nusabali

BPBD Petakan Potensi Rawan Longsor

  • www.nusabali.com-bpbd-petakan-potensi-rawan-longsor

Hujan deras mengguyur Klungkung belakangan ini membuat sejumlah bencana alam, seperti pohon tumbang dan tanah longsor.

SEMARAPURA, NusaBali
Bahkan sejak seminggu terakhir terjadi sejumlah tanah longsor disertai pohon tumbang.  Oleh karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung memetakan kawasan rawan bencana, terutama musibah tanah longsor, setidaknya 23 desa memiliki potensi lahan/tebing rawan longsor. Musibah teranyar terjadi di Banjar Sangging, Desa Akah, Kecamatan Klungkung, Sabtu (10/11) dini hari. Dalam kejadian itu pohon bambu dalam rumpun ukuran besar tumbang ke badan jalan, serta membawa material tanah longsor yang menyangga akar bambu tersebut. Akibatnya, jalan sempat tertutup total dan menimpa sebuah kabel PLN. Untuk mengevakuasi pohon itu, BPBD Klungkung mengerahkan 15 anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) yang dibantu satu unit mobil pemadam kebakaran (Damkar).

Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada mengatakan, sejak musim hujan yang mengguyur Klungkung beberapa hari ini disertai angin kecang, mengakibatkan tanah longsor dan pohon tumbang di beberapa lokasi. “Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, hanya menyebabkan kerugian material,” ujarnya.

Pihaknya juga sudah mememetakan daerah rawan bencana terutama tanah longsor. Potensi longsor terjadi di 23 desa/kelurahan yang tersebar di empat kecamatan di Klungkung. Di Kecamatan Klungkung rawan longsor terjadi di Desa Selisihan, Manduang, Selat, Akah, Tangkas, Kelurahan Semarapura Kangin, dan Kelurahan Semarapura Kelod Kangin. Kecamatan Banjarangkan berpotensi di Desa Tohpati, Bungbungan, Nyalian, Tusan, Getakan, Aan, dan Nyanggelan. Di Kecamatan Dawan berpotensi di Desa Paksebali, Gunaksa, Besan, dan Pikat. Kecamatan Nusa Penida yakni di Desa Kutampi, Batu Kandik, Bungamekar, Suana, dan Pejukutan. “Di desa-desa tersebut kondisi geografisnya berbukit dan tanahnya lentur. Berpotensi terjadinya longsor,” ungkapnya.

Selain itu, Klungkung juga berpotensi terkepung angin kencang, terutama pada desa yang berada di kawasan pesisir. Demikian juga dengan tzunami. Mengantisipasi adanya korban jiwa, sosialisasi ke masyarakat sudah rutin dilaksanakan. Hal ini diimbangi dengan pemasangan rambu di sejumlah lokasi. “Imbauan sudah sering disampaikan,” ujarnya. *wan

Komentar