nusabali

Sarkofagus Rutin Disembahyangi, Tugu Tanah Liat Jadi Palinggih Keramat

  • www.nusabali.com-sarkofagus-rutin-disembahyangi-tugu-tanah-liat-jadi-palinggih-keramat

Sarkofagus dan tugu tanah liat sebenarnya sudah ditemukan di lahan perkebunan kawasan Banjar Asah, Desa Pedawa sekitar 10 tahun silam, namun baru dilaporkan warga ke Dinas Kebudayaan Buleleng sepekan lalu

Dua Sarkofagus dan Tugu Tanah Liat Ditemukan di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng

SINGARAJA, NusaBali
Dua sarkofagus (peti jenazah kuno dari batu) dan satu tugu tanah liat ditemukan di wilayah Banjar Asah, Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng. Benda bersejarah itu sebenarnya sudah ditemukan 10 tahun silam oleh pemilik lahan, namun baru dilaporkan ke pihak berwenang sepekan lalu. Oleh pemilik lahan, sarkofagus rutin disembahyangi. Sedangkan tugu tanah liat difungsikan warga setempat sebagai palinggih keramat.

Sarkofagus pertama ditemukan di lahan perkebunan milik keluarga Kadek Selamet, 50, sementara sarkofagus kedua di tegalan milik keluaga Nyoman Sediku, 60. Namun, sarkofagus di lahan Kadek Selamet nyaris tidak terlihat lagi, karena sudah tertutup oleh tumbuhan liar. Sedangkan sarkofagus di lahan Nyoman Sediku masih terlihat jelas. Bahkan, keluarga Nyoman Sediku rutin menghaturkan canang di atas peti jenazah kuno berbahan batu tersebut.

Sarkofagus di lahan Nyoman Sediku ini berukuran panjang 1,05 meter dan lebar 0,74 meter. Setengahnya masih terkubur di tanah, sehingga tingginya belum dapat diukur. Pantauan NusaBali, Jumat (16/11), kondisi sarkofagus di lokasi ini dalam keadaan rusak di bagian tutup, namun bagian bawahnya masih utuh.

Menurut anak dari Nyoman Sediku, yakni Wayan Ardana, 30, batu berbentuk lonjong dengan lubang di tengahnya itu sudah ditemukan ayahnya 10 tahun silam. “Batu berlubang ini tiba-tiba muncul saat bapak mencangkul. Semula, tidak tahu kalau batu ini namanya sarkofagus dan bernilai sejarah. Kami baru tahu beberapa waktu lalu, setelah dikasi tahu oleh teman,” ungkap Wayan Ardana saat ditemui Nu-saBali di lokasi sarkofagus, Jumat siang.

Ardana menyebutkan, sejak awal ditemukan 10 tahun silam, keluarganya rutin menghaturkan canang di sarkofagus ini setiapkali datang ke kebun. “Ya, dibantenin saja, kan biasa kalau ada batu besar dipercaya ada rohnya,” papar Ardana. “Tapi, tidak pernah ada yang aneh sejak batu ini ditemukan. Keluarga kami tak pernah mengalami hal aneh di luar nalar. Semuanya berjalan sebagaimana biasa,” imbuhnya.

Keberadaan dua sarkofagus di kebun Nyoman Sediku dan Kadek Selamat ini akhirnya dilaporkan oleh salah seorang warga Desa Pedawa kepada Dinas Kebudaan Kabupaten Buleleng, sepekan lalu, untuk diidentifikasi.

Selain dua sarkofagus, juga ditemukan tugu terbuat dari tanah liat yang lokasinya tidak jauh dari temuan peti jenazah kuno. Tugu tanah liat yang ditemukan di lahan milik keluarga Gede Sujana ini tingginya sekitar 1,5 meter. Konon, tugu kuno ini sudah diwarisi warga Padawa secara turun-temurun dan usianya diperkirakan mencapai ratusan tahun.

Tugu tanah lihat ini difungsikan sebagai palinggih dan dikeramat oleh warga Desa Padawa. Indikasinya, setiap warga Desa Padawa yang memiliki hajatan dan menggelar upacara, mereka wajib nunas tirta di palinggih tugu tanah lihat ini.

Sementara itu, petugas Dinas Kebudayaan Buleleng sudah turun ke lokasi temuan sarkofagus dan tugu tanah tiat di Desa Pedawa, Jumat kemarin, untuk melakukan identifikasi awal. Dari kunjungan di tiga lokasi itu, petugas Dinas Kebudayaan Buleleng belum dapat melakukan pengukuran untuk tugu tanah liat. Pasalnya, mereka diharuskan melaku-kan prosesi upacara mapiuning dulu, sebelum memulai proses identifikasi, lantaran tugu tanah lihat tersebut dianggap keramat.

Kabid Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Subur, mengatakan buat sementara pihaknya hanya melakukan identifikasi awal. Selanjutnya, Made Subur akan meminta bantuan Balai Arkeologi Denpasar untuk melakukan identifikasi lanjutan.

“Kami baru melakukan identifikasi awal, sesuai dari laporan masyarakat di sini (Dewa Pedawa). Selanjutnya, kami mohon bantuan dari Balai Arkeologi Denpasar,” ujar Gede Subur saat dikonfirmasi di Singaraja, Jumat kemarin.

Made Subur mengatakan, dari pengamatan kasat mata, batu lonong berlubang yang ditemukan di Desa Padawa memang benar sarkofagus warisan zaman Megalithikum. Benda bersejarah ini sangat berpotensi besar masuk dalam golongan cagar budaya, yang syaratnya minimal berumur 50 tahun.

Namun, kata Made Subur lagi, hal itu baru dapat dipastikan setelah tim dari Balai Arkeologi Denpasar nanti melakukan identifikasi lanjutan di lokasi. “Jika memang benar batu tersebut dinyatakan sebagai sarkofagus, maka kami akan berkoordinasi dengan pemilik lahan dan aparat desa setempat, terkait penataan ataupun rancangan pengembangan potensi desa tua tersebut,” tandas Made Subur. *k23

Komentar