nusabali

Dalam 4 Tahun, Panjang Batu Bertambah dari 40 Cm Menjadi 80 Cm

  • www.nusabali.com-dalam-4-tahun-panjang-batu-bertambah-dari-40-cm-menjadi-80-cm

Sejumlah krama sempat meboya dan mencemooh batu hidup di Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau ini. Akibatnya, mereka tiba-tiba menderita panas dingin dan mimpi buruk berkepanjagan, sebelum akhirnya sembuh setelah ngaturang guru piduka

Kisah Ajaib Batu ‘Hidup’ di Pura Pesimpangan Penataran Ped, Banjar Anyar Sari, Desa Nusasari, Jembrana

NEGARA, NusaBali
Ada batu ajaib di Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau, Banjar Adat Anyar Sari, Desa Nusasari, Kecamatan Melaya, Jembrana. Dibilang ajaib, karena batu yang disucikan ini tumbuh layaknya makhluk hidup. Bayangkan, dalam kurun 4 tahun, batu ajaib ini panjangnya bertambah dua kali lipat dari semula 40 cm menjadi 80 cm.

Batu karang berbentuk lonjong yang diyakini ‘hidup’ ini berada di sisi selatan tembok panyengker Madya Mandala Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau. Pantauan NusaBali di lokasi, Kamis (18/10), batu hidup ini tampak diselimuti wastra poleng (kain hitam-putih). Di sisi kanan batu yang berada di sebelah timur Pura Ratu Gede (masuk areal Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau) ini juga berjejer dua batu dengan ukuran lebih kecil. Semenetara di sisi kiri pondasi tempat jejeran batu tersebut, juga berdiri sebuah pohon pule.

“Batu yang diyakini hidup adalah batu yang paling panjang ini. Dulu waktu ditemukan pertama, tidak sebesar ini. Lama-lama kelamaan terus semakin lebar dan semakin panjang. Mulanya hanya sepanjang 40 cm, tapi kini panjangnya sudah mencapai 80 cm,” ujar panglingsir sekaligus Ketua Panitia Pembangunan Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau, I Wayan Murtana, 54, sembari menunjukkan batu ajaib tersebut, Kamis kemarin.

Wayan Murtana mengisahkan, batu hidup ini pertama kali ditemukan oleh Pamangku Pura Segara, Jro Mangku I Wayan Patrianta, 47, sekitar tahun 2014 lalu. Kala itu, Jro Mangku Patrianta yang masih menjabat sebagai Kelian Adat Banjar Anyar Sari tanpa sengaja menemukan batu hidup tersebut ketika berjalan-jalan di pesisir Pantai Anyar Sari, yang berjarak sekitar 200 meter sebelah timur Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau.

Hal ini juga diakui sendiri oleh Jro Mangku Patrianta. “Waktu mendapatkan batu ini, awalnya saya melihat benda bersinar putih. Awalnya saya kira ikan. Tapi, begitu didekati, ternyata batu. Saat pertama ditemukan, batu ini bentuknya seperti tanduk kerbau, dengan diameter sepaha orang dewasa dan panjang sekitar 40 cm,” kenang Jro Mangku Patrianta, yang kemarin mendampingi Wayan Murtana di Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau.

Begitu menemukan batu menyerupai tanduk kerbau saat itu, Jro Mangku Patrianta langsung mengambilnya dan berencana membawa pulang untuk digunakan hiasan di rumahnya. Namun, ketika hendak pulang dan tepat sampai di pesisir pantai sebelah selatan areal Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau, kakinya seketika gemetar. Karena merasa terjadi keanehan, Jro Mangku Patrianta pun kontan membuang batu yang ternyata hidup tersebut.

Saat membuang batu tersebut, Jro Mangku Patrianta sengaja melemparkannya ke laut, agar tidak sampai membahayakan anak-anak yang biasa bermain di pesisir pantai. “Batunya tidak terlalu berat, tapi saya merasa aneh, kok sampai kaki gemetar. Padahal, dulu saya kuli bangunan yang biasa ngangkat benda-benda berat. Pas saya taruh batunya itu, rasa gemetaran kaki saya langsung hilang. Saya tidak jadi bawa pulang batu tersebut,” cerita pamangku berusia 47 tahun ini.

Apa yang terjadi kemudian? Sehari setelah dibuang Jro Mangku Patrianta ke laut, batu ajaib tersebut tiba-tiba kembali ditemukan terdampar di pesisir pantai oleh Wayan Murtana. Waktu itu, Murtana hendak mencari ikan ke laut dan menuju pantai dengan melewati pintu gerbang bagian samping selatan Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau.

Tiba-tiba, Murtana merasa tertarik untuk mengambil batu menyerupai tanduk kerbau tersebut untuk disimpan di areal pura, dengan cara dilempar sembarangan dari luar tembok penyengker sisi selatan pura. Anehnya, meski dilempar secara sembarang, batu menyerupai tanduk kerbau tersebut justru tepat jatuh dengan posisi berdiri. “Aneh, kok langsung berdiri. Padahal, ujungnya yang satu itu, permukaannya bulat, tidak datar. Kalau secara logika, bentuk batu seperti tanduk kerbau, dengan permukaan bulat, harusnya rebah. Tapi, ini malah berdiri,” kenang Murtana.

Meski merasakan keanehan dengan batu yang tiba-tiba berdiri itu, Murtana sempat cuek. Namun, begitu Murtana menceritakan keanehan, Pamangku Pura Ratu Gede, Jro Mangku Ketut Merta, putuskan untuk memasangi wastra poleng batu hidup tersebut. Begitu juga di samping kanan batu tersebut, dijejerkan dua batu lainnya yang memang sudah ada sebelumnya.

Berselang 6 bulan setelah ditaruh di sisi selatan tembok penyengker Madya Mandala Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau, barulah disadari kalau batu ajaib tersebut ternyata hidup. Kala itu, pas mau podalan pada Budha Cemeng Kelau tahun 2014, prajuru pura kebetulan hendak mengganti wastra poleng di batu tersebut, ternyata diketahui ukuran batu membesar.

“Batunya bertambah panjang dan lebar. Itu juga saya lihat sendiri dari wastra yang digunakan menutup batu ini. Awalnya, wastra poleh menutup batu sepenuhnya. Tapi, waktu mau mengganti wastra poleng dengan ukuran yang sama, ujung batunya keluar melewati ujung wastra sekitar 10 cm,” ungkap Murtana.

Menyadari batu membesar secara ajaib, Murtana pun sempat berusaha menyakinkan krama pangempon Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau berjumlah 125 kepala keluarga (KK) bahwa batu tersebut memiliki kekuatan mistis. Namun, saat itu banyak krama pengempon yang memboya (tidak percaya) dan mencemooh batu yang ikut disucikan ini.

Terjadi keanehan, di mana sejumlah krama yang mencemooh batu tersebut mengalami peristiwa mistis: tiba-tiba panas dingin dan terus menerus mimpi buruk yang juga berkaitan dengan keberadaan batu ini. Setelah nunas baos (minta petunjuk niskala) kepada orang pintar, krama yang mengalami peristiwa mistis diminta ngaturang guru piduka (permohonan maaf) di batu yang sempat dicemoohnya. Usai ngaturang guru piduga, mereka sembuh dan tak lagi mimpi buruk.

“Sejak saat itu tidak ada lagi krama yang berani ngomong macam-macam soal batu suci ini. Apalagi, mereka juga sadar kalau batu ini memang benar-benar hidup, terus semakin membesar,” papar Murtana yang juga menjadi Ketua Panitia Pembangunan di Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau.

Murtana menyebutkan, selama 4 tahun pasca ditemukan, batu ajaib yang awalnya hanya seukuran paha orang dewasa dengan panjang 40 cm ini sudah jauh membesar. Panjangnya kini mencapai 80 cm, sementara diameternya sudah dua kali lipat paha orang dewasa. “Dulu ujungnya runcing, tapi sekarang sudah agak bulat karena terus bertambah besar. Setiap odalan, kami juga rutin mengganti wastra poleng,” katanya.

Murtana mengatakan, pihaknya berencana membuat tempat yang lebih bagus untuk stana batu ajiab ini. Nantinya akan dibangunan semacam pembatas untuk tempat batu tersebut, termasuk membangun palinggih. Sesuai kepercayaan, batu hidup yang sering dijadikan salah satu tempat bersembahyang serangkaian di Pura Pesimpangan Penataran Ped lan Batu Medau ini merupakan tempat berstana Jro Dukuh Sakti. *ode

Komentar