nusabali

Museum Pasifika Raih Purwakalagraha IMA 2018

  • www.nusabali.com-museum-pasifika-raih-purwakalagraha-ima-2018

Museum Pasifika meraih penghargaan Purwakalagraha IMA 2018 kategori Museum Lestari pada ajang Museum Awards 2018 yang digelar oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada Minggu (14/10).

MANGUPURA, NusaBali
Sebelumnya Museum Pasifika mendapat penghargaan berupa Certificate of Appreciation (CoA) dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Penghargaan berupa CoA itu diberikan oleh KBRI kepada salah seorang pendiri Museum Pasifika, Philippe Augier, di Prancis, Senin (24/9).

Indonesia Museum Awards (IMA) 2018 merupakan ajang apresiasi kepada para individu dan penggiat museum di tanah air dalam rangka hari museum Indonesia. Penghargaan Purwakalagraha terbagi dalam beberapa kategori, yakni kategori museum cerdas, museum lestari, museum tekstil, museum etnografi unik, museum populer, dan museum inspiratif.

Philippe Augier ditemui di Museum Pasifika yang berada di kawasan ITDC, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Senin (19/11), mengungkapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah memperhatikan keberadaan museum di Indonesia. Dikatakannya, Museum Pasifika merupakan komplementari seni dari seluruh Asia Pasifik.

“Museum ini berbeda dengan museum lainnya di Bali. Museum Pasifika merupakan komplementari seni se-Asia Pasifik. Tak hanya menampilkan seni untuk Bali tetapi seni se-Asia Pasifik. Mengapa? Karena Bali merupakan titik temu dari penjuru dunia. Total ada 600 karya seni yang kami pajang di sini dari 20 negara,” tuturnya. 

Sementara Manajer Operasional Museum Pasifika Gusti Ayu Putu Eni Puspawati didampingi Project Manager Kadek Laksmi Sugiri, mengatakan ratusan lukisan dan patung dari berbagai negara itu dipajang di 11 ruangan. Dari 11 ruangan itu dibagi tiga tipe. Tipe pertama adalah semua tentang Indonesia dari ruangan 1-6. Tipe kedua tentang Asia. Di sini memperlihatkan tentang Asia, misalnya tentang Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Laos. Tipe ketiga adalah tentang Pasifik.

“Sebagian besar adalah lukisan. Dari 600 karya seni itu 400 di antaranya adalah lukisan, dan patungnya sebanyak 200. Patung paling banyak dari Pasifik,” ungkapnya.

Eni mengungkapkan pihaknya akan terus berupaya menduniakan Museum Pasifika. Salah satu langkah untuk mendapatkan itu adalah dengan melakukan promosi pada lingkup yang lebih luas, yakni Asia Pasifik.

Museum Pasifika hadir untuk kebutuhan dunia. Sudah ada tujuh kepala negara, 300 menteri, dan lebih dari 80 duta besar telah datang ke Museum Pasifika. Sementara untuk domestik banyak dikunjungi oleh pelajar. Dari 2006 – 2018 sudah 35.000 siswa datang mengunjungi Museum Pasifika untuk belajar.

“Siswa yang datang dari TK hingga perguruan tinggi. Saat mereka datang ke sini mereka diberikan pelajaran tentang seni. Mereka tak hanya mempelajari tentang Bali tetapi mereka bisa belajar seni se-Asia Pasifik,” lanjutnya. 

Dikatakan setiap hari Sabtu, sekolah dasar yang ada di Badung diundang untuk datang dan gratis. Untuk menggali potensi para siswa, pihak museum adakan perlombaan melukis. Lukisan yang bagus dipajang di museum dan mendapatkan hadiah. Tujuannya agar mereka dapat mengenang karya mereka dengan kembali mengunjungi museum.

“Tujuan kami mengundang pelajar adalah untuk memberikan pelajaran agar mereka mencintai seni. Ini adalah salah satu kontribusi kami di Bali. Sementara untuk kontribusi internasional tahun ini kami melaunching buku kedua di Prancis. Selain itu mengambil kembali sejumlah karya seni lukis yang sudah dijual di luar negeri dengan cara membelinya lagi,” kata Eni. *po

Komentar