nusabali

Kontraktor Tempuh Cara Niskala

  • www.nusabali.com-kontraktor-tempuh-cara-niskala

Pihak rekanan mengakui ada keterlambatan pekerjaan proyek jembatan di Tukad (sungai) Batu Pulu, Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng.

Jembatan Pemaron Terkendala Teknis dan Modal

SINGARAJA, NusaBali
Kerterlambatan itu disebutkan, akibat kendala teknis dan permodalan. “Persoalan teknisnya, kondisi tanahnya lempung, kadar air sangat tinggi. Kami sudah gunakan berbagai metode dalam menyedot lumpur, karena setiap digali selalu keluar air dan lumpur. Ini yang membuat pekerjaan jadi terlambat,” terang Ketut Yasa, perwakilan dari CV Arya Dewata Utama selaku rekanan, Kamis (22/11) siang.

Ketut Yasa mengungkapkan, dalam pengerjaan tersebut pihak mengaku sampai menempuh upaya niskala karena kendala teknis tersebut. Upaya niskala  itu berupa melaksanakan pacaruan di lokasi penggalian tiang konstruksi jembatan. “Sampai membuat banten mecaru, agar pekerjaan dimudahkan. Nah astungkara, sekarang pekerjaan sudah bisa jalan, meskipun risikonya ya terlambat, kami akan selesaikan pekerjaan ini,” akunya.

Jembatan Tukad Batu Pulu menghubungkan Desa Pemaron dengan Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng. Proyek tersebut mulai dikerjakan sejak 30 Juli 2018 lalu. Sesuai kontrak kerja, proyek bernilai Rp 1.041.84.000. tersebut semestinya sudah rampung pada  26 Desember 2018 nanti.

Namun, pengerjaan proyek itu mengalami keterlambatan. Pihak rekanan menyampaikan, hingga Kamis kemarin, pekerjaan baru mencapai 26 persen.

Masih kata Yasa, selain persoalan teknis, pihaknya juga tak menampik bila perusahaannya mengalami kendala finansial. Yasa menyebut, pihak perbankan enggan membiayai proyeknya, sehingga mengalami kesulitan modal awal dalam mengerjakan proyek tersebut. Karena sistem pencairan dana di pemerintahan, dilakukan secara bertahap sesuai prosentase pekerjaan.

“Ya, terus terang saja, kami kesulitan dana. Piahk bank tidak mau mendanai. Padahal yang bermasalah di bank itu saya. Sedangkan Direkturnya (Direktur CV Arya Dewata Utama,red) kan bukan saya. Tetap saja pihak bank tidak mau membiayai,” ungkapnya.

Meski menghadapi kendala teknis di lapangan dan persoalan finansial perusahaan, Yasa mengaku tetap berusaha menyelesaikan pekerjaan tersebut, meksi atas keterlambatan itu pihaknya harus menanggung penalti.

Keterlambatan proyek jembatan itu, mendapat perhatian serius dari Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana. Bahkan, di sela-sela kunjungan kerjanya, Bupati Suradnyana menyempatkan memantau pengerjaan proyek tersebut. “Saya minta kontraktor terbuka saja. Ada apa sih masalahnya. Ternyata masalah finansial. Kalau masalah finasial diskusikan sama saya. Saya sebagai kepala daerah tidak harus marah-marah saja. Harus mencarikan jalan keluar. Apakah saya akan membicarakannya dengan Bank BPD, apakah harus menggaransinya dengan perjanjian yang jelas. Ini yang tidak dilakukan, karena komunikasinya terputus,” ujar bupati.

Lebih lanjut, Bupati Agus Suradnyana menilai sejauh ini pihaknya sudah mewanti-wanti para kontraktor agar tetap profesional dalam bekerja. Terlebih persaingan kontraktor dari luar Buleleng terus meningkatkan kompetensi, kapabilitasnya serta permodalannya. “Dari awal saya bilang, karena kami membangun di Buleleng dengan dana yang sangat besar tolong tingkatkan kompetensi, kapabilitasnya serta permodalannya. Maka jangan salahkan saya kalau pemborong daerah kalah tender dari pemborong luar daerah,” tegasnya. *k19

Komentar