nusabali

Potensi Tsunami, Seririt Perlu Alat Deteksi di Tengah Laut

  • www.nusabali.com-potensi-tsunami-seririt-perlu-alat-deteksi-di-tengah-laut

Sirine peringatan tsunami berdenging di lapangan Seririt, Jumat (26/10) pukul 10.00 WITA.

SINGARAJA, NusaBali

Meski hanya percobaan rutin setiap tanggal 26, suara sirine sangat nyaring terdengar di sekitar lapangan Seririt sebanyak tiga kali. Kawasan Seririt yang termasuk dalam kawasan berpotensi tsunami, cukup megkhawatirkan masyarakat. Apalagi saat ini alat pendeteksi tsunami tak disertai dengan buoy yang biasanya terpasang di tengah laut.

Camat Seririt, Nyoman Riang Pustaka menjelaskan saat ini kondisi tower sirine peringatan tsunami yang berlokasi di lapangan Seririt dalam keadaan prima. Sirinenya pun rutin berbunyi setiap bulan di tanggal 26.  Uji coba peringatan sirine tsunami itu setiap bulannya memang diawasi oleh Satpol PP Kecamatan Seririt untuk mengetahui keberfungsiannya.

“Rutin setiap bulan berbunyi, alatnya terpelihara bagus dan diawasi Satpol PP kami,” kata Riang. Hanya saja tower sirine peringatan tsunami itu sejauh ini baru akan berbunyi ketika ada gempa berkekuatan 7 skala ricther ke atas. Belum ada alat pendeteksi tsunami (buoy) yang langsung terpasang di perairan  Seririt. “Harapannya sih alat itu ada ya, untuk deteksi lebih dini dan akurat,” imbuhnya.

Sementara itu, Buleleng dengan garis pantai terpanjang di Bali memiliki potensi cukup tinggi terjadi tsunami. Apalagi peristiwa tsunami menurut catatan sejarah memang pernah terjadi di Buleleng. Tsunami pernah terjadi di daerah Gerokgak tahun 1815 silam dan mengakibatkan 10 ribu lebih orang hilang, selain juga bencana gempa dahsyat di Seririt tahun 1976 dengan kekuatan 6,2 SR.

Dari hasil rakornas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun lalu, dari 250 titik rawan gempa di Indonesia, tiga titik di antaranya ada di Bali Utara. Tiga titik tersebut meliputi lempeng Gerokgak, Seririt dan Tejakula. Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana dikonfirmasi terpisah Jumat petang membenarkan hal tersebut.

Pihaknya pun mengaku terus melakukan sosialisasi untuk lebih menyadarkan masyarakatnya hidup berdampingan dengan bencana. Sehingga ketika bencana itu datang, masyarakat sudah siap dan tahu cara mengevakuasi dan menyelamatkan diri dari bencana. “Dari hasil rakornas di Bali Utara memang ada tiga lempeng patahan yang sewaktu-waktu bisa bergerak. Bahkan diperkirakan potensi gempa akibat pergeseran lempeng itu cukup besar, di lempeng Tejakula malah dikatakan bisa sampai 8 skala ricther,” ungkapnya.

Dengan analisis tim ahli Suadnyana pun berharap masyarakat tetap waspada terhadap bencana yang bisa datang kapan saja dan dimana saja.*k23

Komentar