nusabali

Titik Kearifan Lokal dari Bali Timur

  • www.nusabali.com-titik-kearifan-lokal-dari-bali-timur
  • www.nusabali.com-titik-kearifan-lokal-dari-bali-timur

Obsesi itu berawal dari keprihatinan nasib warisan berupa lontar-lontar berisi naskah kuno yang kurang mendapatkan penyelamatan.

Museum Pustaka Lontar di Desa Dukuh Penaban, Karangasem


AMLAPURA,NusaBali
Desa Pakraman Dukuh Penaban, mewilayahi dua banjar yakni Banjar Dukuh Bukit Ngandang dan Banjar Penaban. Desa ini berada di Kelurahan/Kecamatan Karangasem. Desa ini kini tengah merancang obsesi besar, yakni mengumpulkan, meneliti, merawat, konservasi, memamerkan benda-benda budaya berupa lontar, di Museum Pustaka Lontar. Museum ini dibangun dan diresmikan Selasa, 14 November 2017.

Obsesi itu berawal dari keprihatinan nasib warisan berupa lontar-lontar berisi naskah kuno yang kurang mendapatkan penyelamatan. Sebab lontar mengandung banyak nilai budaya, adat istiadat, bahasa-bahasa kuno, sastra agama, sekaligus untuk melestarikan bahasa hingga membentuk karakter generasi muda.

Atas dasar itulah pihak Desa Pakraman Dukuh Penaban melakukan terobosan membangun Museum Pustaka Lontar. Museum ini berfungsi untuk melestarikan lontar, memberikan perlindungan dengan cara menyimpan, memelihara, merawat, mengkaji, memamerkan, mengemas dalam bentuk informasi kepada pengunjung. Selain itu, membantu para pemilik lontar, merawat lontar yang dititipkan.

Sebab, setelah lontar tersusun rapi dalam konfigurasi, mampu melahirkan nilai-nilai budaya. Di antaranya, ilmu untuk merumuskan identitas tiap-tiap benda dan peristiwa, bernilai ekonomi untuk kesejahteraan, sebagai sarana rekreasi, dan sebagainya.

Apalagi naskah lontar yang merupakan benda organik, kurang memiliki daya tahan menghadapi gangguan serangga, jamur, asam, kelembaban tinggi, mudah terbakar, mudah patah, mudah kena noda, dan gangguan lainnya. Itulah sebabnya, Museum Pustaka Lontar didirikan Bendesa Pakraman Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya didampingi Sekretaris I Nengah Sudana Wirawan dan segenap tokoh dan masyarakat mendirikan museum untuk penyelamatan aset budaya lokal. Salah satu tujuannya untuk melakukan konservasi lontar untuk melindungi dari kerusakan. Lontar yang sebelumnya sulit dibaca, bisa terlihat jelas, setelah dibersihkan dengan minyak sereh dan minyak kemiri. Sehingga karya sastra di daun lontar, bisa terbaca dengan jelas.

Sehingga tujuan ke depan, bagai masyarakat yang ingin belajar menulis lontar, membaca lontar, mempelajari ajaran-ajaran agama melalui lontar, sastra-sastra kuno bisa datang ke Museum Pustaka Lontar. Museum Pustaka Lontar didukung peneliti dan ahli lontar yakni I Dewa Gde Catra, Sugi Lanus, I Ketut Artana, Hedy Hibzler, dan pemerhati lainnya. Penekun lontar I Dewa Gde Catra, sebagai penulis lontar, melestarikan lontar, menuntun setiap yang berniat membaca lontar.

Jro Nengah Suarya menuturkan, Museum Pustaka Lontar berdiri awalnya dicetuskan dalam paruman Desa Pakraman Dukuh Penaban. Setelah dipresentasikan manfaat dan nilai-nilai sosial yang didapatkan, maka disepakati krama berasal dari 156 KK, agar memanfaatkan lahan kebun milik Desa Pakraman Dukuh Penaban seluas 1,5 hektare. Selanjutnya, desain Museum Pustaka Lontar dibantu arsitek, I Ketut Artana. Dalam pengerjaannya disesuaikan dengan geografis kebun, berupa lahan bebukitan, sehingga bangunannya berundak-undak, dengan mempertahankan kondisi alam sekitarnya tanpa menghilangkan pohon kelapa dan tanaman lainnya. Sehingga suasana terlihat rindang dan terasa nyaman.

Setelah dapat dukungan penuh dari pemerhati lontar I Dewa Gde Catra. Lontar-lontar kuno yang dimiliki disimpan di Museum Pustaka Lontar. Ada petugas mengajari setiap pengunjung yang berniat menulis dan membaca lontar, maka mulailah pengunjung berdatangan.Tercatat sejak 1 Januari 2018 sebanyak 175 wisatawan manca negara dan 1.536 domestik yang datang. Pengunjung bisa menyaksikan koleksi 316 cakep lontar yang telah diregistrasi, dan 2.517 buah salinan lontar.

Jenis-jenis lontar dan salinan yang sudah diregistrasi di antaranya widhi sastra, puja lan mantra, kepemangkuan, sesana, tatwa, tutur, kidung lan peparikan, gaguritan, kakawin, plelutuk bebantenan, babad, parwa kanda, usadha, wariga, awig dan sebagainya. Ada juga lontar Wariga (ilmu astronomi dan perbintangan), atau dan padewasaan. Sedangkan kakawin berupa wirama berisikan guru dan lagu, kidung yang dinyanyikan dalam pelaksanaan panca yadnya. Babad menyangkut silsilah dan sejarah, gaguritan tentang wirama macepat tanpa guru dan lagu. *nan

Komentar