nusabali

13 Banjar Alami Krisis Air

  • www.nusabali.com-13-banjar-alami-krisis-air

Selama sebulan terakhir, sebanyak 33 tangki air bersih telah didistribusikan ke 13 banjar di 5 desa dan 1 kelurahan di 2 kecamatan, Kabupaten Jembrana.

NEGARA, NusaBali

Selama hampir sebulan ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana telah mendistribusikan sebanyak 33 tangki air bersih ke 13 wilayah banjar/lingkungan di lima desa dan satu kelurahan, yang mengalami krisis air. Selain langsung ke rumah-rumah warga, air bersih yang didistribusikan mulai Kamis (4/10) hingga Selasa (23/10), juga disalurkan ke sejumlah fasilitas publik, seperti sekolah dan pura.

Sesuai catatan BPBD Jembrana, dari 13 wilayah banjar yang krisis air itu, sembilan di antaranya berada di tiga desa di Kecamatan Melaya, yakni empat banjar di Desa Tukadaya (Banjar Kembang Sari, Banjar Sari Kuning, Banjar Puncak Sari, dan Banjar Pangkung Jaka), tiga banjar di Desa Manistutu (Banjar Tunas Mekar, Banjar Katulampa, dan Bajar Benel), dan dua banjar di Desa Warnasari, Kecamatan Melaya (Banjar Puncak Sari dan Banjar Warnasari Kaja). Kemudian empat banjar lainnya, adalah satu banjar (Banjar Berangbang) Desa Berangbang, Kecamatan Negara, dua lingkungan di Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana (Lingkungan Pendem dan Lingkungan Pancardawa), dan satu banjar (Banjar Petanahan) di Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana.

Kepala BPBD Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, mengatakan  distribusi air bersih itu dilakukan berdasar laporan dari pihak desa/kelurahan. Distribusi air bersih dengan mengandalkan satu mobil tangki berkapasitas 5.000 liter itu, dilakukan hampir setiap hari selama bulan Oktober ini, tepatnya mulai Kamis (4/10) hingga Selasa kemarin.

“Totalnya sejak 4 Oktober, sudah kami kirimkan bantuan 33 tangki air bersih. Termasuk yang tadi (kemarin) distribusikan dua tangki ke Desa Manistutu. Jadi kalau ditotal liternya, per tangki isi 5.000 liter dikalikan 33, sudah didistribusikan sebanyak 165.000 liter air bersih,” katanya.

Dari 33 tangki air bersih yang telah didistribusikan hingga Selasa kemarin itu, paling banyak dipasok ke Desa Tukadaya dan Desa Manistutu. Seperti tercatat mulai Jumat (19/10) hingga Selasa (23/10), sudah ada sebanyak 11 tangki air bersih yang disalurkan ke sejumlah banjar di dua desa tersebut (Desa Tukadaya dan Desa Manistutu).

“Belum lagi yang sebelum-sebelumnya. Memang kami lebih banyak melayani ke sana, karena lebih banyak warga yang mengalami krisis air di sana. Warga yang mengalami krisis air ini, adalah warga yang mengandalkan sumber air swadaya dari pegunungan, dan air tidak mengalir karena musim kemarau sejak beberapa bulan terakhir,” ujar Eko Susila.

Selain ke rumah-rumah warga, lanjut Eko Susila, juga dilakukan pendistribusian khusus di dua tempat umum yang juga mengalami krisis air. Yakni di SMPN 3 Melaya, Banjar Katulampa, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, dan di Pura Taman Amerta Giri Sari, Banjar Benel, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya.

“Di SMPN 3 Melaya sudah kami salurkan dua tangki, pertama pada 19 Oktober, dan Senin (22/10) kemarin. Sedangkan di Pura Taman Amerta Giri Sari, tadi (Selasa kemarin) kami kirim satu tangki, untuk kebutuhan persiapan upacara Odalan. Tadi warga juga sudah menyiapkan tempat penampungan air di sana (Pura Taman Amerta Giri Sari),” ucapnya.

Sementara Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Negara, Rahmat, Selasa kemarin, mengatakan terkait musim kemarau di Jembrana, diperkirakan akan berakhir antara akhir Oktober atau awal November mendatang. Hujan yang mulai turun pada awal-awal nanti, diperkirakan masih tergolong ringan dan sedang. Sedangkan intensitas hujan yang cukup tinggi, diperkirakan terjadi memasuki Desember dan berlanjut sampai memasuki awal 2019.

“Kalau siklus normal, biasa memasuki bulan September sudah mulai turun hujan. Tetapi tahun ini, kami sudah perkirakan hujan baru akan mulai turun mulai akhir bulan ini,” katanya.

Namun sesuai update prakiraan cuaca yang terakhir dievaluasi per Minggu (20/10), sambung Rahmat, musim kering diperkirakan masih terjadi di beberapa wilayah pesisir utara Bali. Seperti Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Seririt, Sukasada, Tejakula, Nusa Penida, Bangli, Kintamani, dan Kubu, diperkirakan tidak akan terguyur hujan sampai 30 hari lebih. Bahkan khusus di wilayah Tejakula, Kubutambahan, dan Kubu, diperkirakan tidak ada hujan sampai 180 hari lebih. *ode

Komentar