nusabali

31 Tahun Berjuang Sejak Era PDI, Baru Sekarang Petik Hasilnya

  • www.nusabali.com-31-tahun-berjuang-sejak-era-pdi-baru-sekarang-petik-hasilnya

Dalam masa jabatannya yang pendek sekitar 9 bulan hingga Agustus 2019 mendatang, Luh Putu Rumiyawati siap berjuang maksimal kawal aspirasi masyarakat. Dia pun rela tinggalkan pekerjaan sebagai Guru Sosiologi di SMA Kerthawisata Denpasar

Luh Putu Rumiyawati, Srikandi Politik Terakhir yang Masuk ke DPRD Bali Periode 2014-2019

DENPASAR, NusaBali
Dra Luh Putu Rumiyawati, 55, baru saja dilantik sebagai anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Denpasar 2018-2019 dengan status Pengganti Antar Waktu (PAW), Senin (22/10). Dia menggantikan almarhum AA Kompiang Raka yang meninggal dunia. Inilah buah perjuangan Luh Putu Rumiyati, setelah selama 31 tahun aktif di politik sejak PDIP masih bernama PDI.

Sesuai posisi almarhum AA Kompiang Raka yang digantikannya, Luh Putu Rumiyawati otomatis duduk di Komisi I DPRD Bali (membidangi hukum, pemerintahan, aparatur daerah, kepolisian, politik, keamanan). Meski jabatannya relatif singkat mulai 22 Oktober 2018 hingga Agustus 2019 mendatang, Srikandi PDIP asal Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur ini siap bekerja maksimal untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Kepada NusaBali, Selasa (23/10), Rumiyawati mengatakan sebenarnya dia selalu menyiapkan visi misi sebagai caleg setiapkali nyaleg di Pemilu. Hal itu disyaratkan PDIP kepada kader yang akan maju dalam tarung Pileg. Namun, dalam dua kali maju berebut kursi DPRD Bali dalam Pileg 2009 dan Pileg 2014, Rumiyati selalu gagal tembus ke Dewan.

Rumiyati justru bisa duduk di kursi DPRD Bali dengan status PAW, untuk menggantikan Kompiang Raka yang meninggal dunia. Perempuan kelahiran 6 April 1963 ini berhak dapat kursi PAW, karena sebagai caleg peraih suara terbanyak kelima di internal PDIP Dapil Denpasar dalam Pileg 2014 lalu (di bawah Kompiang Raka, Wayan Kariartha, I Gusti Putu Budiarta, dan AA Ngurah Adhi Ardhana).

“Saya sebenarnya setiap maju ke Pileg sebagai caleg, selalu menyetorkan visi-misi. Tapi, karena saya mengira 2 kali nyaleg tidak lolos, maka visi-misi itu sudah lenyap jadi dokumen partai. Meski demikian, dengan sisa waktu sekitar 9 bulan ke depan, saya akan berusaha maksimal berjuang untuk masyarakat,” ujar Rumiyawati.

Apa saja program yang akan diperjuangkan untuk masyarakat? “Kalau bicara program, nggak cukuplah saya berpanjang lebar. Nanti malah nguluk-nguluk (berbohong). Karena dengan sisa waktu pendek begini, apa sih yang bisa dilakukan? Enggalan telah jabatan ne (jabatan saya keburu habis, Red). Ya, laksanakan apa yang bisa dikerjakan saja. Apa program di DPRD Bali, saya kerjakan. Apa yang kira-kira bisa dibawa ke masyarakat, saya kerjakan. Pokoknya yang maksimalah,” tegas Srikandi Politik yang berprofesi sebagai Guru Sosialogi di SMA Kerthawisata Denpasar ini.

Ditanya soal skala prioritas, menurut Rumiyawati, dirinya akan melaksanakan tugas sebagai wakil rakyat dari Dapil Denpasar sesuai dengan bidang di Komisi I. “Sesuai dengan bidang komisi, program yang prioritas saja, jangka pendek. Untuk kepentingan masyarakat secara luas, melaksanakan aspirasi konstituen PDI Perjuangan juga. Termasuk apa-apa yang sudah dikerjakan senior saya (almarhum Kompiang Raka). Kira-kira apa yang belum dikerjakan, itu yang akan saya lanjutkan. Saya harus turun dengan sisa waktu yang ada,” ujar putri dari almarhum I Made Pasti Astika, mantan anggota DPRD Bali 1999-2004.

Rumiyawati mengaskan, dirinya tidak pernah kecewa dengan dua kali kegagalan dalam tarung Pileg dan akhirnya lolos sebagai PAW. Bagi Rumiyawati, politik sudah jadi darah dagingnya. Dia aktif di politik sejak 1987 (ketika PDIP masih bernama PDI), mengikuti jejak ayahanya, Made Pasti Astika. Sejak itu pula dia aktif keliling Bali.

Nah, setelah 31 tahun berjuang, barulah Rumiyati memetik hasilnya dengan dilantik sebagai anggota DPRD Bali berstatus PAW. Rumiyawati mengaku yakin jalan hidupnya di politik seperti sudah diatur sedemikian rupa oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Jalan hidup, karier politik saya, jalannya Gung Aji Kompiang Raka juga, mungkin sudah diatur seperti ini. Memang sudah seperti ditakdirkan saya yang aktif di PDI dan PDI Perjuangan sejak 1987, baru memetik hasilnya sekarang. Se-telah masa jabatan habis nanti, mungkin saya akan kembali sebagai guru,” ujar Rumiyawati.

Rumiyawati sendiri terjun di politik sejak usia 24 tahun pada 1987. Saat itu, Ketua DPD PDI Bali masih dijabat Tjokorda Sayoga, ayah dari AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat (anggota DPD RI Dapil Bali) dan AA Gede Ngurah Puspayoga (Menteri Koperasi & UMKM). “Saya mengikuti kegiatan partai ketika ayah saya masih menjadi anggota DPRD Badung (sebelum pisah dengan Denpasar),” kenang mantan Wakil Sekretaris DPC PDIP Denpasar 1999-2005 ini.

Awalnya, Rumiyawati menjadi pengurus partai tingkat desa. Alumnus Universitas Mahasaraswati Denpasar 1986 ini semakin tertempa di dunia politik ketika sibuk dengan ayahnya wara-wiri menjadi MC di setiap kegiatan partai. Rumiyawati juga terbiasa mengikuti kampanye yang diwarnai kekerasan. “Saya masih ingat peristiwa dilempari batu di kawasan Bualu dan Jimbaran. Mungkin karena tertempa di politik yang keras, sampai sekarang saya merasakan jabatan legislatif itu bukan satu-satunya target terjun ke politik. Keluarga saya terutama ayah mengatakan jadi anggota Dewan bukan tujuan utama di politik. Tapi, mengawal ideologi dan napas perjuangan untuk Wong Cilik, itulah tujuannya,” beber Rumiyawati.

Kariernya di partai semakin matang ketika Rumiyawati didapuk sebagai guru kader DPP PDIP tahun 2004. “Angkatan saya saat itu Pak Hasto Kristiyanto (Sekjen DPP PDIP saat ini), Ganjar Pranowo, Maruarar Sirait. Waktu itu, Ketua DPD PDIP Bali Ida Bagus Putu Wesnawa. Saya menjadi guru kader dan ditempa di DPP PDIP. Ibu Megawati yang langsung menggembleng saya,” katanya.

Ketika jabatan Ketua DPD PDIP Bali dipegang Cok Rat (2005-2010, 2010-2015), Rumiyawati pernah duduk sebagai Wakil Ketua Bidang Perempuan dua kali periode. Sampai kemudian dia didapuk maju sebagai caleg DPRD Bali Dapil Denpasar dalam Pileg 2009. Saat itu, PDIP meloloskan 3 kadernya ke DPRD Bali Dapil Denpasar: Cok Rat, I Made Arjaya, dan I Gusti Putu Budiarta. Sebetulnya, Rumiyawati menempati nomopr urut 2 saat itu. Namun, terjadi perubahan sistem penentuan kursi dari nomor urut menjadi tarung bebas. Seandainnya dengan sistem nomor urut, Rumiyawati pasti lolos.

Tidak kapok gagal di Pileg 2009, Rumiyawati kembali maju tarung sebagai caleg DPRD Bali Dapil Denpasar di Pileg 2014. Namun, dia kembali gagal lolos. Dia hanya menempati poosisi kelima peraih suara terbanyak di internal PDIP. “Ya, mungkin ini hasil terakhir di politik yang harus saya petik. Ini harus disyukuri. Seperti yang saya katakan tadi, harus jalankan, bekerja maksimal dengan tugas walaupun waktunya sangat pendek,” ujar adik kandung Wakil Ketua DPRD Denpasar 2004-2009, I Wayan Wiranata ini.

Luh Putu Rumiyawati merupakan politisi perempuan ke-6 di DPRD Bali 2014-2019. Sebelum Rumiyawati datang, sudah ada 5 Srikandi Politik di DPRD Bali 2014-2019. Mereka masing-masing Utami Dwi Suryadi (Fraksi Demokrat Dapil Denpasar), Ni Putu Yuli Artini (Fraksi Golkar Dapil Karangasem yang notabene putri dari mantan Bupati I Wayan Geredeg), Ni Kadek Darmini (Fraksi PDIP Dapil Karangasem), Ni Made Arini (dari Hanura Dapil Buleleng), dan Diah Werdhi Srikandi (Fraksi PDIP Dapil Karangasem). *nat

Komentar