nusabali

TDL Tidak Naik Sampai akhir 2019

  • www.nusabali.com-tdl-tidak-naik-sampai-akhir-2019

PLN menepis kekhawatiran bakal dinaikkannya tarif dasar listrik (TDL) menyusul kerugian PLN hingga kuartal III 2018 sebesar Rp 18,48 triliun.

JAKARTA, NusaBali
Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir memastikan tarif listrik tidak naik hingga akhir 2019. Hal itu menyusul kinerja keuangan yang masih kuat. "Nggak lah, karena operasional kita masih untung," kata Sofyan di Kompleks Istana, Jakarta Pusat, Rabu (31/10). Pemerintah lewat Kementerian ESDM sebelumnya mengumumkan bahwa harga listrik diusahakan tidak naik sampai akhir 2019. Hal itu juga langsung diungkapkan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Menurut Sofyan, langkah menaikkan tarif listrik pun belum ada pembicaraan dari pemerintah dengan PLN. "Sampai sekarang belum ada pembicaraan dengan pemerintah mengenai tarif," jelas dia dikutip detikfinance, Rabu (31/10).

Dia menjelaskan, kondisi keuangan PLN sampai saat ini pun masih membukukan laba operasional. Matan Bos BRI ini pun yakin sampai akhir tahun akan membukukan laba. "Harus laba, kita sekarang (laba) sekitaran Rp 9,6 triliun," kata dia.

Berdasarkan keterbukaan informasi, PLN hingga kuartal III-2018 menderita kerugian hingga Rp 18,48 triliun. Catatan ini berbanding terbalik dengan periode yang sama di 2017 yang mana PLN berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 3,05 triliun.

Namun, Sofyan mengungkapkan bahwa rugi yang dimaksud adalah hanya sebagai rugi pembukuan atau belum menjadi beban bagi PLN. "Bukan rugi riil, rugi pembukuan. Kan beda rugi usaha sama rugi keuangan, rugi usaha itu misalnya kita beli 10, juak 8, itu rugi dua," kata Sofyan.

Kerugian yang tercatat dalam keuangan PLN pada kuartal III-2018, hanya karena selisih kurs pada utang dalam dolar Amerika Serikat (AS). Dia meyakinkan bahwa secara operasional BUMN listrik masih untung dan masih memiliki likuiditas yang kuat.

"Yang tadi saya bilang rugi pembukuan itu kan ada kita punya utang misalnya utang dolar, hari ini kan nggak dieksekusi utangnya, nggak dilunasi kan cuma ada selisih kurs maka kita bukukan kerugian, kamu punya utang 1 juta dollar AS sekarang bayarnya 20 tahun lagi, waktu dolar naik utang kamu di kurs rupiah akan naik, tapi belum jadi beban, itu bedanya, jadi nggak perlu panik, jadi tidak riil," jelas dia.

Untuk mengantisipasi kerugian pembukuan, Mantan Bos BRI ini telah melakukan reprofiling atau penyesuaian profil pinjaman jatuh tempo. Dari utang jatuh tempo yang dekat kembali tenornya diperpanjang. Bahkan, PLN pun kata Sofyan masih memiliki keuangan yang surplus.

"Kemarin dapat euro bond 7 tahun 500 juta dollar AS, 500 juta dollar AS lagi 10 tahun, 500 juta dollar AS lagi 30 tahun. Jadi kita dapat 1,5 miliar dollar AS buat memperpanjang atau reprofiling sehingga cashflow kita sangat kuat, dan likuiditas masih surplus sekitar 500 juta dollar AS, jadi keuangan PLN tidak memiliki masalah, kewajiban akan diselesaikan," ungkap dia. *

Komentar