nusabali

'Awasi Seluruh Travel Agent Pasar Tiongkok'

  • www.nusabali.com-awasi-seluruh-travel-agent-pasar-tiongkok

Kasus pariwisata Bali dijual murah untuk pasar turis Tiongkok dipastikan merupakan sindikat internasional.

Pariwisata Bali Diobral di Tiongkok

DENPASAR, NusaBali
Kalangan praktisi pariwisata minta tindak tegas sindikat tersebut, karena inilah jalan terbaik, selain membuat regulasi untuk jangka pendek dan jangka panjang. Tak kalah pentingnya, awasi seluruh travel agent di Bali yang menggarap pasar Tiongkok.

Praktisi pariwisata yang kini anggota Komisi II DPRD Bali, AA Ngurah Adhi Ardhana, mengatakan munculnya kabar pariwisata Bali diobral dan adanya permainan mafia di balik semuanya, bukanlah informasi baru. Masalah ini sudah berlangsung lama.

Menurut Adhi Ardhana, ada jaringan pengusaha asal Tiongkok yang menguasai travel agent, hotel, restoran, dan toko oleh-oleh di Bali untuk melayani wisatawan asal Tiongkok. Namun, pemilik usaha ini menggunakan nama orang lokal atau dikenal dengan istilah Nominee Lokal.

"Pariwisata Bali dijual murah ke market Tiongkok, itu sudah sejak lama. Ada jaringan khusus. Seluruh hotel, restoran, travel agent, dan toko oleh-oleh di Bali pelaku sebenarnya dari Tiongkok dengan sebutan Nominee Lokal," tandas Adhi Ardhana kepada NusaBali di Denpasar, Selasa (16/10).

Adhi Ardhana mengatakan, praktek Nominee Lokal ini adalah pelanggaran hukum. Masalah ini sudah sempat ditindaklanjuti oleh Satpol PP. Namun, penindakan hukum dia nilai tidak tegas, sehingga masalah ini terus saja terjadi. "Sebenarnya sudah ditindaklanjuti oleh Satpol PP terhadap travel agent yang menggunakan Nominee Lokal," ungkap politisi PDIP asal Puri Gerenceng, Denpasar ini.

Dia mengatakan, untuk mengatasi masalah ini, tidak ada cara lain kecuali ketegasan dalam penegakan hukum. "Awasi semua travel agent yang menggarap market Tiongkok. Travel agent yang menggunakan Nominee Lokal harus ditindak tegas. Tidak boleh ada toleransi jika menyangkut pelanggaran hukum. Walaupun pemiliknya orang lokal, tapi di belakang mereka ada pengusaha dari sana (Tiongkok) sebagai pemilik yang sebenarnya," terang Adhi Ardhana.

Adhi Ardhana menyebutkan, di China ada hukuman bagi warga negaranya yang melakukan pelanggaran hukum di negara lain, yang dikenal dengan istilah Kredit Sosial. "Jadi, pemerintah China akan mencabut paspor warga negaranya yang melakukan pelanggaran hukum di negara lain. Mereka tidak diperkenankan lagi pergi ke negara lain. Jadi, kalau di Bali ada yang melakukan pelanggaran hukum, harus dibawa ke meja hijau. Walaupun hukumannya tidak berat, tapi di negaranya mereka akan kena Kredit Sosial," beber Adhi Ardhana.

Sementara itu, praktisi pariwisata yang juga Ketua Yayasan Yasa Putra Sedana, Dewa Ngakan Made Rai Budiasa, mengatakan Pemprov Bali harus keluarkan regu-lasi untuk membatasi bebas visa. Selain itu, Pemprov Bali juga harus tegas terhadap stakeholder yang selama ini terindikasi menjual paket wisata murah untuk pasar Tiongkok.

"Bila perlu, ya segera sidak dan eksekusi di lapangan. Tindak langsung mereka di lapangan. Saya rasa negara sudah bisa kok melakukan ini. Kalau tidak, yang muncul dan ramai hanya di tataran wacana saja," ujar Rai Budiasa kepada NusaBali secara terpisah di Denpasar, Selasa kemarin.

Menurut Rai Budiasa, kalau tidak bersindikat, tak mungkin sampai terjadi obral murah pariwisata Bali di Tiongkok. "Kita di Bali harus cegah ini. Pemprov Bali harus berani meninjau kembali kebijakan yang selama ini begitu longgar. Paling utama, membatasi bebas visa dan berani tegas terhadap stakeholder pariwisata yang suka-sukanya menjual paket murah," tegas pemilik travel dan yayasan seni budaya yang bermarkas di Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar ini.

Rai Budiasa juga berharap PHRI dan pemerintah menyiapkan strategi menghadapi persaingan global dan pasar bebas, di mana banyak travel yang sudah dikuasai pi-hak asing. "Ini harus dideteksi sejak dini. Mereka bisa menyiasati persaingan dagang karena bersindikat," papar politisi senior Golkar yang notabene mantan Wakil Ketua DPD ASITA DKI Jakarta ini. *nat

Komentar