nusabali

Ayam Kampung Mengalami Lonjakan Harga

  • www.nusabali.com-ayam-kampung-mengalami-lonjakan-harga

Unggas jenis ayam kampung menjadi komoditas kebutuhan warga, jelang hari Tumpek Landep, Sabtu (27/10).

Jelang Rerahinan Tumpek Landep

DENPASAR, NusaBali
Yang paling banyak dicari adalah jenis ayam berbulu biying (merah). Itu karena jenis ayam biying, merupakan salah sarana upakara untuk hari Tumpek Landep. Karenanya harga ayam kampung pun menanjak. Luh Sukarsih, seorang pedagang unggas di Pasar Kreneng, mengakui kenaikan harga ayam kampung. “Bukan kali ini saja, namun sejak beberapa waktu belakangan. Itu rerahinan (hari raya keagamaan) kan beruntun,” ujar pedagang asal Desa Batubulan Kangin, Gianyar, Rabu (24/10).

Dari penuturan para pedagang, harga ayam kampung antara Rp 45.000 – Rp 50.000 per ekor, mulai yang besarnya seukuran burung puyuh dan tekukur. Harga tersebut sudah mengalami kenaikan dari sebelumnya. Kenaikan harga berkisar Rp 5.000 – Rp 10.000 per ekor. “ Memang harganya meningkat. Apalagi siyap biying, memang lebih mahal jadinya,” tambah pedagang lainnya.

Keramaian pembelian tersebut, tentu mengembirakan pedagang. Belasan hingga puluhan ekor ayam mampu mereka jual dalam sehari. “ Banyak yang membeli dalam jumlah banyak, di antaranya  para dagang banten,” tambah Sukarsih. Belum lagi jenis unggas lain, seperti bebek yang juga banyak dicari untuk keperluan yang sama. “Syukur astungkara cukup ramai,” ujar Sukarsih.

Meski banyak permintaan, namun tak sampai ada pasokan jenis ayam kampung dari luar daerah. “Produksi ayam lokal seperti dari Bangli sudah cukup memenuhi permintaan,” ujar Sukarsih.

Dari pantauan, warga memang banyak mencari jenis ayam  kampung untuk bahan upakara.  “ Kan memang  dibutuhkan jenis ayam ini untuk banten hari Tumpek Landep,” ujar Putu Agus, seorang warga asal Antiga, Manggis, Karangasem. Menurut Agus, pihak memerlukan cukup banyak, termasuk bebek. “ Di sini lengkap, sehingga saya cukup datang saja,” kata Agus menunjuk kompleks tempat jualan ayam dan unggas di Pasar Kreneng. Meski pembelian ramai, namun ‘bisnis’ jual beli ayam kampung, tidak termasuk komiditi yang menjadi pantauan pihak terkait. “Harganya tergantung kesepakatan di sana (pedagang dan pembeli),” ujar Kasi Pengolahan dan Pemasaran  Dinas Peternakan Provinsi Bali Jose Manuel Sarminto. *k17

Komentar