nusabali

Kunjungi Teruna Yatim Piatu Derita Cacat Fisik

  • www.nusabali.com-kunjungi-teruna-yatim-piatu-derita-cacat-fisik

Kisah pilu dialami seorang teruna yatim piatu, I Wayan Sugita, 20, asal Banjar Blangsinga, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh yang menderita cacat fisik.

Alumni SMP Blahbatuh Peduli

GIANYAR, NusaBali
Dengan segala keterbatasan, Sugita bertahan hidup. Beruntung masih ada neneknya, Ni Ketut Natri, 70, yang tinggal bersama. Namun, tak banyak yang neneknya bisa perbuat. Bahkan untuk memasak nasi sehari-hari, Sugita berusaha lakukan sendiri di dalam kamarnya. Memasak dengan magicom. Dalam kondisi kaki yang tak kuat berjalan, setamat dari SMA PGRI Blahbatuh ia memaksa untuk bekerja. Sugita sempat bekerja sebagai karyawan di SPBU wilayah Sigaran. Namun apes, beberapa bulan lalu ia terlibat kecelakaan. Penderitaannya pun kian lengkap, karena kini Sugita sama sekali tidak bisa bekerja. Saraf mata bagian kiri nampak seperti tak terkontrol. Selalu berkedip sebelah. Demikian pula gerak tangan dan kakinya tak bisa sejalan dengan yang diinginkannya. Untuk dudukpun, ia harus dibantu agar tak jatuh.

Mengetahui kondisi Sugita, perwakilan alumni SMP Blahbatuh angkatan 2000-2003 mengunjunginya Minggu (18/11) kemarin. Terlebih Sugita juga termasuk alumni sekolah tersebut, namun beda angkatan. Salah satu alumni, I Wayan Slamet Susila menjelaskan alumni peduli merupakan serangkaian reuni akbar yang digelar beberapa bulan lalu. "Seluruh alumni sepakat, agar reuni ini berkesan dan bermanfaat. Maka itu, kami alokasikan dana untuk peduli terhadap Wayan Sugita," jelasnya.

Kepada Wayan Sugita, diberikan sumbangan sembako berupa beras, telur dan minyak goreng,  serta uang tunai sebesar Rp 2.600.000. "Nominal ini mungkin tidak seberapa, mudah-mudahan bisa meringankan biaya hidupnya. Dan mudah-mudahan, Wayan Sugita mendapat bantuan tetap dari pemerintah. Sebab, saat ini dia sama sekali tidak bisa bekerja, bahkan bergerak pun sulit," ungkap Slamet.

Sementara menurut penuturan nenek Ni Ketut Natri, cucunya ini sudah mulai menunjukkan kecacatan sejak masih kecil. Namun, masih kategori ringan. Sugita kecil sama seperti anak-anak lainnya. Bermain dan lulus SMA. Namun, kondisi tubuhnya tidak seimbang ketika dipakai beraktifitas. "Dulu dia bisa naik sepeda motor, tapi kakinya selalu gemetar. Memang begitu sejak kecil," jelas Natri. Kondisi Sugita yang masuk kategori keluarga kurang mampu ini pun semakin parah pasca alami kecelakaan. "Karena kurang cacep bawa sepeda motor itulah dia sempat jatuh. Lalu jadi seperti ini, kaki dan tangannya lemet," jelasnya. Sehari-hari, Sugita dan nenek ini pun hanya bisa istirahat dalam dua kamar berbeda pada bangunan bale daje. Bale itu pun, merupakan bantuan bedah rumah dari desa setempat sekitar tahun 2015 lalu. "Dulu tidak ada bale daje, syukur dibantu bedah rumah," ungkapnya.

Dijelaskan, cucunya ini kehilangan ibunya sekitar tahun 2013 silam. "Anak saya meninggal karena sakit," jelasnya. Sementara ayahnya, memang tidak mengakui dirinya sejak dalam kandungan. "Jadi ceritanya, anak tyang mau ngidih sentana. Punya pacar janji mau nyentana ke sini tapi setelah anak saya hamil malah kabur," kenangnya. Maka itu, Sugita pun lahir dan besar tanpa kasih sayang ayah. Lalu harus kehilangan ibunda tercinta di usia remaja.

Kelihan Dinas Banjar Blangsinga, I Wayan Alit Prista yang turut hadir menyaksikan kunjungan tersebut mengatakan bahwa Wayan Sugita berubah drastis sejak beberapa bulan terakhir. "Saat kerja itu dia biasa keluar rumah, ngewarung layaknya orang normal. Tapi pasca jatuh, dia tidak bisa beraktifitas," jelasnya. Mengenai perhatian, keluarga ini katanya rutin mendaatkan rastra (beras sejahtera) setiap bulan. Dalam waktu dekat pula, akan dibantu perbaikan rumahnya. "Sedang diajukan, mudah-mudahan dapat. Untuk perbaikan bale dauhnya," ujarnya. Untuk jaminan kesehatan, Sugita sudah memiliki kartu JKN KIS. "Saat ini dia belum masuk data penyandang kesenjangan sosial karena sakitnya memang baru. Tapi kami upayakan agar bisa masuk data segera," jelasnya. Selain Sugita, di wilayah Banjar Blangsinga terdapat 10 penyandang kesenjangan sosial, khususnya disabilitas. "Lansia ada 10, anak-anak 1. Sekarang nambah Wayan Sugita lagi 1," ujarnya. *nvi

Komentar