,” jelas Bupati Suwirta, Jumat kemarin. *wan

Komentar