nusabali

Derita Hernia, Bayi asal Nusa Penida Dioperasi Berulangkali

  • www.nusabali.com-derita-hernia-bayi-asal-nusa-penida-dioperasi-berulangkali

Sungguh malang bayi asal Nusa Penida, Klungkung bernama Kadek Prima Juliana Putra.

DENPASAR, NusaBali
Usianya baru satu tahun, namun ia harus mengalami cobaan yang berat. Memasuki usia satu tahun empat bulan, ia sudah tiga kali menjalani operasi lantaran sakit hernia yang dialaminya. Ditemui di Ruang Cempaka 301 RSUP Sanglah, Kadek Prima terlihat terbaring lemas. Menurut keterangan sang ibu, Putu Eka, Kadek Prima baru saja menjalani operasi ketiga. Kata dokter, ada pelengketan usus pasca operasi pertama dan kedua yang dilakukan di RS Klungkung. “Kemarin baru habis operasi jam 02.30 Wita. Dari operasi itu, baru sadar, baru bisa nangis. Saya baru lega melihat anak saya sadar. Sebelumnya, saya tidak bisa makan, tidak bisa tidur,” ceritanya, Kamis (15/11).

Eka menceritakan, anak keduanya itu ketahuan mengalami hernia sejak umur tiga bulan. Sebelum itu, kondisi Kadek Prima normal. Bahkan selama masa kehamilan anak keduanya itu, Eka mengaku lancar-lancar saja. Hanya saja, saat melahirkan secara caesar anak keduanya itu, ia mengaku kekurangan air ketuban. Saat lahir, bayinya pun dinyatakan sehat.

Memasuki usia tujuh bulan, perutnya kembung. Dokter mendiagnosa usus Kadek Prima kejepit yang menyebabkan hernia. Perutnya kembung, dan disarankan untuk operasi pertama. Bahkan ususnya sempat dipotong saat itu. Kemudian, memasuki usia satu tahun, Kadek Prima harus menjalani operasi lagi, karena hernianya keluar. “Saya mengira, waktu operasi pertama hernianya sudah hilang. Ternyata setelah usia satu tahun, kok keluar lagi hernianya, bagian kanan dan kiri, sehingga dioperasi lagi,” tuturnya.

Belum lama rasanya ia dioperasi, Kadek Prima harus kembali menghadapi ujian. Dua bulan kemudian, Kadek Prima kembali muntah-muntah dan perut kembung. Dokter pun mendiagnosa ada pelengketan usus akibat dua kali operasi sebelumnya. Eka dan suami pun harus pasrah, anaknya yang masih kecil harus menjalani ujian seberat ini. Operasi ketiga dilakukan di RS Sanglah karena memerlukan peralatan khusus untuk operasi. Terpaksa, Kadek Prima juga harus dilakukan kolostomi di perut.

Selepas operasi, Kadek Prima terlihat lemas ketika dipindah ke ruangan. Berat badannya turun, tangisnya kecil dan lirih. Ia harus mendapatkan perawatan lebih lanjut, agar kondisi tubuhnya membaik. Sebab setelah kondisinya stabil, ia harus menjalani operasi lagi untuk menutup kolostominya, sehingga ia bisa buang air secara normal kembali lewat alat kelamin dan duburnya. “Terakhir ditimbang beratnya 6kg, tapi setelah operasi belum sempat cek lagi. Kondisi anak saya masih lemas dan drop. Perlu stabil dulu kondisinya, agar bisa menutup kolostominya itu,” ujar sang ibu sembari mengusap-usap kening anak kesayangannya itu.

Sementara itu, selama dua bulan di Denpasar, ia harus ngekos bersama sang suami. Selama dua bulan, mereka pun tidak bisa bekerja. Eka menuturkan, ia sudah dua bulan ia tidak bisa mengajar di salah satu SMA di Nusa Penida, Klungkung. Statusnya sebagai guru honorer, sehingga bila tidak bisa mengajar, maka ia tidak akan dibayar. “Kalau saya mengajar biasanya 24 jam seminggu, bayarannya per bulan. Tapi sekarang sudah dua bulan saya tidak ngajar, tidak ada pemasukan sama sekali,” katanya.

Sedangkan sang suami, kata dia, sekarang ini tidak memiliki pekerjaan. Dulunya, sang suami bekerja di PLN di Nusa Penida. Namun sejak April 2018, ia sudah tidak dipekerjakan lagi. Beruntung, biaya pengobatan sang anak ditanggung BPJS Kesehatan. Eka dan suami cukup lega, meski untuk kebutuhan sehari-hari mereka juga kebingungan soal biaya. “Untungnya kami sudah pakai BPJS. Kalau tidak, mungkin kami tidak bisa berkata apa. Kalau dihitung-hitung mungkin sudah Rp 200 juta keluar biaya dari operasi yang pertama,” jelasnya. “Sekarang ini kami cuma bisa minta bantuan sama orang tua di kampung. Sekalian juga menitipkan anak pertama kami. Sudah dua bulan kami tidak pulang kampung ke Nusa. Kami sangat rindu dengan anak. Keinginan saya cuma satu, anak saya cepat sembuh, dan bisa berkumpul lagi, seperti sedia kala,” lirih Eka, sambil menyeka air matanya. *in

Komentar