nusabali

Jadi Sangging Dadakan, Bupati Mas Sumatri Gemetar

  • www.nusabali.com-jadi-sangging-dadakan-bupati-mas-sumatri-gemetar

Ada surprise saat digelarnya upacara mapandes (potong gigi) massal di Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem pada Soma Kliwon Landep, Senin (22/10).

AMLAPURA, NusaBali
Pasalnya, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, 51, mendadak jadi sangging (tukang potong gigi) dalam upacara tersebut. Pertama jadi sangging, tangan Bupati Mas Sumatri sempat gemetar, sementara wajahnya berkeringat.

Upacara mapendes massal di Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan, Senin kemarin dimulai sejak dinihari pukul 02.00 Wita. Mapandes massal ini diikuti 60 krama dari 4 banjar di Desa Pakraman Subagan, yakni dari Banjar Gede, Banjar Eka Cita, Banjar Geria, dan Banjar Tengah Kaler. Mapendes massal dilaksanakan serangkaian karya mamukur, yang puncaknya Senin kemarin. Krama yang ikut upacara mapendes massal tidak dikenakan biaya. Sebab, biayanya disinkronkan dengan karya mamukur.

Ada 4 sangging yang dilibatkan dalam upacara mapendes massal kemarin. Mereka masing-masing Ida Bagus Ngurah, Ida Bagus Putu Suarjana, Ida Bagus Ketut Subrata, dan Ida Mangku Made Basma---dari Griya Tubuh, Banjar Abang Jeroan, Desa/Ke-camatan Abang, Karangasem. Sedangkan Bupati Mas Sumatri tidak masuk sebagai sangging, tapi berinisiatif ngayah nyangging.

Sebelum upacara mapandes dimulai, Bupati Mas Sumatri lebih dulu memberikan arahan kepada seluruh krama yang ikut mapandes. Materi arahan seputar makna, filosofi, dan tujuan ikut upacara mapandes. Disebutkan, yang paling utama tujuan ikut upacara mapandes di mana 6 gigi bagian atas dipotong taringnya, bertujuan untuk mengurangi pengaruh Sad Ripu (enam musuh dalam diri). Keenam musuh itu masing-masing kama (nafsu, keinginan),  lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk), dan matsarya (dengki, iri hati).

Menurut Mas Sumatri, enam musuh dalam diri inilah yang perlu diperangi agar tidak mengganggu keseimbangan pikiran dan tidak tergoda hawa nafsu. Dengan begitu, bhuana alit yang ada dalam diri jadi harmonis dan terbebas dari godaan yang menjerumuskan ke hal-hal membahayakan.

Usai memberikan arahan, Bupati yang notabene asal Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan ini selanjutnya memanggil empat peserta mapandes dan mereka agar didampingi orangtuanya masing-masing. Selanjutnya, mereka naik ke tempat tidur untuk prosesi mapendes. Sebelum mapendes, merela terlebih dulu diminta sujud di hadapan kedua orangtuanya, dengan cara cium kaki. Tujuannya, agar dikaruniai keselamatan lahir dan bathin.

Setelah segalanya siap, termasuk empat peserta mapendes tadi muspa di depan tempat upacara agar mendapatkan lindungan Ida Batara Semara dan Ida Batari Dewi Ratih, Mas Sumatri langsung ancang-ancang untuk nyangging. Bupati kelahiran Lampung, 31 Desember 1967, ini jadi sangging dadakan dengan belajar saat itu juga dari sangging berpengalaman Ida Mangku Made Basma.

Awalnya, Ida Mangku Made Basma mengawali upacara mapendes. Setelah seluruh peralatan disiapkan, Ida Mangku Basma selanjutnya memberitahukan tata cara me-nggosok gigi menggunakan kikir kepada Mas Sumatri. Habis itu, Mas Sumatri langsung mengambil alih pahat dan kikir, kemudian digosokkan pada 6 gigi atas I Gusti Made Febi Dwi Angga, peserta mapendes asal Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan.

Pantauan NusaBali, Mas Sumatri selama 5 menit menangani potong gigi I Gusti Made Febi Dwi Angga, namun tidak sampai tuntas. Selanjutnya, Mas Sumatri sibuk mengkoordinasikan setiap krama yang ikut upacara mapandes dengan menuntun mereka satu per satu bersujud di hadapan kedua orangtuanya sebelum ritual mapendes.

Menurut Mas Sumatri, ini untuk kali pertama nyangging. Dia jadi sangging dadakan atas inisiatif sendiri, dengan berguru langsung kepada sangging berpengalaman Ida Mangku Basma. Mas Sumatri mengatakan, menjadi sangging dadakan bukan untuk meniru Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Tapi, motivasinya adalah untuk menjiwai tagline Karangasem ‘The Spirit of Bali’. Intinya, tagline itu bukan sekadar slogan, tapi ada implementasinya.

"Hanya saja, begitu memegang kikir, kedua tangan saya justru gemetar. Energi panas di dalam tubuh tiba-tiba bangkit. Lihat ini wajah saya, pagi-pagi sudah dibuat berkeringat, auranya kuat sekali," tutur Mas Sumatri kepada NusaBali perihal pengalaman pertamanya nyangging.

Di samping itu, lanjut Mas Sumatri, sebagai kepala daerah, dia sudah menjalanan tugas-tugas dharma negara, sehingga perlu diimbangi dengan tugas-tugas dharma agama. "Ini pengalaman pertama jadi sangging, sulit terlupakan secara psikologis," cerita Bupati yang juga Ketua DPC NasDem Karangasem ini.

IGA Mas Sumatri sendiri merpakan Bupati Wanita Kedua di Bali, setelah Bupati Tabanan Putu Eka Wiryastuti. Sebelum menjabat Bupati, ibu tiga anak dari pernikahannya dengan pengusaha kontrusksi I Gusti Made Tusan ini sempat dua periode duduk di Fraksi PDIP DPRD Karangasem. Bahkan, jebolan S2 Managemen Publik Universitas Ngurah Rai Denpasar ini sempat dipercaya menjadi Ketua Fraksi PDIP DPRD Karangasem 2009-2014.     

Sementara itu, Ketua Panitia Upacara Mapendes Massal di Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan, I Gusti Made Karta, mengatakan salut atas semangat spiritual Bupati Mas Sumatri. Sebab, di tengah keseibukan dinasnya sebagai kepala daerah, Bupati Mas Sumatri masih menyempatkan diri jadi sangging dadakan dalam upacara mapendes massal.

"Ibu Bupati sebagai sangging dadakan, kami sangat termotivasi. Seluruh krama merasa dapat perhatian khusus, karena tahapan mapandes dituntun langsung oleh Bupati Karangasem," terang IGM Made Karta, Senin kemarin.

Sangging berpengalaman Ida Mangku Basma juga kagum atas semangat spiritual Bupati Mas Sumatri.Menurut Ida Mangku Basma, Bupati Mas Sumatri bukan saja menggelar upacara mapandes massal dan ikut mengkoordinasikan krama empat banjar, namun juga berkenan nyangging. "Ibu Bupati bukan saja memberikan arahan mengenai makna upacara mapandes, tapi sekalian terjun langsung sebagai sangging," ujar sangging yang juga seniman ini. *k16

Komentar